Pukul 23.30 Salma sudah berada di hotel tempatnya menginap di Bandung. Sesuai janji Fajar. Ia tepat waktu diantar pulang.
Salma jadi tidak mengantuk setelah mencuci muka dari kamar mandi. Ia memilih duduk di dekat jendela. Memandangi city light di Bandung Raya. Kerlap kerlip jalanan kota yang masih ramai. Serta langit teduh milik Bandung menjadi satu kesatuan yang indah. Menyejukkan.
Sama seperti perasaannya saat ini. Sejuk.
Ia jadi teringat percakapannya dengan Fajar saat perjalanan pulang dari restoran. Ia iseng bertanya,
"Jadi, apa yang berubah dari kita setelah ini?,"
"Nggak ada. Semua tetap sama. Kamu punya privasi dan aku sebagai tunangan kamu, akan melindungi itu. Aku bahkan nggak memikirkan mau go public ataupun posting di sosial media. Itu nggak terlalu penting. Bagiku, dengan kamu menerima lamaran ini. Itu udah cukup. Mungkin yang berubah adalah keyakinanku, aku semakin yakin sama kamu. Aku udah punya ikatan lebih serius dari sekedar pacaran. Aku, udah nggak bisa main-main,"
Entah kenapa hati Salma rasanya senang mendengar penuturan Fajar tadi. Ia diberi kebebasan sepenuhnya untuk berkarya, untuk menjaga privasinya. Termasuk soal hubungan mereka berdua. Jarang-jarang ada pria seperti Fajar.
Maklum, tunangannya itu juga sudah terkenal. Jadi, buat apa panjat sosial?
Fajar pintarnya panjat tebing, bukan panjat sosial.
Fajar sudah dikenal, jadi tidak perlu bersikap aneh-aneh agar viral. Cukup dengan konsistensi dalam prestasinya.
=°=°=
Saking senangnya, Salma langsung mengirim foto tangannya yang mengenakan cincin kepada Syarla.
Sama dengan Syarla, dirinya pun tak menyangka akan secepat ini dilamar oleh Fajar. Seperti tidak diduga sebelumnya. Tidak ada tanda-tanda apa-apa sebelumnya. Semua serba tiba-tiba. Tiba-tiba Fajar menontonnya di Bandung, tiba-tiba Fajar berpakaian rapi, tiba-tiba Fajar mengajaknya makan malam. Tiba-tiba melamar.
Ia pikir Fajar masih belum berani untuk serius dengan dirinya. Ia kira Fajar memang senang bermain-main dengan perempuan. Namun itu semua terbantahkan setelah kejadian barusan. Ia dilamar. Oleh pria bernama Fajar Alfian.
"Terus lo mau nikah kapan?,"
"Bukannya lo minta putus karena belum siap nikah?,"Salma fokus pada pertanyaan pertama Syarla, ia menjawab
KAMU SEDANG MEMBACA
SALJAY : LAUGH, MIC & RACKET [ END ✅ ]
Fanfic[ SELESAI ] konon katanya, perbedaan kadang jadi alasan untuk bisa saling mengerti dan menghargai. perbedaan mengantarkan pada keberagaman. perbedaan juga bisa memecah maupun menyatukan. tergantung pada pilihan kita. dua profesi yang jauh berbeda...