🌼 8. UMMAH, JANGAN BUNYAI

9.2K 390 2
                                    

Sisi di antar oleh Gamal ke rumah Bunyai Anisah. Sebenarnya Sisi bisa sendiri karena posisi rumah Bunyai Anisah benar benar tepat di seberang Aula Utama yang lokasinya sangat mudah di temukan. Namun karena Gamal memaksa ingin mengantar, akhirnya Sisi menuruti kemauan anak gemoy itu. Sejak tadi, Sisi merasa gemas sendiri melihat Gamal yang memakai baju Koko dan sarung, anak kecil itu benar benar seperti santri sungguhan. Gamal bilang, ia habis selesai ngaji dengan Kakek Abah alias Kyai Sya'ban bersama para Akang Santri seusai subuh tadi.

Sekarang, Sisi sudah berada di dapur milik Bunyai Anisah yang terlihat minimalis, namun sangat aestetic. Dapur milik Bunyai Anisah adalah dapur impian Sisi selama ini. Sisi sudah menabung banyak untuk merenovasi dapur miliknya agar Sisi lebih bersemangat memasak untuk Nenek, namun entah mengapa kesibukan Sisi selalu membuat Sisi tidak sempat untuk mengurus Renovasi dapurnya.

"Sisi, sini nak. Bantu Ummah kupas udang," panggil Bunyai Anisah. Tangannya masih sibuk mengupas udang di dalam ember berwarna hitam.

Sisi pun berjalan menuju ke arah Bunyai Anisah dengan langkah sungkan. Sejak tadi, Sisi mendengar pembicaraan para Ustadzah yang ikut serta membantu masak. Mereka dengan jelas menggunjingkan Sisi, dan Sisi mendengar itu semua.

"Itu calon istrinya Gus Badar?"

"Cantik sih, tapi sepertinya masih kecil ya."

"Kok tidak ada kalem kalemnya. Lihat tuh dia pakai jilbab saja tidak menutupi bagian dadanya. Meskipun gamisnya besar, tapi kan tetap kurang sopan. Secara dia kan calon Ning."

"Sangat berbanding terbalik dengan almarhumah Ning Mutia ya perangainya."

"Tau tidak, dia kan cucunya Nek Ida. Tetangga ponpes."

Kurang lebih seperti itu, hal yang para Ustadzah pergunjingkan tentang Sisi. Tak bisa Sisi pungkiri, dirinya memang jauh dari kata cocok untuk menjadi istri sosok Gus.

Sisi yang sudah berdiri di sebelah Bunyai Anisah, memulai aktifitasnya mengupas udang. Mata Sisi membelalak kala melihat ukuran udang yang ia kupas. Udangnya sangat besar besar, membuat Sisi ngiler ingin menyantapnya.

"Tidak usah di dengarkan ya apa kata para Ustadzah," ucap Bunyai Anisah tiba tiba. Tangannya masih sibuk mengupas Udang seperti apa yang Sisi lakukan.

Sisi yang mendengar ucapan Bunyai Anisah pun hanya mengangguk dan tersenyum. Ternyata, Bunyai Anisah memanggil Sisi untuk mengupas udang bersama adalah agar Sisi tidak mendengar lagi pergunjingan para Ustadzah tentang dirinya. Lagian Sisi memang tidak mau mengurusi ucapan para Ustadzah itu namun tetap saja sih, rasanya lumayan sungkan.

"Kamu tau nggak Si, kenapa Ummah dan Abah ngelamar kamu untuk Badar secara mendadak?" tanya Bunyai Anisah memulai obrolan yang menurut Sisi topiknya terlalu tiba tiba.

Sisi yang masih asik mengupas udang pun mulai tertarik dengan obrolan ini, " Iya, kenapa Ya Bunyai? Padahal kan Gus Badar sendiri nggak pernah tuh ketemu Sisi setelah acara wisuda Diniyah sepuluh tahun yang lalu. Dan Bunyai serta Kyai juga tau kalau Sisi itu bukan perempuan Sholehah. Bunyai sering liat Sisi di pasar nggak pakai jilbab kan? " balas Sisi yang tidak bisa menutupi rasa penasarannya.

Bunyai Anisah tersenyum seraya menatap ke arah Sisi sebentar, lalu beralih lagi untuk fokus ke udangnya. Calon mantunya kali ini memang sangat ceriwis. Bunyai Anisah berucap beberapa kata dan Sisi membalasnya bak kereta panjang.

"Badar memang mengakui kalau dia belum pernah ketemu kamu lagi setelah sepuluh tahun yang lalu, Si. Namun, Ummah juga nggak tau sih, Si. Jadi awalnya itu kan Ummah yang kebelet pingin punya mantu lagi, Ummah itu ingin Gamal punya Umi, supaya anak itu tidak kehilangan figur seorang Ibu, dan juga Ummah itu kasihan kalau lihat Gamal pulang dari play ground pasti nangis. Katanya diledek teman temannya karena Gamal nggak punya Ibu." Bunyai Anisah mulai bercerita.

Sisi tidak menanggapi, masih ingin mendengarkan lanjutan cerita dari Bunyai Anisah. Ternyata, Gamal punya sisi gelap itu juga. Dimana sosok kecil itu diledek di sekolah karna tidak punya Ibu. Sama seperti Sisi waktu kecil. Bedanya, Sisi itu bebal dan pemberani, jadi Sisi akan terus melawan mereka yang selalu meledek Sisi waktu kecil.

" Akhirnya Ummah sama Abah mulai membicarakan hal itu secara serius dengan Badar. Membujuk Badar itu tidak mudah loh, Si. Susaaaah sekali sampai Ummah hampir menyerah. Ummah tuh sudah ngenal ngenalin para Ustadzah yang ada di pesantren, Ummah juga sempat ngenalin anak anak dari temannya Abah. Namun Badar tetap menolak dengan kuat. Badar tetap tidak mau menikah lagi. Dan begitu Ummah sangkut pautkan masalah ini dengan Gamal, barulah Badar sedikit membuka hati untuk menyetujui saran Ummah untuk menikah lagi. Namun dengan satu syarat."

"Syaratnya apa, Bunyai?" tanya Sisi Penasaran.

"Syaratnya...Badar tidak mau dikenalkan dengan wanita manapun. Badar bilang dia mau menentukan sendiri siapa yang akan menjadi calon istrinya. Dan saat Ummah tanya, apakah dia punya wanita yang dia suka atau inginkan, terus Badar langsung jawab dengan cepat tanpa berfikir. Kalau boleh, Insya Allah Badar mau mengkhitbah Insyira cucunya Nek Ida, Ummah. Gitu Si, kata Badar."

Mata Sisi membola kala mendengar cerita dari Bunyai Anisah yang bilang bahwa Gus Badar sendiri lah yang menginginkan Sisi untuk dijadikan istri. Bisa bisanya? Memangnya apa yang menarik dari Sisi?

"Memangnya yang menarik dari Sisi apa sih, Bunyai. Sisi merasa banyak kekurangan aja didalam diri Sisi," balas Sisi. Merasa sangat malu dan merasa bukan siapa siapa dirinya berada di lingkungan ponpes ini.

"Kalo Ummah ada di posisi Badar, Ummah juga bakal pilih kamu, Si. Dibalik sikap kamu yang...apa ya kata anak jaman sekarang itu? Bar bar? Iya! Dibalik sikap kamu yang Bar bar, kamu itu Mandiri, gadis yang kuat, sabar, cantik, manis, lucu, dan masih banyak lagi loh poin plus dari kamu yang kamu tidak ketahui," jawab Bunyai Anisah seraya menatap mata Sisi intens. Sisi bisa merasakan bahwa Bunyai Anisah tidak berbohong dengan ucapannya. Namun, betulkah dirinya seperti apa yang Bunyai Anisah ucapkan?

" Kayaknya Sisi nggak kaya gitu deh, hehe," balas Sisi dengan tawa hambarnya. Bunyai Anisah terlalu melambungkan Sisi sampai membuat Sisi malu.

"Alaaah, kamu ini merendah terus, Masya Allah. Percaya deh sama Ummah. Kamu itu seperti apa yang Ummah bilang tadi," ujar Bunyai Anisah mengambil alih ember berisi udang yang selesai dikupas untuk di cuci. Sisi yang masih merasa nyambung dan nyaman mengobrol dengan Bunyai Anisah_berjalan mengekori Bunyai Anisah. Seperti anak ayam yang mengikuti induknya.

"Eeemmm, Bunyai. Kalau ternyata Sisi tidak seperti yang Bunyai bayangkan dan katakan bagaimana? Kalau ternyata Sisi nakal, bagaimana?" Sisi bertanya dengan gaya cirikhasnya, yaitu NYELENEH.

Bunyai Anisah yang tengah mencuci udangpun langsung tertawa," Sisi tenang saja. Kalau ternyata Sisi itu gadis nakal, jangan khawatir. Di pondok pesantren ini, Badar adalah jagonya untuk masalah mengatasi anak nakal. Anak nakal adalah makanan Badar, jadi siap siap saja ya, Si," balas Bunyai Anisah diiringi tawa renyahnya karena melihat ekspresi wajah imut Sisi yang seperti ketakutan.

"Bunyai jangan gitu ih, Sisi kan jadi takuuut," imbuh Sisi seraya mengerucutkan bibirnya lucu.

Bunyai Anisah masih belum berhenti dari tawanya. Ternyata semenyenangkan ini bergurau dengan anak perempuan. Selama ini Bunyai Anisah hanya punya tiga anak laki laki yang kaku kaku. Dan baru kali ini ada sosok anak gadis yang berbicara dengan nada manja kepadanya. Bunyai Anisah sangat menikmati itu. Meskipun Bunyai Anisah sudah memiliki Arum alias menantunya, namun tetap saja. Arum itu gadis cuek. Kali ini, sepertinya Bunyai Anisah juga dibuat jatuh hati kepada sosok Sisi.

"Sisi mau nggak kalau panggilnya Ummah saja, jangan Bunyai. Saya kan nanti mau jadi Ummah kamu juga kalau kamu sudah sah menjadi istrinya Badar," pinta Bunyai Anisah. Sisi yang mendengar itu pun tidak keberatan dan langsung mengiyakan. Lagi lagi, jika Sisi berhubungan dengan orang orang di lingkungan ponpes An-Nur, maka bayangan Dion sama sekali tidak muncul di benak Sisi. Sisi terlalu terhanyut dengan kehangatan lingkungan ponpes ini.

"Iya, Ummah."
.
.
Nah akhirnya Update juga. Btw, happy 400 view guys!!!🥳 Terimakasih untuk 400 nya, semoga bisa sampai 500 pembaya yaaa.

Jangan lupa vote dan komen guys

Ummi Untuk Gamal [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang