🌼 28. TAK ADA YANG MENGERTI

9.1K 421 16
                                    

Setelah bercapek capek ria merapihkan barang barang sisa liburan, akhirnya Sisi bisa terlelap dengan nyaman, bahkan Sisi tidak menyadari kehadiran Badar di sampingnya, yang ada di otak Sisi hanya satu, dia capek dan ngantuk, udah itu saja, tidak ada yang lain.

Sampai adzan fajar pun berkumandang lantang dari arah masjid pesantren. Sisi mengerjap ngerjap kan matanya pelan, ia tidak menemukan sosok Badar di sampingnya, mungkin lelaki itu sudah ke masjid untuk sholat malam. Namun ada manusia kecil yang mengejutkan Sisi di dini hari buta ini.

"Astaghfirullah!!!" kaget Sisi kala ia menemukan manusia kecil itu di hadapannya tepat dengan senyum lebar.

"Gamal iiih, Umi kaget. Kok sudah bangun sih?" ucap Sisi kepada manusia kecil yang nyengir tanpa dosa dihadapannya yang ternyata adalah Gamal.

Sisi memeluk tubuh mungil nan gempal itu dengan gemas, kemudian menghujami pipi chubby bocah itu dengan kecupan sayang.

"Gamal dengel Abi masuk Kamal Gamal balusan, telus Abi pelgi ngga tutup Kamal Gamal, jadinya Gamal pelgi ke Kamal Umi, eeeeh Uminya masih bobo, lucuuuu, heheheheh," oceh Gamal yang berusaha terlepas dari pelukan Sisi karena kegelian.

"Owalah, dasar Abi. Gamal nya jadi bangun kan ya jadinya. Yaudah bobo lagi yuk," ajak Sisi yang kini ia sudah berhenti menghujami anak itu dengan ciuman karena Gamal sudah minta ampun dan menyerah karena kegelian.

Gamal dan Sisi saling berhadap hadapan dan berpelukan. Sisi berniat menidurkan Gamal lagi karena jam masih menunjukkan jam tiga dini hari. Namun anak yang ia kelonin malah mengerjap ngerjap kan matanya seperti boneka seraya menatap Sisi lekat.

"Kenapa menatap Umi? Kenapa ngga bobo saja?" tanya Sisi, tangannya naik mengelus rambut legam milik Gamal.

Gamal tertawa kecil," Gamal bersyukur sama Allah deh Mi, soalnya Allah udah kasih Umi yang sangat baik dan selu untuk Gamal. Umi selalu masakin Gamal makanan enak, Umi selalu kelonin Gamal, Umi lucu, Umi ajakin Gamal main ke lumah Akung dan Uti, Umi cantik, lambut Umi wangi, baju Umi wangi. Jagain Gamal telus ya Mi."

Sisi speacless, campur aduk rasanya mendengar apa yang Gamal katakan. Tiba tiba Sisi teringat akan sebuah hal. Bagaimana jika Sisi tetap membersamai egonya untuk bersama Dion, pasti Sisi tidak akan mendengar semua ini dari mulut kecil milik Gamal, pasti Gamal akan terus di bully teman temannya karena tidak punya Ibu, pasti Gamal akan merasa terbuang seperti Sisi dulu.

Sisi tersenyum, ia mengelus pipi Gamal sayang, " Makasih ya sudah mau menerima Umi dengan senang hati," ucap Sisi tersenyum. Sebenarnya Sisi pingin mewek namun takut ditanya aneh aneh sama Gamal. Gamal itu anak yang kritis, apapun ia tanyakan dan sangkut pautkan, semuanya harus berlandaskan alasan. Makanya, urusannya bakal panjang nanti.

Gamal mengangguk, tangan mungilnya melingkar ke pinggang Sisi, Gamal memeluk Sisi penuh sayang.

"Yaudah bobo yuk, besok Gamal mau sekolah kan? Atau mau libur dulu karena capek ?"

"Gamau libul, Gamal maunya belangkat, mau celitain ke teman teman kalau Gamal habis liburan ke lumah Akung dan Uti sama Umi sama Abi, heheh."

"Oooh begitu, yaudah bobo sekarang sebelum subuhnya datang. Yuk lomba merem, satuuuu, duaaaa, tigaaa!"

Gamal dan Sisi berlomba lomba untuk merem, ini adalah trik Sisi untuk membuat Gamal merem dan tidak ngoceh terus. Sisi dapat trik ini dari almarhumah mamanya. Dulu saat Sisi masih kecil dan susah tidur, maunya ngoceh terus, bicara terus, bercanda terus, pasti Mamah akan mengajak Sisi lomba merem. Dengan begitu Sisi akan otomatis memejamkan matanya karena ingin menang dalam lomba merem itu, alhasil Sisi pun ketiduran. Ya, Sisi pernah menggunakan trik itu sekali pada Gamal dan berhasil, mungkin untuk selanjutnya Sisi juga akan menggunakan trik ini terus menerus.

***
Pagi pagi setelah menyiapkan tetek bengek untuk Badar dan Gamal Sisi berpamitan kepada Ummah untuk ke rumah Nenek. Sisi ingin ngasih oleh oleh dari Pekalongan untuk Nenek.

"Assalamualaikum, Neeeek. Yuhuuuu," salam Sisi. Seperti biasa, ke bar baran Sisi akan kembali muncul saat berada di rumah ini.

"Waalaikum salam, yuhaa yuhuu yuhaa yuhuu, dikira apa toh!" Balas Nenek dari arah kamarnya.

Sisi duduk di sofa ruang tamu kemudian mengeluarkan semua yang ia bawa di paperbag coklat. Isinya berbagai macam jajanan dari Pekalongan dan juga baju baju batik khas Pekalongan.

"Loh, apa ini kok bawa segini banyaknya?" tanya Nenek ketika nenek sudah keluar dari kamarnya dan ikutan duduk di samping Sisi.

" Oleh oleh dari Pekalongan dong. Seru banget tau kemarin, nenek sih nggak mau ikutan, huuuu." Sisi menunjukkan ibu jari terbaliknya untuk Nenek.

"Biarin, nenek mau jaga rumah."

"Rumahnya nggak bakal lari Neeeek."

"Yo mboh!"

Sisi menggelengkan kepalanya, sudah deh kalau kata kata andalan nenek sudah keluar (Yo mboh) berarti tidak akan ada jawaban atau alasan lain lagi.

Sisi diam seraya menatap Nenek memilah milih daster batik khas Pekalongan. Dilihat lihat tangan Nenek semakin keriput begitupula wajahnya. Apakah karena sudah lama Sisi tidak serumah dengan nenek jadilah tidak melihat perubahan Nenek? Tapi, Sisi menikah kan belum lama. Ah, rasanya ingin terus menemani Nenek terus.

Sisi memeluk Nenek tiba tiba, membuat Nenek bingung." Neeek, boleh ya Sisi tinggal bareng Nenek terus, " ucap Sisi seraya memeluk Nenek erat.

"Loh kok malah mau tinggal bareng Nenek. Kenapa? Kamu bertengkar sama suamimu?" tanya Nenek dengan nada serius.

"Enggak berantem, malah kita udah masa pendekatan ini Nek. Cuman, Sisi kangen aja sama Nenek," balas Sisi bergelayut manja seraya memeluk Nenek.

Nenek tercengang," loh! Baru pendekatan? Dari semenjak menikah baru pendekatan? Sudah berapa lama ini Siiii?"

Sudah Sisi duga Nenek akan bilang begini. Ya bagaimana lagi, namanya juga dijodohin, waktu itu kan Sisi cintanya sama Dion, makanya rada susah buat Nerima kalau Sisi itu sudah milik Badar.

"Nenek jangan begitu dong bilangnya, butuh perjuangan tau untuk berpindah hati. Waktu itu kan Nenek bilangnya mendadak pas mau nikahin Sisi sama Gus Badar. Mati matian Nek, Sisi mengikhlaskan Dion, Nenek mah gituuuu, ngomong doang, yang jalanin kan Sisiiii," ucap Sisi dengan mata yang berkaca kaca. Sisi merasa sedih aja, kenapa semua orang yang mendengar kalau Sisi baru awal pendekatan dengan Badar, orang itu pasti akan menjudge Sisi dengan omongan omongan yang beraneka ragam. Mulai dari Geca, Zahra, Ina, dan sekarang Nenek. Padahal untuk berpindah hati dari Dion ke Badar itu susah, belajar menerima Gamal sebagai anak dan menganggapnya seperti anak sendiri juga butuh proses, butuh belajar. Mengikhlaskan Dion tidak semudah itu, dan menerima Badar juga masih harus belajar lagi, PR Sisi itu banyak dan semua orang malah menjudge Sisi seakan akan Sisi itu istri tidak benar karena sekian lama berjalannya pernikahan malah baru pendekatan, malah baru membuka diri untuk suami. Meskipun mereka mengatakannya tidak secara tersurat namun semua ucapan mereka mengandung semua makna itu.

"Loh loh! Malah nangeeeesss?" ucap Nenek yang langsung sigap mengusap usap punggung Sisi. Entahlah, Sisi merasa lelah saja jadi bahan omongan sana sini.

"Sisi sedang berjuang loh Nek, tapi nggak ada yang nyemangatin Sisi, yang ada malah pada menjudge Sisi. Pada nanya kok belum isi, oh baru pendekatan, dan macem macem masih banyak lagi, hiks hiks," tangis Sisi.

Nenek mengelus elus punggung Sisi lagi, agar cucunya itu tenang. Nenek tidak tau ternyata berat juga bagi Sisi. Nenek baru ingat kalau Sisi menikah karena terpaksa, dan sekarang anak itu masih mencoba untuk belajar ikhlas dengan semuanya.

"Kalau berat, cobalah cerita kesuamimu, ngadu ke dia, siapa tau bisa plong, dapat solusi, apalagi kan Gus Badar itu orang paham agama, siapa tau malah bonus siraman rohani," nasehat Nenek.

"Maluuuu, hiks hiks."

"Cah gendeng! Gak ada malu maluan, katane masih pendekatan, yawes! Banyak banyaklah ngobrol sama suami. Pahami dia, buat dia paham juga tentang kamu. Ngerti?"

"Hm."
.
.
.

Wow!!! Triple Up🥳
Happy reading Guys!!!! Jangan lupa vote dan komen yaaa💖

Ummi Untuk Gamal [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang