🌼 20. DRAMA SANTRIWATI

8.6K 402 3
                                    

Saat subuh berkumandang, Sisi dikejutkan dengan gedoran pintu bagian belakang yang tersambung ke asrama putri. Sisi yang nyawanya belum kumpul itu mengerjap berulang ulang berusaha mengumpulkan kesadarannya. Ia memandang sekitar kosong, menebak bahwa Badar pasti sedang sholat berjamaah di masjid ponpes.

Sisi dengan baju tidur Rilakuma miliknya, beringsut turun dari kasur seraya menyambar jilbab instan miliknya. Sisi berjalan gontai menuju pintu belakang, ingin mengetahui siapa sih yang gedor gedor pintu di pagi buta seperti ini. Takut sih sebenarnya, siapa tau hantu, namun Sisi memberanikan diri karena bisa jadi itu adalah santriwati yang membutuhkan bantuan.

"Assalamualaikum, Ning." Kurang lebih seperti itu suara dibalik gedorang pintu yang berulang ulang.

Sisi membukakan pintu dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka," wa'alaikumsalam," jawab Sisi yang kemudian mengetahui siapa pelaku penggedoran pintu di pagi buta. Ternyata dia adalah seorang santriwati dengan wajah panik yang menghiasi.

"Maaf banget Ning mengganggu waktunya. Itu teman saya ada yang nangis nangis, ngga tau kenapa tapi nangisnya aneh kaya orang kesurupan, susah diajak ngobrol. Saya mau minta tolong Ummah, tapi Ummah sama kyai Sya'ban kan masih di luar kota. Teman teman yang lain masih sholat berjamaah di masjid, dan kita hanya berjumlah sedikit di asrama, bingung mau ngapain. Hanya Ning Sisi yang bisa bantu kami sekarang," jelas santriwati itu panjang lebar.

Sisi yang masih setengah sadar pun berusaha keras untuk mencerna apa yang santriwati itu katakan. Kesurupan? Memangnya Sisi pak ustadz yang bisa menyembuhkan orang kesurupan? Tapi coba dulu, siapa tau anak itu bukan kesurupan, melainkan ada hal lain.

"Yasudah, sebentar. Saya mau pakai rok dulu, nggak enak kan saya masih pakai celana soalnya," pamit Sisi.

"Iya Ning, silahkan."

Sisi melesat ke dalam rumah untuk mengganti pakaiannya dengan gamis atau setelan busana muslim dengan bawahan rok panjang agar lebih sopan. Sebelum menuju asrama putri, Sisi menyempatkan diri terlebih dahulu untuk menengok Gamal yang masih tertidur pulas, takut kalau anak itu bangun terus tidak ada siapa siapa di rumah. Namun karena Sisi rasa anak itu masih sangat pulas, akhirnya Sisi memutuskan untuk meninggalkan Gamal sebentar dan ikut dengan santriwati itu ke asrama putri.

"Ayo," ucap Sisi saat ia sudah siap dengan pakaian sopannya.

Santriwati itu mengarahkan Sisi ke asrama dimana anak yang katanya kesurupan itu berada. Sepanjang perjalanan menuju asrama, Sisi menatap sekitar. Asrama putri yang dulu pernah ia kunjungi sudah berubah total, dulu hanya ada sepuluh pintu yang berhadap hadapan dan kini Sisi sudah tidak bisa lagi menghitung ada berapa pintu di asrama putri yang sekarang berlantai dua.

"Ini Ning, anaknya. Namanya Mazaya. Dia dari dini hari kaya gini terus gamau ngomong apa apa, cuma nangis saja terus badannya kaku begitu sambil pegangin perutnya," ucap Santriwati yang bersama Sisi. Ada segelintir santriwati yang juga tengah panik disekitar anak yang menangis itu. Kurang lebih ada tiga anak.

Sisi menatap santriwati yang tengah menangis pilu seraya memegangi perutnya itu.

"Sejak kapan orang kesurupan pegangin perut? Yang ada dia sakit mag atau pingin berak mungkin, adaa ada saja ih anak anak ini," ucap Sisi dalam hati.

Sisi mendekat ke arah Mazaya yang terlihat kesakitan itu.

"Mazaya masih udzur?" tanya Sisi kepada teman teman Mazaya yang ada di sana. Mereka semua mengangguk termasuk anak yang bersama dengan Sisi barusan.

Sisi mengelus tangan Mazaya yang masih terus saja memegangi perutnya erat," Mazaya, perut Mazaya sakit ya? Sakit banget ya?" tanya Sisi pelan. Sisi yakin Mazaya terserang kram perut pasca menstruasi. Dan Sisi juga tau mengapa anak itu tidak mau bicara dan hanya menangis seraya memegangi perutnya.

Mazaya masih bungkam dengan pertanyaan Sisi, tangisnya makin kencang.

"Pasti sakit sekali ya? Seisi perut rasanya seperti di ambil jeroannya dengan paksa? Pasti nggak bisa digambarin karena sakit banget. Iya kan, Mazaya?" tanya Sisi seraya mengusap air mata Mazaya yang tumpah kemana mana. Mazaya mengangguk tanpa mengeluarkan suara.

Nah, tebakan Sisi benar. Mazaya terserang kram perut atau nyeri haid yang sangat hebat, namun malu mengatakan kepada temannya karena takut dibilang lebay, karena tidak semua perempuan pernah merasakan kram perut yang rasanya seperti mau mati. Memang ada beberapa yang pernah merasakan itu, namun ada beberapa juga yang sakitnya memang tidak sesakit itu. Terkadang, orang yang belum pernah merasakan nyeri menstruasi yang luar biasa hebat, akan mengatai orang lain lebay saat orang lain itu mengalami nyeri haid yang rasanya mau mati.

"Ada yang bisa bantu saya?" tanya Sisi.

"Saya Ning," ucap Santriwati yang membersamai Sisi sejak tadi. Dia Dita, terlihat jelas karena bordiran nama di jilbab santriwati itu.

"Dita pergi ke dapur pondok, kalau ada air hangat minta tolong isi-in ke botol bekas ya. Botol apa saja terserah. Kalau misal di dapur pondok tidak ada air hangatnya, Dita datang ke rumah Gus Badar saja kaya tadi. Ini saya mau pulang sebentar, mau buatin ramuan untuk Mazaya, paham?"

Dita yang diajak bicara mengangguk pasti, tandanya anak itu paham dengan apa yang Sisi katakan.

"Terus ini gimana, Ning?" tanya santriwati lain seraya menunjuk ke arah Mazaya.

"Temani dia terus, minta dia sabar, Sampai saya kembali, ya. Oiya, Dita kalau botol air hangatnya sudah siap, langsung kompreskan ke perut Mazaya Pelan pelan ya, bisa?"

Para santriwati di asrama itu mengangguk kompak. Dirasa anak anak itu sudah faham dengan apa yang Sisi ucapkan, Sisi memutuskan untuk pulang dan membuatkan minuman perasan kunyit dan madu untuk Mazaya, semoga saja di dapur rumah masih tersisa beberapa kunyit. Biasanya saat Sisi terserang nyeri haid hebat, Nenek akan membuatkan ramuan itu untuk Sisi dan itu lumayan membantu meskipun tidak bisa menghilangkan rasa sakitnya, setidaknya itu meredakan.

Kumandang sholawat nariyah telah berkumandang di masjid, itu tandanya jamaah sholat subuh sudah selesai dan waktunya prosesi pembacaan sholawat nariyah bersama seperti biasa.

Saat memasuki rumah, Sisi dikejutkan dengan Badar yang sama terkejutnya," aduuuh kageeeeet!" ucap Sisi seraya mengelus dadanya.

"Kamu darimana saja, Si? Dari tadi saya cari kamu tidak ada," tanya Badar yang menatap Sisi aneh karena tumben tumbennya Sisi memakai gamis di pagi buta seperti ini, biasanya gadis itu masih betah dengan piyama Rilakuma nya, atau dasternya.

"Dari asrama putri, ada yang nangis, kram perut dia, kasian. Ini aku mau buat ramuan kunyit madu buat dia. Oiya aku mau subuhan dulu, Gus Badar mau ngga bantuin aku selagi aku sholat?"

Badar mengangguk.

"Itu di kulkas paling bawah ada kunyit, ambil lima batang, minta tolong dicuciin terus dipotong kecil kecil ya," perintah Sisi dan langsung di angguki oleh Badar, kemudian lelaki itu langsung melesat menuju dapur untuk melaksanakan tugas.

Sisi yang melihat kelakuan lucu Badar pun hanya bisa tertawa. Bisa bisa nya Badar sangat menurut saat Sisi perintah.
.
.
Ya ampuuun long time no see, ya guys. Sorry banget lama ngga update, tugas kuliahku numpuk kali lah😭

Nah sekarang sudah update, insya Allah ntar malam update lagi. Jangan lupa vote dan komen ya

Ummi Untuk Gamal [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang