Puluhan foto dan video sudah selesai Salma hapus dari galerinya. Beberapa diantara adalah tangkapan layar saat video call dengan Fajar. Malam-malam, saat ia belum mengantuk. Saat ia tertawa karena jokes receh milik Fajar. Saat semuanya masih indah.
Ia menyisakan satu foto bersama Fajar saat di bandara. Pertama kali Fajar menjemputnya setelah manggung diluar kota. Ia memberi Salma tiga buket bunga sebagai hadiah. Simbol perayaan atas manggungnya di Surabaya.
Waktu itu Fajar baru pulang dari luar negeri, jauh-jauh ke bandara agar bisa memberi surprise untuk Salma. Namun itu hanya kenangan yang mau tidak mau harus Salma kubur. Iya kan? tekadnya sudah bulat untuk meminta berpisah. Sebab menurutnya, itu bisa jadi keputusan terbaik bagi keduanya.
Malam ini bulan terlihat bulat sempurna. Sudah jam setengah dua dini hari, Salma belum tidur juga. Ia sibuk memandangi live streaming di YouTube BWF official yang menayangkan pertandingan Fajar/Rian melawan pasangan ganda putra Chinese Taipei.
Ditemani semangkuk mie instan, Salma rela menahan kantuk demi menonton mantannya bertanding. Hasilnya kalah, namun perempuan itu memilih tidak mengirim pesan. Nanti kalau terus menyemangati, kapan ia bisa move on?
Nasib baik belum berpihak pada Fajar dan Rian. Untuk kesekian kalinya, mereka harus menerima kekalahan, di babak awal pertandingan. Di ajang Kejuaraan Dunia yang bergengsi tahun ini.
Wajah Fajar lesu, ia bahkan tak bicara sepatah katapun sejak selesai interview. Begitupun dengan Rian yang memilih diam. Fokus menata barang-barang untuk kepulangan. Air mata itu hampir turun dari pelupuk mata Fajar. Menumpuk diujung mata. Tergambar betapa remuknya hati mereka setelah gagal menyumbangkan medali untuk Indonesia. Sektor yang ditargetkan untuk bisa membawa pulang kemenangan.
Biasanya kalau seperti ini, Salma sudah mengirim pesan berisi semangat dan dukungan. Tapi kali ini tidak. Belum ada pesan apapun dari Salma.
Dia kemana?
Ia tidak menonton pertandingan Fajar mungkin...
Atau,
Dia sedang tidur? sekarang di Jakarta masih jam setengah tiga pagi.
Atau bisa jadi,
Salma memang benar-benar ingin lepas darinya?
Salma sungguh-sungguh mau putus?
={°=°}=
Menghapus semua foto dan video, sudah. Menghapus Fajar dari ingatannya? belum. Ikhlas? jauh dari kata itu.
Walaupun baru dua bulan jadian dan tiga bulan intens berkomunikasi, tapi momen didalamnya sangatlah indah dan bermakna. Seperti Salma yang akhirnya bisa menghargai kata Rindu lewat hubungan jarak jauhnya dengan Fajar. Dan seperti Fajar yang terus menguatkan Salma yang sering ia tinggal.
Tentu.
Salma masih sayang dengan pria itu, pria yang effortnya tidak main-main. Pria yang berani menemui Papa dan Mamanya. Pria tulus yang selalu berusaha men-supportnya. Pria itu.....
Pria yang ingin ia akhiri hubungannya.Bukan, Salma tidak bodoh. Salma hanya realistis. Daripada terlalu jauh, mending mulai move on dari sekarang. Itu lebih baik, kan?
=°{°}°=
Jum'at pagi yang dingin ini, Salma sudah berada di Bandung. Berkabar dengan Fajar? tidak sama sekali. Salma mengabaikan pesan dan panggilan Fajar sejak dua hari yang lalu. Semua panggilan ia tolak. Ditanya lokasi pun, ia tak menjawab.
Dan petang ini, Fajar hadir di tengah-tengah kerumunan orang yang menonton Salma tampil didepan. Menjadi support system dadakan. Fajar sengaja berangkat ke TTC, The Trans Luxury Hotel Bandung untuk menemui Salma. Meminta penjelasan kenapa selalu menolak panggilannya.
Selesai acara, Fajar menunggu kedatangan Salma di parkiran. Sudah setengah jam, namun seseorang yang ia harapkan belum juga muncul. Hampir ingin menyerah dan pulang , namun untungnya rombongan Salma akhirnya menuju ke parkiran hotel.
Ia mendekati Salma sehabis bernyanyi.
"Boleh minta waktunya sebentar?," ucap Pria berbaju hitam itu lirih.
Salma mengangguk setuju. Mengikuti langkah pria itu sambil menggandeng tangan kanannya. Mereka berdua masuk ke dalam mobil hitam yang mengkilap.
"Kamu kenapa ilang-ilangan lagi?,"
Salma tak menjawab, ia malah menutup wajahnya dengan kedua tangan.
"Kamu kenapa tutup muka kayak gitu?," ucap Pria itu sabar.
"Aku nggak mau ngeliatin kamu, nanti move on ku makin susah,"
"Move on?," tanya Fajar yang tak mengerti arah pembicaraan Salma.
"Aku mau kita putus,"
Fajar terkejut.
"Putus?, kamu bilang cuma itu truth or dare,"
"Dengerin ya, Fajar Alfian. Aku mau kita putus. Karena aku rasa kamu butuh sosok istri di hidup kamu. Dan aku, belum bisa menyanggupi itu. Aku nggak mau buat kamu nunggu selama entah itu 3 tahun, 5 tahun, 6 tahun, entah sampai kapan. Waktu yang engga bisa aku tentuin. Nikah itu butuh kesiapan, dan aku belum siap,"
Fajar tertawa mendengar kalimat satu paragraf yang Salma ucapkan.
"Kok ketawa?!,"
"Abisnya alasan putus kamu itu nggak masuk akal," ucap Fajar sambil senyum-senyum.
"Masuk akal lah, nyebelin banget! lagi sedih-sedih malah ketawa,"
Salma jengkel tak terkira. Ia memasang bombastis side eyes kepada Fajar. Bisa-bisanya orang diputusin malah ketawa?!!
"Gini, Sayang. Salma Salsabil Aliyyah Putri Mandaya, aku paham maksud kamu. Aku tau apa yang kamu pikirin. Tapi semua itu nggak bener. Aku memang ada rencana untuk nikah. Cuma nggak buru-buru. Orang rumah juga ngga memaksa aku untuk menikah tahun ini atau tahun depan. Menikah juga perlu kesiapan. Kita pun nggak tau apa yang bakal terjadi ke depan, kan?."
"Jangan- jangan kamu terlalu banyak dengerin netizen lagi, mereka khawatir sama aku yang belum nikah juga. Padahal aku biasa aja, nggak yang sedih-sedih amat ditinggal nikah sahabat,"
"Aku mau kita tetep sama-sama. Kalau aku salah, kamu bilang. Jangan ngilang. Kalau kamu mau tanya, tanyain aja jangan sungkan. Aku mau kamu bahagia, dan aku mau, aku bisa jadi orang yang bahagiain kamu. Mudeng, Sayang?,"
Salma mengangguk kecil.
"Jadi, kita nggak jadi putus nih?,"tanya Salma polos.
Fajar menggeleng dan tersenyum kecil.
"Aku udah hapus semua foto kita, gimana dong?!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
SALJAY : LAUGH, MIC & RACKET [ END ✅ ]
Fiksi Penggemar[ SELESAI ] konon katanya, perbedaan kadang jadi alasan untuk bisa saling mengerti dan menghargai. perbedaan mengantarkan pada keberagaman. perbedaan juga bisa memecah maupun menyatukan. tergantung pada pilihan kita. dua profesi yang jauh berbeda...