S2

418 44 4
                                    

Mama Ita agak terkejut melihat kedatangan Fajar ke rumah. Sebab Salma tidak bilang apapun mengenai kedatangan Pria itu. Ia pikir Salma pulang ke Probolinggo seorang diri, taunya bersama kekasihnya.

Kesan pertama Mama Ita kepada Fajar adalah dewasa. Ya, Mama Ita melihat sikap dan usia dewasa dalam diri Fajar. Tidak seperti cowok-cowok lain yang pernah Salma kenalkan pada Mama Ita, mereka masih kinyis-kinyis dan unyu-unyu. Kalau Fajar lain, dia memang sudah terlihat matang.

Di dalam ruang tamu itu, Fajar terus menggosok-gosokkan kedua tangannya. Padahal tidak dingin, tapi ia terus berusaha menghangatkan tubuhnya. Ia bahkan sudah menyiapkan jawaban-jawaban dari pertanyaan yang kemungkinan akan dilayangkan Mama Ita.

Suasananya tegang, setegang saat Fajar di lapangan melawan duo delay alias pasangan ganda putra India.

"Nak Fajar ini udah lama kenal sama Salma?," ucap Mama Ita basa-basi.

"Belum lama tante, kalau untuk intens deket itu sekitar 2 bulan lebih," jawab Fajar sambil menunjukkan dua jarinya.

Di tengah-tengah obrolan santai Mama Ita dan Fajar, Salma datang membawa nampan berisikan teh dan cemilan. Ia sajikan di atas meja ruang tamu.

"Makasih yang," ucap Fajar lirih kepada Salma saat ia meletakkan teh hangat di depan Fajar.

Seakan-akan dunia milik berdua, yang lain ngontrak.

"Mau makan sekalian nggak? pasti laper kan," tawar Mama Ita.

"Kita udah sarapan di jalan, Mah"

Mereka bertiga mengobrol asyik sedangkan Papah Demis sudah berangkat bekerja, jadi belum bisa ikut bergabung bercengkrama. Kalau Mas Kelvin kebetulan sedang ada urusan, ia berangkat tadi pagi-pagi sekali.

Fajar tiba-tiba mengeluarkan satu kotak hitam berukuran sedang dengan tulisan "DIOR", ia sodorkan kepada Mama Ita.

Fajar tiba-tiba mengeluarkan satu kotak hitam berukuran sedang dengan tulisan "DIOR", ia sodorkan kepada Mama Ita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tante, ini ada sedikit oleh-oleh dari Australia,"

"Makasih ya Nak Fajar, nggak usah repot-repot sebenernya. Kalian ke sini aja tante udah seneng,"

Salma berbisik pelan kepada Fajar,

"Yang, kamu kasih Mama Parfum Dior? sedangkan aku ngga, aku masih pake parfum Victoria Scandalus?? tega kamu ya," protes Salma sambil melipat kedua tangannya, ia kesal setengah mati.

"Aku bisa jelasin sayang, Itu aku beli dua. Yang satu lagi aku mau kasih kamu, tapi di hari anniv kita, sabar sayang, sabar," ucap Fajar sambil menenangkan Salma.

Mama Ita yang tau kalau ada perang dunia 3 pun, akhirnya mengalihkan pembicaraan.

"Nak Fajar ini karir bulutangkisnya kan udah sukses. Kalau pendidikan formalnya gimana?,"

"Pendidikan formal alhamdulilah tetep jalan Tante, sekarang lagi S2,"

Mama Ita kaget dengan jawaban Fajar.

Sudah mapan, buat apa sekolah lagi?
Maksudnya, tidak semua orang bisa punya prinsip seperti Fajar. Menjalani karir bulutangkis dan melanjutkan pendidikan tentu tidak mudah, bukan?


"Oo, Jurusan apa,"

"Manajemen tante,"

"Itu yang buat adek jadi kesemsem, Ma. Orangnya pinter, pinter banget tapi kadang nyebelin. Masa adek dikirimin salad terus buat stok sebulan, katanya biar sehat," celetuk Salma didepan Mamahnya.

Jangan jujur-jujur banget dong, Sal.

Mama Ita tertawa mendengar celetukan Salma.

"Ma, adek ke kamar dulu sebentar," ucap Salma sambil beranjak dari sofa.

Tinggal berdua saja di ruang tamu, Fajar dan Mama Ita.

"Kalau tanggapan Fajar tentang teman-teman Salma itu gimana? Kan Salma punya banyak teman laki-laki tuh, kamu cemburu an nggak?,"

Jujur pertanyaan mama Ita yang satu ini agak sulit. Tapi Fajar berusaha menjawab dengan santai dan apa adanya.

"Saya percaya kok tante, mereka orang-orang baik yang ngejaga Salma di saat saya nggak bisa hadir secara langsung. Saya malah ngerasa tenang kalau Salma ada yang jaga, karena posisi saya juga nggak yang setiap minggu bisa ketemu. Karna saya harus ikut turnamen keluar negeri, jadi selama mereka berteman wajar dan nggak aneh-aneh, saya oke oke aja tante,"

Mama Ita bukan hanya takjub dengan parfum DIOR yang Fajar bawa, namun juga dengan jawaban-jawaban Fajar.

"Tante, saya minum teh nya ya,"

"Silahkan silahkan,"

Rumah Salma terkesan sederhana namun bersih dan nyaman. Ada beberapa foto keluarga yang terpajang di dinding ruang tamu. Cat nya berwarna hijau telor asin. Vibes-nya sejuk.

"Nak Fajar, saya titip Salma ya di Jakarta. Karna kita nggak bisa sering-sering jengukin dia,"

"Tante, tanpa tante minta, saya siap sepenuhnya jaga Salma. Support Salma selagi saya bisa. Kebetulan keluarga saya juga salmine, mereka penggemar Salma,"

Satu fakta baru yang membuat Mama Ita kagum. Keluarga Fajar begitu mensupport Salma, mereka menyayangi Salma dengan tulus karena karya-karyanya.

Salma keluar dari kamarnya dengan membawa album foto yang berisi foto-foto jadulnya. Dan juga Jhon, kucing kesayangannya. Ia menunjukkan satu per satu foto masa kecilnya.

"Tante ke belakang dulu ya," ucap Mama Ita yang ingin memberikan waktu berdua untuk Fajar dan Salma.


"Tante ke belakang dulu ya," ucap Mama Ita yang ingin memberikan waktu berdua untuk Fajar dan Salma

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sambil menggendong Jhon, Salma berkata,

"Jhon, ini cowoknya caca. Namanya ajay. Tapi kamu jangan deket-deket dia ya, nanti digigit. Soalnya dia buaya," ledek Salma kepada Fajar.

Fajar hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah kekasihnya.

Salma buka satu persatu lembar foto di album itu. Mata Fajar tertuju pada foto Salma saat masih berusia empat tahun, pipinya sudah terlihat berkembang. Matanya sudah terpancar aura bintang.

"Kamu dari lahir memang lucu ya," ucap Fajar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu dari lahir memang lucu ya," ucap Fajar.

"Tolong yang, kamu kalau lucu itu bikin ketawa aja. Jangan sampe bikin jadi sayang,"

SALJAY : LAUGH, MIC & RACKET [ END ✅ ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang