🌼 39. Kajian Khusus

5.8K 308 2
                                    

Di petang kali ini hujan baru saja usai mengguyur penjara suci tempat tinggal para santri An-Nur. Bau tanah bekas guyuran hujan menguar kemana mana menyisahkan kenangan tentang hujan. Sisi mengocok dadu yang kemudian ia lempar di hadapan Gamal putra semata wayang yang amat ia sayangi.

"Yey keluar enam!" Pekik Sisi Girang. Gadis itu kini tengah bermain monopoli bersama Gamal seusai sholat Isya' berjamaah di masjid tadi. Sejujurnya Sisi ingin sekali ikut mengaji bersama para santri yang lain, namun karena ada kewajibannya yang lain yaitu mengurusi Gamal, maka Sisi lebih mengedepankan kewajibannya terlebih dahulu.

"Umi kok enam telus sih!" sewot Gamal. Bibir anak kecil itu mencebik seperti bebek.

Sisi tertawa dan sesekali mengejek putranya," mana Umi tau, kan dadunya menggelinding sendiri ke angka enam. Umi tidak menyuruh dadunya untuk ke angka enam."

Anak laki laki bertubuh gempal itu melipat tangannya di depan dada dengan ekspresi wajah lucu. Gamal melemparkan bombastic side eyes nya kepada Sisi. Sisi terheran.

"Eh, ikutan siapa lipat lipat tangan didepan dada?" tanya Sisi tidak habis pikir.

Masih dengan bombastic side eyes nya, Gamal menjawab," ikutan Umi. Umi kalau malah ke Abi tangannya dilipat seperti ini."

Mulut Sisi ternganga, tidak habis pikir ternyata anak comel itu mengikuti perilakunya. Hampir lupa kalau kini Sisi adalah sosok ibu yang pasti akan ditiru oleh Gamal entah baik atau buruknya. Sisi menepuk jidadnya, merutuki dirinya sendiri karena sudah memberikan contoh yang buruk kepada Gamal. Mutia pasti sedang mengintai Sisi dari surga sana.

"Gamal, lipat lipat tangan di dada sambil melotot dan melirik kesamping itu buruk, jangan ditiru ya nak," nasehat Sisi. Tangannya berusaha untuk melerai tangan Gamal yang terlipat di depan dada.

Gamal yang merasa tidak adil pun bertanya," tapi kenapa Umi boleh dan Gamal tidak boleh?"

"Kata siapa Umi boleh? Umi juga tidak boleh kok. Kemarin kemarin itu, Umi tidak tahu, nah setelah itu Umi dikasih tau sama Abi, katanya kalau seperti itu tidak boleh. Nah sekarang umi sudah tidak seperti itu lagi. Gamal juga jangan seperti itu lagi ya, tidak boleh ya melipat tangan didepan dada sambil marah, oke anak baik?" Sisi menyodorkan telapak tangannya untuk tos kepada Gamal.

Anak itu mengangguk mengerti dan menerima telapak tangan Sisi untuk tos.

"Umi, Gamal senang deh ada Umi di samping Gamal. Gamal jadi ada yang kasih tau. Jangan tinggalin Gamal yaa," ujar Gamal tiba tiba yang tentu saja membuat Sisi menghangat. Sisi mengambil tangan mungil anak itu untuk ia genggam.

"Iya, Umi janji tidak akan meninggalkan Gamal."

Gamal tersenyum, beringsut ke arah Sisi dan memeluk gadis cantik itu erat, seakan hendak pergi entah kemana. Anak laki-laki itu tidak ingin jauh dari Sisi meski sebentar.

"Eh, nggak Bapak, nggak anak, kalau sama Sisi pasti mesra begini ya? Heran," ucap seseorang tiba tiba, yang tentu membuat Sisi dan Gamal menoleh bersamaan ke arah pintu utama rumah Badar.

"Jiddaaah..." Gamal yang semula memeluk Sisi, kini berlari, beralih memeluk sosok wanita yang tiba tiba muncul dari pintu. Ummah.

Ummah memeluk Gamal hangat, kemudian menatap Sisi penuh takjub. Gadis yang terlihat biasa saja dari luar, ternyata mampu mengubah hidup anak bungsunya secerah dan sehangat sekarang ini.

"Si, malam ini Ummah ada kajian khusus bareng Abah, mau bahas kitab bulughul maram. Kamu ikut ya nanti," pinta Ummah. Tangannya masih menahan berat tubuh gempal Gamal.

Sisi yang mendengar permintaan Ummah merasa tidak enak," aduh, itu kajian khusus yang biasanya hanya ada Ummah dan Abah? Nanti Sisi malah ganggu waktu Ummah dan Abah. Tidak usah Ummah, nanti Sisi minta kajian dari Mas Badar saja," tolak Sisi yang lebih ke arah rasa tidak enak.

" Tidak apa apa, ini kesempatan bagus. Kalau ngaji sama Badar, itu ada sendiri, wajib kalo itu. Kaya Ummah dan Abah, sejak awal pernikahan Abah selalu memberi kajian khusus untuk Ummah. Kalian juga harus seperti itu ya, biar harmonis terus. Nah, kalau Sisi ikut kajian Abah nanti, itu bonus," jelas Ummah seraya menasehati sedikit.

Sisi tersenyum," baik Ummah, nanti Sisi datang ke rumah Ummah. "

"Ummah tunggu pokoknya."

"Baik Ummah."

***
Sepulang dari kajian khusus Ummah dan Abah, Sisi pulang dengan keadaan gontai. Dikira kajiannya akan berlangsung satu jam, ternyata Abah menghabiskan waktu selama dua jam setengah. Para santri pun sudah sepi karena sudah larut, kebanyakan santri putra yang masih berlalu lalang.

Sisi memasuki rumah dengan mata yang hampir terpejam karena teramat mengantuk. Seusai memasuki rumah dan mengucap salam, Sisi melihat Badar yang keluar dari kamar Gamal, pasti lelaki itu lepas menidurkan Gamal. Sisi merasa bersalah karena melimpahkan Gamal ke Badar.

"Gamal sudah tidur, Mas?" tanya Sisi diiringi uapan dari mulutnya. Cepat, Sisi menutup mulutnya.

"Sudah. Tumben Gamal tidur nya cepet, jadi tidak begitu kerepotan," balas Badar yang kini kedua tangan besarnya menagkup kedua pipi Sisi.

"Ngantuuuuk," ucap Sisi dengan tangan besar di kedua pipinya.

"Ganti baju, wudhu, terus tidur ya. Kalau ikut kajian khusus Ummah dan Abah itu memang lumayan lama. Tapi jangan lihat lamanya ya, lihat bobot ilmunya," nasehat Badar yang kini tangannya naik mengusap kepala Sisi yang masih berbalut jilbab. Sisi yang dinasehati hanya mampu menganggukkan kepalanya tanpa menjawab saking ngantuknya.

***

Selesai bersih bersih, ganti baju dan Wudhu Sisi langsung merebahkan dirinya di samping Badar yang juga sudah siap hendak tidur.

"Kamu tidak lembur, Mas?" tanya Sisi menatap Badar dengan mata ngantuknya.

"Sudah selesai."

"Oooh."

Sisi beringsut mendekat ke arah Badar yang rebahan dengan posisi miring, menjadikan lengan suaminya itu sebagai bantal, kemudian Sisi menyembunyikan wajahnya kedalam dada bidang milik Badar. Badar yang melihat tingkah Sisi merasa senang campur berdebar plus heran.

"Si, kamu tadi pas pulang dari rumah Ummah lewat pohon ketepeng ya?" tanya Badar aneh. Bisa bisanya di momen romantis yang langkah ini tiba tiba pria itu menanyakan pohon ketepeng.

"Iya," jawab Sisi.

"Kamu Sisi kan? Bukan penunggu pohon ketepeng?"

Sisi yang mendengar itu pun langsung memukul kecil dada bidang milik Badar," apa sih! Kenapa tiba tiba bahas itu, kamu anggap aku mbak Kunti!"

Badar tertawa terbahak," ya habis, tumben ngusel ngusel, biasanya kupeluk dikit aja dikatain mesum akunya padahal nggak sampe kepeluk."

"Yaudah! Kamu gamau aku ngusel ngusel kaya tadi?"

"YA MAU DONG, SINI AKU PELUK JUGA."

Sisi tertawa lepas setelah mendengar jawaban spontan dari Badar, Sisi pun kembali dengan posisinya seperti tadi, menjadikan satu tangan Badar sebagai bantal dan menenggelamkan wajahnya ke dada bidang milik Badar, sedangkan satu tangan Badar yang bebas ia gunakan untuk memeluk tubuh mungil Sisi.

"Mas, tadi aku dengar cerita dari Ummah. Katanya pernah ada pengalaman tak terlupakan jaman dulu. Mereka berdua ziarah ke 9 wali berhari hari, cuma mereka berdua, sweet banget kan?" ujar Sisi.

"Kamu mau yang kaya gitu?"

"Emang boleh?"

"Boleh dong, nanti kita agendakan ya."

"Heheh, makasih suamikuu."
.
.
.
Dirumah author ujan Mulu nih, jadi ngusel di kasur Mulu. Kebawa kaaan jadinya, nulis part ini wkwkwk

Happy reading and don't forget to coment and vote!!!💝

Tulis seberapa greget kalian baca cerita ini!

Ummi Untuk Gamal [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang