🌼 13. DRAMA SABUN MANDI

10.5K 394 3
                                    

Sisi menatap takjub kamar yang ia singgahi sekarang, di dalam kamar ini terdiri dari empat pintu, yang pertama pintu utama kamar, pintu kamar mandi, pintu balkon dan yang terakhir adalah pintu ruang kerja milik Badar yang sempat Sisi intip ternyata isinya ber rak-rak kitab dari mulai yang tipis hingga tebal. Kemudian ada meja kerja yang di atasnya ada laptop, komputer, dan juga banyak buku disana. Luar biasa bukan?

Sisi duduk seraya mengayun ayunkan kakinya, ia masih menggunakan gaun pengantinnya, ia tak enak jika harus berganti pakaian di kamar ini, ia malu jika nanti Badar menemuinya tengah berganti pakaian, maka dari itu Sisi memutuskan untuk menunggu Badar selesai mandi, dan Sisi akan menggunakan kamar mandi itu untuk berganti pakaian.

Beberapa pakaian Sisi dan juga barang barang Sisi memang sudah di bawa ke rumah Badar dua hari yang lalu. Itu adalah saran dari Ummah. Ummah bilang, biar nantinya setelah acara pernikahan, Sisi dan Badar tidak perlu capek capek mengurus pindahannya Sisi.

Jika menanyakan keberadaan si kecil Gamal, anak itu ketiduran di rumah Ummah, akhirnya Sisi membiarkan anak itu terlelap disana sebentar. Toh, Ummah bilang, Gamal memang sudah terbiasa tidur di rumah Ummah.

"Silahkan, Si. Kalau mau pakai kamar mandi."

Sisi terlonjak sampai menjerit tanpa sadar. Ya habis gimana, masih melamun meratapi hidup tiba tiba dikejutkan dengan suara bariton itu.

Sisi menatap sosok Badar yang kini tengah mengeringkan rambutnya dengan handuk yang ia pegang. Lelaki itu tampak segar dengan kaus abu abu lengan pendek dan celana puma hitam pendek selutut. Bau sabun dan shampoo menguar sampai menggelitik indra penciuman Sisi.

Wangi banget!!!

Alih alih merespond ucapan Badar, Sisi malah bengong seraya menatap Badar yang sama sama bengong karena bingung dengan tingkah Sisi yang aneh.

"Nggak mau ganti baju? Mau gitu aja?" tanya Badar, membuyarkan lamunan Sisi.

Sisi Pun langsung menggelengkan kepalanya lalu mengerjapkan matanya berkali kali, berusaha untuk tersadar dari mabuk kepayangnya ketika melihat Badar yang berpenampilan segar selepas mandi.

Tanpa menjawab Badar, Sisi langsung berdiri dari tempat duduknya dan langsung mengambil apa yang ia perlukan untuk ganti baju dan mandi, cepat cepat Sisi masuk ke kamar mandi sebelum ia dibuat malu karena ketahuan terpesona dengan tampilan suaminya. Suami? Ya ampun!

Sisi grasak-grusuk di dalam kamar mandi, ia mengabsen satu persatu barang barang yang ia bawa, sepertinya sudah komplit dan Sisi pun mulai mandi.

Di tengah aktifitas mandinya, Sisi baru sadar bahwa ia belum membawa sabun mandi.

"Mampus! Sabunnya ketinggalan di koper!" Ucap Sisi merutuki dirinya sendiri.

Sisi menatap sekitar, di kamar mandi memang berderet banyak sekali perlengkapan mandi, namun saat Sisi amati, semua itu perlengkapan mandi khusus cowok dan Sisi tidak mau jika harus memakai sabun cowok. Ada juga perlengkapan mandi balita. Ya masa Sisi pakai sabun janshon punya Gamal si.

"Masa minta tolong sama Gus Badar siiii," celetuk Sisi seraya menggejukkan kakinya sebal.

"Aduh gimanaaaa." Sisi mondar mandir di dalam kamar mandi. Cukup lama sampai suara bariton itu kembali terdengar.

"Si? Kamu nggak papa kan di dalam sana?" tanya Badar kepada Sisi yang kini dibuat panik karena di tanya seperti itu.

"Eum, ngga papa Gus," jawab Sisi sedikit berteriak dengan suara cemprengnya.

Badar yang mendengar bahwa Sisi tidak apa apa di dalam kamar mandi akhirnya kembali dengan aktifitasnya, yaitu menata baju baju Sisi yang belum sempat di tata kemarin.

Namun aktifitasnya kembali ia hentikan, rasanya aneh saat Sisi bilang tidak kenapa-napa di dalam sana, posisinya kan Sisi sedang mandi, namun tidak ada suara gemericik air sedikitpun sejak tadi, sempat ada sih namun sebentar. Badar khawatir, apakah gadis mungil itu kepleset lalu pingsan atau bagaimana? Jangan jangan gadis mungil itu ketiduran di dalam kamar mandi.

Badar beranjak dari tempat duduknya, kemudian berjalan menuju pintu kamar mandi lalu mengetuknya.

"Si? Ada yang bisa saya bantu nggak?" tanya Badar.

"Enggak," balas Sisi singkat. Suara cemprengnya terdengar lebih lucu saat di kamar mandi. Membuat Badar mau tidak mau mengulum senyum.

"Beneran?"

Hening .

"Eh, ada Ding!"

Hampir saja Badar menyemburkan tawanya. Bisa bisanya suara Sisi selucu itu, nadanya pun mirip mirip seperti saat Gamal berbicara. Lucu sekali kan? Badar saja baru tau kalau ternyata suara Sisi hanya berubah sedikit saja dari waktu Sisi kecil.

"Apa yang bisa saya bantu, Si?" tanya Badar kembali.

"Anuuu, aduh nggak jadi saja deh, Gus," balas Sisi yang malah plin plan.

"Bilang saja, kamu butuh apa?"

Hening.

"Sabun saya ketinggalan di koper, Gus. Tapi kalau Gus Badar keberatan gausah di ambil gapapa. Saya gausah sabunan juga gapapa kok, suer deh. Nggak bohong , Gus," celoteh Sisi panjang lebar.

"Jadi, mau diambilkan atau tidak?"

"Jadi!"

Badar tertawa tanpa suara," di koper yang mana, Si?"

"Koper hitam yang kecil, Gus."

"Oke."

"Eh, eh! Bentar bentar, kayanya di koper yang ungu deh. Atau di koper hitam kecil ya? Aduuuuh aku lupa, Gus. Yaudah ngga usah di ambilin saja Gus. Aku gapapa kok," cerewet Sisi.

Badar yang mendengar celotehan random Sisi pun memilih untuk tidak menjawab apapun dan mulai mencari sabun yang Sisi maksudkan. Dan betapa dibuat tak habis fikirnya Badar, ketika mengetahui,ternyata sabut itu ada di koper hitam besar, bukan di koper hitam kecil atau pun di koper ungu seperti kata Sisi.

Badar pun segera mengetuk pintu kamar mandi untuk menyerahkan sabun milik Sisi.

"Si, ini sabunnya bukan?" tanya Badar di sela mengetuk pintu kamar mandi.

"Eh, jadinya di ambilin?"

"Iya. Ayok ini di ambil. Kelamaan dikamar mandi nanti masuk angin."

Hening.

"Tapi Gus Badar jangan ngintip ya, pas aku ngeluarin tangan di pintu," pinta Sisi.

"Iya."

Terdengar grasak grusuk Sisi di dalam kamar mandi, kemudian muncullah tangan mungil basah dari balik pintu.

"Jangan ngintip loh, Gus. Nanti bintitan!" Celetuk Sisi dengan posisi tangan yang menjumbal di balik pintu.

"Iyaaa."

Badar pun menyerahkan sebotol sabun itu kepada Sisi dan diterima langsung oleh tangan Sisi yang secepat kilat, kemudian menutup pintu kamar mandi dengan cepat agar Badar tidak bisa mengintipnya.

"Astaghfirullah Si,...bener bener takut di intip ya nih anak," gerutu Badar yang tak habis fikir dengan tingkah Sisi. Sebenarnya Badar sendiri belum tau seperti apa sifat dan sikap Sisi karena yang Badar tau ya hanyalah Sisi kecil dulu, Sisi yang berumur sepuluh tahun. Dan untuk Sisi versi dua puluh tahun ini Badara tidak tahu seperti apa kepribadian gadis itu.
.
.
Double up yeeee....
Happy reading guys!!!
Jangan lupa vote dan komen yaaa

Ummi Untuk Gamal [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang