🌼 12. SAH

10K 419 4
                                    

Tak terasa, tibalah hari dimana ini akan menjadi hari yang amat bahagia bagi keluarga Kyai Sya'ban, terutama untuk si kecil Gamal. Dan ini adalah hari petaka bagi Dion, lalu ini adalah hari dimana Sisi tak akan pernah menyangka tutup buku cinta dengan Dion dan membuka lembaran baru bersama Gus Badar Aldiab.

Sisi sudah cantik dengan gaun pengantin simple berwarna putih gading, yang dipadukan dengan jilbab syar'i request-an Ummah, serta mahkota simple di atasnya. Seusai di make over, Sisi terus saja menangis, menangisi apa? Ya tentu saja menangisi Dion, apa lagi?

Sisi belum bisa merelakan Dion sepenuhnya. Dion baik, Dion sabar, Dion pengertian, pokoknya Dion is number one in Sisi's heart. Selain belum bisa merelakan Dion, Sisi juga sebenarnya belum siap batin untuk berumah tangga dengan Badar. Sisi tidak tahu ternyata hari berlalu begitu cepatnya. Sisi rasa baru kemarin dia cekcok dengan Dion masalah perjodohan ini, eh tiba tiba sudah saatnya saja Sisi melepas lelaki itu.

Geca dan Ina, teman masa kecil Sisi dimintai tolong oleh Nenek untuk menemani Sisi selama berjalannya akad. Untuk Zahra, dia sedang melanjutkan studinya di Kairo dan terpaksa tidak bisa hadir dalam acara penting ini.

"Si, aduh...makeup nya luntur lagi ituuuu," omel Geca yang dengan telaten mengelap sedikit demi sedikit air mata Sisi dengan tissu. Sedangkan Ina tengah sibuk mencari keberadaan MUA yang belum lama ini meninggalkan kamar yang Sisi singgahi. Ina ingin MUA itu stay di kamar saja karena si cengeng Sisi yang tidak berhenti menangis. Maka makeup yang sudah terbubuh cantik di wajah Sisi jadi porak poranda mirip hatinya Sisi.

"Caaaa, ini aku nikah ya?" tanya Sisi kepada Geca. Sisi sungguh sangat belum menyangka dia akan menjadi milik orang lain.

Diluar sana, tepatnya di aula utama pondok pesantren An-Nur sudah berkumpul banyak santri dan juga para kyai dan haba'ib teman kyai Sya'ban. Mereka semua tengah berdoa dengan khidmad dan juga menantikan ijab qobul yang nantinya akan Badar ucapkan.

"Iya nikah beneran lah Ogeb! Ya lagian ngapain sih nangisin Dion muluuuu, ini lo nikah sama Gus Badar loh, LELAKI IDAMAN lo dulu...lo nggak ingat dulu pernah sakit tipes karena hujan hujanan demi nyatain cinta ke Gus Badar?" Ujar Geca yang kini menyerahkan Aqua gelas untuk Sisi minum, agar gadis cengeng itu bisa tenang sedikit.

"Iiih itu kan dulu Caaa, itu cinta monyet! Lagian dulu aku udah janji sama diri aku sendiri. Aku nggak akan jatuh cinta lagi sama Gus Badar!" Seloroh Sisi seraya menggejukkan kakinya dan mendorong tawaran Geca untuk meminum Aqua gelas.

"Ish! Terserah lo deh, Si! Kalo menurut gue nih ya, Lo beruntung dapat Gus Badar. Dan lo nggak ingat apa? Skenario Allah itu lebih baik, Si. Lo mau bikin skenario se apik apapun itu, semulus apapun itu, tetap kalah sama skenario yang Allah bikin. Gue jamin sejuta persen, Si. Suatu saat, entah kapan itu, lo akan sujud sujud sampe pegel, berterimakasih sama Allah karena sudah menyatukan Lo sama Gus Badar," nasehat Geca panjang lebar, diiringi dengan munculnya Ina bersama MUA yang sejak tadi ditunggu tunggu.

Sisi manyun, dan bingung mau membantah bagaimana lagi nasehat Geca. Sampai tibalah dimana Sisi mendengar suara menggetarkan itu, itu suara Pakdhe yang menjadi wali nikah Sisi, dan setelah Pakdhe berucap, tak lama pasti suara tegas nan gagah itu akan terdengar sampai kamar yang Sisi tempati.

"Ankahtuka wazawwajtuka makhtubataka binti Insyira alal mahri arba'ah jiromat min almahri wamajmu'ah min 'adawat as-sholaa hallan." Itu adalah suara Pakdhe. Ya, Sisi kenal betul suara itu meskipun terakhir kali Sisi mendengar suara itu adalah saat Sisi masih kecil, namun Sisi cukup pandai mengingat.

Jantung Sisi berdegup sangat kencang, setelah Pakdhe mengucapkan pastilah akan disusul suara oleh Badar. Sebelum suara Badar terdengar, Sisi memejamkan mata seraya meremas tangan Geca yang sejak tadi menggenggamnya.

"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkuur wa radhitu bihi, wallahu waliyu taufiq!"

"Bagaimana saksi, sah?"

"Sah!!!"

"Alhamdulillahirobbil alamiin."

Lutut Sisi lemas, jantungnya tak mau berhenti untuk berdentum. Darahnya berdesir hebat sejak Badar mengucap Ijab qobul dengan satu tarikan barusan. Sisi sudah sah menjadi milik Badar Aldiab.

"Caaaa," ucap Sisi dengan air matanya yang mengalir deras, ia menatap wajah Geca yang tak mau kalah mengalirkan air mata karena terharu sahabatnya telah Sah menjadi istri dari sosok yang paling ia segani.

Geca memeluk Sisi erat, mengusap usap punggung Sisi dengan terus mengucap hamdalah. Sedangkan Ina kini tengah sibuk mendatangi MUA untuk meminta touch-up makeup Sisi yang luntur karena kebanyakan menangis. Ina pun sama menangis haru, namun tidak seambyar Geca yang sedari tadi terus bersama Sisi.

Setelah Make up Sisi di touch-up dengan secepat kilat, pintu kamar yang Sisi gunakan saat ini diketuk pelan oleh seseorang. Dan begitu Ina membukakan pintu itu, itu adalah Gus Badar dengan Nenek, Ummah, Pakdhe dan Kyai Sya'ban di belakang tubuh tegap lelaki itu.

Sisi dibantu oleh Geca untuk berdiri meski kaki gadis itu sangat lemas. Sisi berjalan pelan ke arah pintu dengan bantuan Geca. Sampai berhentilah ia tepat di depan tubuh tegap Badar. Saat Sisi menatap wajah lelaki yang sudah sah menjadi suaminya itu, sungguh luar biasa. Ketampanan lelaki itu benar benar berlipat ganda, wajahnya berseri-seri dan amat bersih. Sisi yang terkesima dan dengan bodohnya malah melamun_terkejut kala Badar mengulurkan tangannya untuk Sisi cium. Sisi menurut begitu saja, Sisi Salim kepada Badar, mencium punggung tangan lelaki itu, dan saat Sisi hendak menyelesaikan salimnya, gerakannya terurung karena tiba tiba Badar membaca doa seraya memegang ubun ubun Sisi dengan lembut, setelah membaca doa Badar melepaskan tangannya dari Sisi dan dalam satu hitungan lelaki itu mengecup kening Sisi dengan santun, lumayan lama sampai membuat Sisi campur aduk dan bingung.

Air mata Sisi sudah tidak keluar lagi, karena kedatangan Badar bersama rombongan dari aula utama sungguh sangat mengejutkan Sisi dan membuat Sisi bingung plus campur aduk dalam satu waktu.

"Nah, sudah selesai. Sekarang ayo Sisi dan Badar ke aula untuk menemui para tamu," ucap Ummah dengan senyum teduhnya, sedangkan Nenek hanya diam sejak tadi. Beliau terlihat sembab dan terus menyunggingkan senyum. Sisi tidak tau apa yang Nenek rasakan. Jika tebakan orang lain, Nek Ida sekarang tengah terharu dan tidak menyangka cucu kecilnya sudah menjadi istri Gus Badar, dan sudah pasti nanti akan hidup terpisah dari Nek Ida, itu adalah satu hal yang membuat Nek Ida bahagia dan sedih dalam satu waktu.

Sisi menatap Badar bingung saat lelaki itu menawarkan lengan untuk Sisi gandeng, dengan perasaan gugup Sisi pun menerima tangan itu dan mereka berjalan beriringan menuju aula utama dengan diiringi irama rebana dan simtutdurror persembahan dari para santri yang bertugas.

Sedangkan di aula utama yang luasnya bukan main, sudah ada banyak sekali tamu dari Badar dan juga tamu dari kyai Sya'ban yang kebanyakan para kyai hebat dan juga para haba'ib. Ada beberapa teman Sisi, hanya segelintir, itupun kebanyakan karyawan warung gepreknya. Dan Sisi sudah mewanti wanti para karyawan perempuan untuk memakai hijab saat hadir di pernikahannya, dan para karyawannya cukup menurut meskipun ada beberapa yang jilbabnya hanya disampirkan dengan poni yang masih terurai kemana mana.

Sisi dan Badar dibantu oleh Ummah dan Nenek, duduk di pelaminan yang sudah disiapkan oleh tim dekor. Sisi dan Badar sama sama canggung dan mereka duduk cukup berjauhan sampai sosok kecil berbalut tuxedo itu menghampiri Sisi dan Badar dengan binar mata yang berbeda dari biasanya.

"Sekalang Gamal sudah punya Umi benelan kan, Bi?"
.
.
.
Alhamdulillah Sah ygy😭
Nah....cerita sebenarnya baru mulai nih, eheheh

Sorry banget ya jarang update, karena baru aja ngelatih paskibra adek adek di desa aku, harap maklum ya, hehe🤭

Jangan lupa vote dan komen guys!!!

Ummi Untuk Gamal [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang