Salma jadi orang terakhir yang meninggalkan studio musik, hampir jam setengah delapan malam. Ia memilih memesan ojek online untuk membawanya ke salah satu mall terdekat dari lokasinya.
Ia hendak mencari sepatu dan beberapa baju formal untuk acara-acara yang akan ia datangi. Awalnya, Salma berniat mengajak Rony untuk menemaninya berbelanja. Tapi, sendiri pun tak apa. Sebab, Salma sudah terbiasa.
Salma dengan dua paper bag besar berwarna coklat berjalan menuju lobby. Ditengah perjalanan, tiba-tiba ada suara pria dibelakangnya yang menyapa,
"Salma, ya?"
"Bukan om, saya Caca" kata Salma spontan kepada pria bertubuh jangkung itu. Kelihatannya asing dan mencurigakan. Tatapannya itu yang membuat Salma beranggapan aneh.
"Om? nggak salah nih?" pria itu tampak tidak terima dengan sebutan yang Salma sematkan.
Ya, masa baru kenal langsung manggil "sayang", buaya itu namanya.
"Oooh, karna saya pakai masker ya. Makanya kamu manggil om," pria berjaket hitam itu melepas masker dan terlihat brewok-brewok kecil di dagunya.
"Eh, kayak kenal. Pernah liat, tapi dimana?" batin Salma yang sedari tadi tidak menjawab.
Pria itu tidak sendiri, ada satu pria lagi disampingnya. Wajahnya nampak lebih muda dan bercahaya. Kayaknya skincarenya Scarlett deh.
"Aku Fajar, kamu Salma atau Caca?"
"Salma.... Salsabil 'Aliyyah tapi kalau dirumah dipanggil Caca," jawab Salma polos.
Jadi, Caca itu panggilan kesayangan, pikir Fajar. Karena ngobrol sambil berdiri itu enggak enak, akhirnya Fajar mengajak Salma dan satu temannya, untuk duduk di kursi yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri.
"Kenalin, ini Jombang, eh maksudnya Rian" ucap Fajar kepada Salma.
"Hai, ka" sapa Salma ramah.
"Sendirian aja, cari apa?"
Salma yang sebenarnya tidak terlalu kenal dengan dua orang ini, malas sekali untuk meladeni dan berbasa-basi. Tapi, mungkin mereka bisa menjadi tebengan Salma untuk pulang. Ya, kalau mereka tidak bawa pacar.
"Cari yang bisa ngimamin" celetuk Salma.
Salma memang kadang-kadang mulutnya tidak ada rem. Bahkan dengan orang yang baru ia kenal, bisa langsung asik ngobrol dan nyambung. Adaptif lah bahasa kerennya.
Usut punya usut, Salma tidak sadar kalau semalam ia sempat bertukar pesan dengan Fajar. Pasalnya, tadi malam Salma sangat ngantuk dan matanya hanya tinggal empat Watt. Mungkin itu yang menyebabkan ia sampai lupa kalau ia sudah berkenalan dengan pria yang dipanggil "om" olehnya.
Mereka bertiga tidak sengaja bertemu di mall yang sama hari ini, berlanjut dengan ngobrol sebentar sebelum Salma harus pulang karena pesanan ojek onlinenya sudah datang.
Fajar juga tidak menyangka bisa bertemu Salma sehabis makan malam disalah satu kedai ramen. Kalau saja Salma datang lebih dulu, pasti ia akan diajak Fajar dan Rian untuk makan malam bersama. Itupun kalau Salma nya mau.
KAMU SEDANG MEMBACA
SALJAY : LAUGH, MIC & RACKET [ END ✅ ]
Fiksi Penggemar[ SELESAI ] konon katanya, perbedaan kadang jadi alasan untuk bisa saling mengerti dan menghargai. perbedaan mengantarkan pada keberagaman. perbedaan juga bisa memecah maupun menyatukan. tergantung pada pilihan kita. dua profesi yang jauh berbeda...