Biru

408 50 15
                                    

Biru, warna favorit Salma. Begitupun dengan outfit yang sedang ia kenakan.

 Begitupun dengan outfit yang sedang ia kenakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Biru juga, warna kesukaan Fajar. Lekat maknanya dengan Bandung. Sebagai penggemar berat Persib Bandung alias bobotoh, Biru jadi identitas yang tak tergantikan bagi Fajar.

Bicara soal Bandung, Salma belum pernah dibuat jatuh cinta dengan kota ini. Kalau sama orangnya, sudah.

Ia memang pernah nyanyi di Karawang dan Tasikmalaya, tapi khusus Bandung, ini perdana. Sayang, Fajar tidak ada disana. Tapi tetap terhubung lewat panggilan video sebelum Salma naik ke atas panggung. Sekedar untuk menyalurkan energi semangat dan sedikit berbagi bahasa Sunda.

Ya, sebagai orang jawa tulen yang hidup dan besar di Probolinggo - Surabaya - Jogja, membuat Salma fasih dalam bahasanya. Tapi, tidak dengan bahasa calon suaminya. Eh, maksudnya bahasa Sunda ya. Santai. Biasa aja, jangan berlebihan - Salma 2023.

"Yang, nyapanya gimana?," tanya Salma kepada pria itu lewat panggilan video.

"HALOOO SEMUAA, gitu"

"Bukan, maksudnya pake bahasa sunda,"

Lagi genting, tapi pacar Salma bikin pusing. Ngelawak mulu kerjaannya.

"Bilang aja gini, kabogoh abdi ti Bandung namina Fajar Alfian"

"Artinya?"

"Pacar saya orang bandung, namanya Fajar Alfian,"

"Mana boleh gitu, yang. Ah serius lah,"

Lima menit lagi Salma harus on stage, tapi ia belum menemukan sapaan yng tepat untuk warga bandung.

"Ya udah gini aja, nanti kamu bilang PAK RIDWAN KAMIL, SAYA MENCINTAI SALAH SATU RAKYAT MU," ujar Fajar.

Teeett, waktu habis.
Waktunya Salma on stage, panggilan videonya lupa ia matikan karena terburu-buru. Jadi sepanjang bernyanyi, Fajar tau apa yang terjadi. Termasuk soal satu ini. Ya, "Bandung lagi mendung, rasa rinduku tak terbendung" . Quote dadakan yang Salma ucapkan dihadapan para penonton.

Ini Salma meng-kode atau bagaimana?
Gara-gara Fajar tidak bisa menemaninya manggung di Kotanya?
Kan semalam sudah bertemu, tapi sebentar doang sih.

Jadi, Salma masih rindu?
Sama sih.
(Gumam Fajar Kangenan Alfian)


"Yang, kamu bisa nyanyi Manuk Dadali. Berarti udah cocok jadi bagian keluarga Majalaya lah hahahaha," ketik Fajar di layar ponselnya.

Barusan Salma menyanyikan lagu Manuk Dadali di panggungnya, lagu daerah dari Bumi Pasundan.

"Tinggal diasah lagi bahasa Sundanya, nanti kita les privat bahasa sunda," tambah Fajar.

Setelah selesai bernyanyi, Salma bergegas menuju hotel untuk beristirahat. Kemarin ia pulang dini hari dari GBK dan perjalanan ke Bandung cukup melelahkan. Ia butuh istirahat ekstra.

Belum sempat membalas pesan Fajar tadi, sudah ada pesan baru lagi.

"Yang, aku di depan pintu kamar kamu," pesan masuk dari Fajar di jam delapan malam.

"Aku udah nunggu lima belas menit, kamu lagi ngapain,",

Ini orang kebiasaan, tiba-tiba nongol. Jangan sampe nanti tiba-tiba ilang. Rudal juga nih, lama-lama.

Salma membuka pintu kamar hotelnya dan terkejut melihat Fajar yang sudah berpakaian rapi dan wangi. Tampan.

"Kamu capek nggak? mau aku ajak jalan kaki sekitar hotel sini? lima belas menit aja," tanya Fajar meminta izin.

"Ok," jawab Salma langsung mengiyakan.

Capek sih, tapi masih kangen. Begitu mungkin perasaan Salma saat ini. Jadi, ya gas saja. Lagian jaraknya tidak terlalu jauh.

"Kamu kenapa kesini?" tanya Salma sambil memandangi langit Bandung.

"Emang nggak boleh ya, pulang ke rumah sendiri?,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Emang nggak boleh ya, pulang ke rumah sendiri?,"

"Nggak gitu, katanya kamu ada ketemu sama orang. Ngapain nyusul?," tanya Salma lagi.

"Karena aku bucin,"

Bucinnya Fajar Alfian memang tidak main-main. Kemanapun tempatnya ia samperin. Sejauh apapun selama masih bisa dijangkau, maka ia akan tempuh. Demi kesayangannya yang satu ini. Perempuan yang sedang berada disampingnya. Berjalan berdua dibawah teduh langit kota Bandung.

"Ikan hiu ikan tapir, nuhun neng Salma tos mampir"

"Nuhun sal, tos mampir ka hati Aa,"

Salma tau maksud Fajar apa, tapi dirinya hanya menanggapi dengan senyum getir. Fajar menghentikan langkahnya, menatap mata Salma lekat. Lalu meninggalkan Salma yang mematung karena ditatap.

Salma melangkah dua kali lebih cepat agar bisa beriringan bersama Fajar, dan protes :

"Kok ditinggal?"

"Makanya sini," ucap Fajar memberikan tangan kirinya untuk digenggam.

Salma memandangi tangan kekar itu, tapi enggan menggenggamnya. Malh ia tinggal pergi begitu saja.

"Waktu aku tinggal sepuluh menit lagi buat bawa kamu jalan di kota ini," ucap Fajar sambil melihat jam tangannya.

"Aku mau lebih lama lagi, jalan sama kamu. Di kota kamu, yang menyenangkan ini,"

Salma mungkin sudah banyak singgah di berbagai kota di Indonesia. Tapi, Bandung akan jadi yang istimewa. Selain kotanya, orangnya juga.

"Yang,"

"Tuhan nggak mungkin kan biarin pertemuan ini tanpa maksud apa-apa?"

"Tuhan nggak mungkin misahin kita setelah dibuat sedekat ini,"

"Iya kan?"

Pernyataan itu, agak sulit bagi Fajar untuk menjawabnya. Lebih sulit dari soal matematika sewaktu SMA yang tidak bisa ia kerjakan.

Fajar tidak bisa membuat janji apapun kepada Salma. Ia bukan tipe laki-laki pengumbar janji. Ia lebih suka ke aksi, perlakuan nyata untuk perempuan satu - satunya.

Tapi Fajar juga tidak mau membuat Salma terus-terusan tenggelam dalam pertanyaannya.

"Yang, jawab. Maksud Tuhan itu apa mempertemukan kita berdua?,"

"Iya, nanti aku tanya Tuhan dulu," jawab Fajar enteng.

Sobat, ketahuilah kalau jalan kaki itu sehat. Yang nggak sehat itu "jalanin aja dulu".











================================

Hi, semua!
Mau author sering update nggak?
Caranya gampang, ketik Update spasi cepetan kirim ke 2628. Salah.

Semakin kalian rajin komen, author bakal makin semangat buat update.

Thank uu



SALJAY : LAUGH, MIC & RACKET [ END ✅ ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang