🌼 35. Teman Baru Sisi

6.5K 330 8
                                    

Masih menahan malu karena tertangkap basah sedang bermesraan, Sisi langsung salah tingkah dan hampir saja menyenggol piring yang ada di atas meja makan. Sedangkan Badar, lelaki itu malah tersenyum kemenangan, seakan ingin menunjukkan kepada Ummah bahwa hubungan Badar dan Sisi sudah berjalan dengan baik.

"Ummah sarapan dulu, ini Sisi masak banyak kebetulan," ucap Sisi gugup seraya sibuk mempresentasikan masakannya pagi ini. Ummah yang melihat salah tingkahnya Sisi hanya bisa menahan tawa.

"Jiddah, katanya mau malahin Umi!" Celetuk Gamal yang berada di samping Ummah, menagih Ummah yang sepertinya sudah berjanji akan marahin Sisi.

Ummah yang masih berdiri di tempat dan lupa akan tujuannya setelah melihat keuwuan anak dan menantunya itu kini ikut duduk disamping Badar, wanita paruh baya itu mengangkat tubuh gempal Gamal untuk ia pangku.

" Ehem, ummah kok dapat laporan ini, katanya ada yang beli baju tapi anaknya nggak dibeliin. Aduuuh, ck ck ck." Ummah berdecak seraya menahan tawa. Tersiksa sekali jadi Ummah, ingin ketawa tapi harus ditahan karena pasti Gamal akan ngamuk kalo Ummah ketawa, sedangkan Gamal masih dalam mode merah dan meminta pembelaan karena tidak dibelikan baju.

Sisi yang mendengar sindiran Ummah pun hanya nyengir kuda tanpa menghentikan aktifitasnya menyendokkan telur balado ke piring yang akan ia kasih ke Ummah.

"Malah nyengir, gimana toh? Abinya juga nih, malah enak enak makan. Ini loh anaknya ngambek," sindir Ummah yang masih berusaha keras menahan tawa karena moment lucu ini.

"Badar harus apa lagi Ummah, kan semalam Sisi sudah bilang mau beliin baju untuk Gamal nanti, tapi Gamalnya masih ngambek," jawab Badar yang masih menikmati sarapannya.

"Udah ih Mas, gausah gitu nanti tambah nangis anaknya." Sisi mendelik seraya mencubit perut Badar sebagai peringatan.

"Ya kan ummah nanya, ya saya jawablah," balas Badar tidak mau kalah.

"Apa sih Mas, udah ih. Makan nih! Gausah cerewet!" Sisi menyuapkan sesendok nasi ke mulut Badar agar lelaki itu diam. Dilihat lihat Badar ini tidak bisa membaca situasi saat Gamal ngambek atau nangis.

Ummah yang melihat itupun hanya geleng geleng kepala dan takjub karena karakter Badar waktu kecil sering keluar akhir akhir ini. Karakter Badar yang lama Ummah rindukan. Selama ini hanya sifat kaku Badar yang selalu Badar suguhkan ke banyak orang termasuk kepada Ummahnya sendiri. Ummah akui, Badar tidak salah memilih pasangan hidup. Entah mengapa Ummah jadi merasa bersalah pernah menolak permintaan Badar waktu dulu, yang ingin menunggu Sisi kecil sampai dewasa untuk ia nikahi. Keegoisan Ummah sudah merenggut kebahagiaan Badar, putra bungsunya. Badar berubah menjadi lelaki kaku dan dingin bukan karna watak Badar, tapi karena sikap egois Ummah yang selalu menginginkan Badar untuk melakukan apa yang Ummah mau. Dulunya Badar anak yang ceria serta banyak bicara, dan Badar yang kini ada didepan matanya yang sedang menahan nyeri karena dicubit istrinya benar benar sama seperti Badar waktu kecil. Badar telah kembali karena kehadiran Sisi.

***

Usai kegiatan kajian siang bersama Ummah dan ustadzah ustadzah di pesantren, Sisi duduk di bundaran taman pesantren, ia bingung harus melakukan apa. Gamal tidur siang karena kecapean sepulang sekolah, Ummah pasti punya aktifitasnya sendiri, dan para Ustadzah pasti juga punya aktifitasnya sendiri. Lagipula Sisi juga belum akrab dengan para Ustadzah.

"Ning Sisi ada kegiatan apa setelah ini?"

Sisi terkejut ditengah lamunannya saat seorang perempuan berpakaian syar'i menepuk pundaknya.

"Astaghfirullah! " Kaget Sisi.

Wanita berbusana syar'i itu tertawa lepas, " Ya Allah maaf Ning, kaget banget ya," ucap wanita itu dengan tawa lepasnya. Sisi yang melihat wanita itu tertawa, menatap aneh ia, perasaan tidak ada yang lucu tapi wanita itu terus saja terpingkal. Apakah ekspresi kaget Sisi lucu atau bagaimana? Sisi pun tak tahu.

Ummi Untuk Gamal [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang