🌼 33. IMPAS

8.6K 441 22
                                    

Malam ini, Sisi mengetahui rahasia Badar. Apa yang lelaki itu pendam, apa yang lelaki itu cita citakan, dan apa yang pernah membuat lelaki itu memiliki bekas luka pada hatinya.

Dengan posisi yang masih sama, yaitu berbaring dengan saling berhadapan, berjarakkan kurang lebih dua jengkal jari. Sisi memberanikan diri, menggenggam tangan lelaki itu dengan hangat. Lelaki yang selama ini Sisi kira adalah yang paling sempurna, ternyata ia sama memiliki bekas luka. Kini Sisi tau, semua orang memiliki retaknya masing masing.

Di lain hal, selain merasa terenyuh dengan cerita masa lalu Badar, Sisi juga merasa terkejut dengan kenyataan bahwa Badar menyukainya sejak dulu. Lumayan tidak masuk akal memang, tapi Sisi yakin Badar tidak berbohong.

"Kalo boleh tau, perusahaan Gus...aduh! Mas maksudnya, bergerak dibidang apa? Keren banget punya perusahaan sendiri, hehe," tanya Sisi, sedikit terkejut karena Badar membalas genggaman tangannya.

" Saya mengelola perusahaan yang memproduksi perhiasan. Saya dan teman saya yang ada di Singapura bekerja sama dengan mengandalkan kemampuan mendesain kita yang alakadarnya tapi malah mampu menarik minat orang banyak," balas Badar.

"Waaah, ternyata Mas Badar punya bakat mendesain juga? Wah, Daebak!!!." Mata Sisi membulat sempurna, terkejut dengan setiap kenyataan kenyataan dari Badar yang sama sekali belum Sisi ketahui. Nenek benar, kunci eratnya sebuah hubungan adalah pertama kita harus saling tau terlebih dahulu satu sama lain. Ternyata, selama ini Sisi tidak mengenal Badar dengan baik.

" Nama brandnya apa Mas?" tanya Sisi lagi, kali ini lebih antusias karena ia mulai tertarik menyelami kehidupan Badar yang selama ini abu abu bagi Sisi. Sisi akan menyingsing tirai antara mereka perlahan lahan meskipun tidak tau akan berakhir seperti apa nanti.

"Swan Jewelry."

"Swan, angsa?"

"Iya."

"Kenapa harus angsa?"

Badar berdehem terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan Sisi.

"Sebenarnya, ada cerita dibalik brand Swan Jewelry. Tapi, kayaknya kalau saya ceritain asal muasal nama Swan Jewelry kamu bakal melambung tinggi, Si," jawab Badar seraya mengulum senyumnya.

Sisi mengerutkan keningnya bingung," kok aku? Hah!!! Jangan bilang... Aduh, nggak mungkin deh rasanya. Udah ih ceritain ajaaaa, cepet! Kalo nggak cerita nggak boleh tidur!" ancam Sisi.

Badar mengerjapkan matanya berkali kali, menimbang nimbang apakah akan ia utarakan atau tidak cerita dibalik terbentuknya nama brand di perusahaannya.

"Udah ah tidur saja, sudah larut," putus Badar yang tiba tiba saja memejamkan matanya. Membuat Sisi kesal.

"Iiih jangan tidur duluuuuuu, ceritain kenapa nama brand nya ada sangkut pautnya sama akuuuu." Sisi membuka paksa mata Badar yang terpejam dengan jarinya, dan itu sukses membuat Badar tergelak. Ada ada saja memang tingkah gadis itu.

"Ini kalo kecolok gimana? Bisa bisanya ya kamu ini," ujar Badar diiringi tawanya.

"Bentar aja, kasih tau asal mula terbentuknya nama Brand ituuu, yang lain next time deh ceritanya," rengek Sisi seraya mencebikkan bibirnya seperti bebek.

Badar yang melihat semua itu merasa sangat gemas dan muncul-lah ide untuk menjaili gadis ngambekan itu.

"Mau denger?"

"Iyaaaa!"

"Ada kata sandinya tapi, kalau kamu mau tau rahasia ini."

"Kata sandi? Aduuuh ribet banget! Yauda deh, tapi kan aku ngga tau kata sandinya!" amuk Sisi.

"Kata sandinya disini."Badar menunjuk pipi tembam Sisi dengan telunjuknya, tidak lupa dengan seringai menyebalkan yang akhir akhir ini sering Badar tampilkan diwajah tampannya.

"Pipi aku? Memangnya pipi aku ada apanya?" tanya Sisi polos.

"Coba difikir, kenapa dengan pipi kamu," pinta Badar seraya mencubit gemas pipi Sisi.

Sisi yang disuruh berfikir pun tidak menolak, gadis itu benar benar berfikir keras.

"Ya ampun! Kamu mau sun pipi aku, Mas? Ih apaan sih! Mesum tau nggak! Curang lah kalau gitu," amuk Sisi uring uringan seraya melepas genggaman tangannya dari Badar.

"Kok curang sih? Kamu sudah pernah mencuri start kalo kamu lupa," balas Badar seraya menarik turunkan alisnya. Sumpah, demi apapun, Sisi merasa ketengilan Badar sudah mulai muncul, dan itu sangat menyebalkan. Ingin menampol wajahnya, namun sayang, ganteng banget.

"Mencuri start? Kapan ih? Jangan Ngadi Ngadi ya."

"Aku bantu ingetin. Dikamar Gamal, malam malam, sebelum liburan ke Pekalongan, kamu tiba tiba cium kening Saya, Si."

Sisi mendelik, bisa bisanya Sisi melupakan hal itu dan kenapa pula Badar masih mengingat itu semua? Sial, Sisi tidak punya senjata untuk melawan.

"I-itu kan...nggak sengaja. Udah lah, lupakan. Dendaman banget sih, euh," ucap Sisi berusaha untuk tidak terlihat malu karena Badar mengungkit malam itu.

"Nggak sengaja tapi saya maunya impas, bagaimana dong? Sekarang siapa yang curang?"

Sisi bangkit dari rebahannya, gadis itu duduk seraya mengacak acak rambutnya frustasi.

"Tapi kalau Mas Badar Sun pipi aku nanti akunya maluuuu, terus ngga bisa kalo ketemu Mas, pasti ingin menghilang aja dari bumi," ujar Sisi yang merendahkan nada bicaranya karena malu harus mengakui hal barusan.

Tawa Badar menggelegar," ngapain malu sih? Kita suami istri Sisiii," ungkap Badar diiringi gelak tawanya.

"Ya tapi kaaaaan, meskipun suami istri, tetap saja, aku maluuuu," celetuk Sisi menunduk.

Badar yang semula rebahan, kini merubah posisinya dengan duduk, sama seperti Sisi. Badar mengangkat dagu Sisi agar gadis itu menatapnya saat Badar berujar.

"Kenapa harus malu? Memangnya saya bakal ngeledekin kamu? Bakal ngumumin kesemua orang tentang apa yang sudah kita lakukan? Tidak kan? nggak usah malu lagi ya, Si. Kita unduh pahala dari Allah sebanyak banyaknya," nasehat Badar.

Sisi bingung," kok pahala?" tanya Sisi.

"Iya, berumah tangga itu apapun akan jadi pahala, Sisi. Bercanda-an bareng suami itu pahala, saling tatap bareng suami itu pahala, manut sama suami itu pahala, melayani dan meladeni suami itu pahala, pokoknya apapun hal baik yang bisa membuat suami bahagia, istri bahagia, akan menjadi pahala. Allah menyiapkan ladang yang luas kepada orang yang berumah tangga, Si."

Sisi menatap Badar, berusaha mencerna apa yang Badar katakan, kemudian gadis itu mengangguk mengerti.

"Yaudah nih, kalo mau sun pipi aku, biar dapat pahala yang banyak! " ucap Sisi seraya menyodorkan pipi kanannya kearah Badar.

Badar terkekeh geli," yang ikhlas dong, kok mukanya begitu? Katanya mau dapat pahala," ujar Badar yang tidak tahan ingin menyemburkan tawanya kala melihat wajah bete Sisi.

Sisi yang mendengar perkataan Badar langsung tersenyum manis," iya suamikuuu, maaf ya wajahnya bete, ini sudah senyum kok, ikhlas," ucap Sisi dengan nada suara yang dimanis maniskan yang sukses membuat Badar kembali tertawa lepas.

Tanpa ragu, Badar pun mengecup singkat pipi Sisi yang sengaja gadis itu sodorkan. Sisi yang sudah merasakan ada benda kenyal yang mendarat di pipinya pun langsung menelungkup kan kepalanya di kasur dan menutupi kepalanya dengan selimut.

"Astaghfirullah, kenapa ini jantung aku mau copot!!!!" teriak Sisi di dalam selimut.

Badar yang mendengar dan melihat aksi istrinya yang ajaib itu langsung tertawa hingga sakit perut, bisa bisanya Sisi selalu mengutarakan apa yang ada di pikirannya.
.
.
.

Haloooo, aduuuuch author nulisnya sambil nyengir nyengir sendiri😑

Awas loh, jomblo nyengir dipojokan, kek authornya🥲

Jangan lupa vote dan komen, Ojo nyengir wae, awokwok💝

Ummi Untuk Gamal [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang