🌼 34. SANDINYA?

10K 459 23
                                    

Malam ini, Badar gagal untuk membangun keromantisan dengan Sisi. Susah payah Badar membangun kemistri dari mulai saling bertukar cerita Sampai bercanda tidak jelas dengan Sisi. Semua itu lebur ketika suara tangisan Gamal terdengar menggema dari dalam kamar mungilnya. Padahal mereka berdua sudah memakai baju tidur couple, lengkap sudah, seharusnya. Namun, Badar juga harus ingat bahwa dia memiliki seorang putra.

"Aku ke kamar Gamal dulu, Mas," ucap Sisi tergesa gesa, bahkan gadis itu belum sempat menguncir rambutnya.

Badar menghela nafas berat, susah sekali untuk romantis romantisan bareng Sisi. Gadis itu dikit dikit ngatain Badar mesum, dikit dikit ngereog, giliran ada waktu yang pas, eh lupa kalau sudah punya anak, anaknya nangis, gagal lagi romantisnya.

***
Sisi tergesa gesa menuju kamar mungil Gamal, ia membuka pintu kamar Gamal dengan pelan, kemudian Sisi menemukan bocah tampan itu tengah duduk di tengah tengah kasurnya seraya menangis kencang.

Sisi masuk, dan langsung mendekat ke arah Gamal," Gamal kok nangis, kenapa nak?" tanya Sisi, yang kini sudah duduk di kasur.

Gamal yang melihat kehadiran Sisi, langsung menubruk Sisi, bocah itu memeluk Sisi erat.

"Gamal mimpi buluk, huaaaa," tangis anak itu seraya mencengkram baju Sisi erat.

"Ooh mimpi buruk ya nak, ya ampun kasian sekali. Sudah ya, ini Umi peluk biar Gamal nya nggak takut. Mimpinya menakutkan sekali ya? Cup cup cup, sudaaaaah." Sisi mengelus elus punggung Gamal penuh sayang.

"Gamal gamau bobo sendiliiii Umiii, maunya bobo sama Umi sama Abiiii, hiks hiks," ujar Gamal masih dengan tangisnya.

"Yaudah yuk bobo sama Umi dan Abi, tapi jangan nangis lagi ya," balas Sisi.

Gamal mengangguk seraya mengusap air matanya sendiri dengan lengan piyamanya.

Sisi dan Gamal beranjak dari tempat tidur dan berjalan beriringan menuju kamar Sisi dan Badar.

Badar yang tengah menunggu kedatangan Sisi, dikejutkan dengan Gamal yang berada di gandengan Sisi.

"Loh, Gamal mau tidur disini nak?" tanya Badar spontan.

"Iyaaa Abiii, soalnya Gamal mimpi buluk, takuuut," jawab Gamal yang kini sudah tidak menangis lagi.

"Gamal tidak berdoa kali, jadinya mimpi buruk, kalo doa mah tidak mimpi buruk Mal," ucap Badar, yang tumben tumbennya ngoceh.

"Udah sih Mas, biarin Gamal tidur disini dulu malam ini," ujar Sisi seraya mengangkat tubuh Gamal untuk naik keatas kasur.

Badar yang mendengar pembelaan Sisi terhadap Gamal hanya memanyunkan bibirnya sebal. Sisi yang melihat itu pun langsung menyemburkan tawanya.

"Gamal lihat tuh! Mulut Abi kayak bebek," ucap Sisi, menyuruh Gamal untuk melihat ekspresi langka dari Abinya itu.

Gamal yang mendengar intruksi Sisi pun langsung menoleh ke sampingnya, dan benar saja, mulut Badar seperti bebek.

"Iyaaa! Mulut Abi sepelti bebek!" celetuk Gamal yang kini sudah naik di pangkuan Badar yang masih terduduk dengan menyenderkan punggungnya di kepala ranjang. Gamal langsung mencomot mulut Badar dengan tangan mungilnya diiringi tawa renyah.

"Ini sepelti bebek," celetuk Gamal lagi, masih dengan gelak tawanya.

Badar yang menjadi bahan tertawaan hanya memasang wajah datar dan pasrah saat Gamal mencomot mulutnya yang seperti bebek dengan tangan mungilnya.

"Kok baju Umi sama Abi selagam? Itu balu ya? Kok Gamal tidak dibelikan yang sepelti itu?" tanya Gamal selidik setelah ia selesai dengan aksi mencomot mulut Abinya. Gamal menatap Sisi dan Badar bergantian.

Ummi Untuk Gamal [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang