Putus Aja

414 41 4
                                    

Beberapa hari yang lalu, polusi memeluk erat tubuh Jakarta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa hari yang lalu, polusi memeluk erat tubuh Jakarta. Dan hari ini langit Jakarta masih abu-abu, sama seperti keyakinannya atas hubungan dengan pria itu.

Pria yang suka membuatnya tertawa gembira. Pria yang rajin mengirimnya buket bunga. Pria yang selalu bertanya "bagaimana harinya?" tanpa diminta.

Fajar sudah sempurna di mata Salma, tapi kenapa dia belum yakin melangkah lebih jauh bersamanya?

{°}

Pagi ini, pukul enam lebih dua puluh, Salma mengecek ponsel dengan case warna hijau daun di meja dekat ranjangnya. Ia menanti notifikasi daei laki-laki favoritnya yang tak kunjung ada sejak semalam. Akhir-akhir ini dua manusia itu jarang berbagi kabar, sebab sama-sama sibuk.

Walaupun Fajar kadang menyebalkan, tapi Salma selalu rindu dengan tawa dan tingkah lucunya. Sudah genap empat hari mereka berbeda benua. Berbeda negera, berbeda lima jam lamanya.

"Kenapa ya, kalau lagi LDR rasanya waktu berjalan lebih lama," pikir perempuan muda itu. Siapa yang mampu menjawab rasa penasaran atas pertanyaannya itu?

Ia melihat jendela kamarnya yang masih rapat tertutup gorden berwarna krem. Beranjak dari ranjang dan membuka gordennya dengan kasar. Matahari sudah secerah ini, tapi kenapa hatinya masih tertutup kabut rindu?

Salma menyeringai, ia seperti melihat Fajar di hadapannya. Tersenyum dan berkata,

"Semangat ya, semoga hari ini kamu menang,"

=°=°=°


Siangnya, Syarla mengajak makan diluar. Jadilah mereka berdua duduk berhadapan di sebuah restoran langganan. Melihat menu makanan dan memesannya.

Salma bosan melihat beranda sosial medianya yang itu-itu saja. Ia meletakkan ponselnya, kesal. Fajar belum juga membalas pesannya dari semalam. Lagi-lagi Salma dibuat maklum menunggu, disana masih pagi. Mungkin Fajar baru bangun.

"Kenapa lo?," todong Syarla dengan pertanyaan yang membuat bibir Salma tergerak untuk bercerita.

"Gue ngerasa Fajar terlalu baik buat gue,"

Syarla mengernyitkan dahinya, seolah berusaha keras memahami pemikiran Salma yang satu ini.

"Iya, Fajar udah sempurna. Tapi kayaknya gue belum bisa jadi yang terbaik buat dia. Gue masih ilang-ilangan, gue tau gue kalo sibuk, jarang banget bales chat. Kita jadi jarang contact-an, jarang video call-an,"

"Gue..... pengin dia bahagia. Dapet yang siap. Yang bisa support dia sepenuhnya. Yang mampu kasih waktu lebih banyak. Dan itu, bukan gue orangnya," Salma terdiam ketika pelayan restoran tiba-tiba datang membawa baki berisi dua mangkuk ramen. Memberi jeda agar bisa menyelesaikan perkataannya tanpa didengar banyak orang.

"Gue nggak tega aja sama dia. Gue juga belum yakin," lanjutnya.

Syarla meletakkan kedua sumpitnya, mulai bersiap-siap menceramahi pemikiran aneh sahabatnya.

"Sal..."

"Kalo ternyata lo itu sempurna buat Fajar gimana?"
"Kalo yang terjadi adalah lo orang yang Fajar butuhin?"
"Kalo semua dugaan lo SALAH tentang siapa yang pantas dampingi dia gimana?,"

"NGGAK, Syar," tangkas Salma tegas.

"Dia butuh sosok istri. Dan gue belum siap. Dia butuh seseorang yang bisa terus support dia 24/7, dan gue gak mampu.  Daripada kita melangkah lebih jauh, dan tujuan kita nggak ketemu, tujuan kita beda, mending putus dari awal aja. Dua bulan belakangan ini dia terus bahas soal nikah. Gue pikir dia emang bercanda. Tapi kayaknya gue salah, dia emang butuh sosok istri. Istri syar, istri. Dan gue belum siap,"

"Gue masih 21 tahun, persoalan nikah itu masih jauuuuuuh banget. Belum terlintas di pikiran gue. Gue nggak mau bikin Fajar nunggu. Gue nggak bisa pastiin mau siap nikah kapan. Jadi kayaknya udahan itu jalan terbaik buat kita berdua,"

"Keputusan gue udah bulat banget, kayak bakso. Gue udah pikir mateng soal ini, gue udah dari kemarin mikirin ini,"

Keadaan restoran sedang ramai, seperti pikiran Salma yang berkecamuk. Mungkin memang benar. Selama ini Salma dan Fajar banyak tertawa, sampai mereka lupa kalau hidup juga perlu menangis.

Syarla mencoba mendinginkan suasana, ia bertanya,

"Jadi lo mau putus?,"

Salma mengangguk.

"Iya, tadi malem gue udah WhatsApp dia,"

"HAH? LO MINTA PUTUS SAAT DIA MAU TANDING? GILA YA LO, SAL!," Syarla terkejut mendengar pernyataan sahabatnya yang labilnya minta ampun.

"Pas masih pdkt, lo mau jadian. Giliran udah jadian, lo minta putus. Mau lo apa sih, Sal?,"
"Duda mana yang membuatmu berpaling dari cowok sebaik Fajar?,"

Salma mendesis lirih, ia memicingkan matanya, seperti tidak suka dengan penuturan Syarla.

"Sejauh ini, nggak ada yang bisa gantiin tempat Fajar di hati gue. Syar, cinta itu ternyata bukan hanya sekedar kepemilikan. Cinta itu tentang mengikhlaskan," ucap Salma puitis seperti Pak Sapardi.

Ramen hangat didepan Salma jadi dingin karena obrolannya dengan Syarla. Syarla memang tidak setuju dengan ide "putus"nya itu, tapi bagaimana lagi? ini sudah terjadi.

"Terus Fajar jawab apa?,"

"Dia cuma baca WhatsApp gue doang," jawab Salma melahap suapan ramen pertamanya.

Lagi-lagi Syarla dibuat garuk-garuk dengan tingkah absurd Salma. Ia tidak habis pikir dengan pesan yang Salma kirimkan kepada Fajar.

 Ia tidak habis pikir dengan pesan yang Salma kirimkan kepada Fajar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bisa-bisanya pacar lagi berjuang malah diputusin tanpa aba-aba. Cuma Salma yang kayak gini.

"Tapi, kenapa harus sekarang-sekarang banget? pacar lo mau tanding. Kalau dia gak fokus gimana?," serbu Syarla dengan pertanyaannya.

"Bukan pacar, tapi mantan,"
"Yaaa, biar dia tau kalo gue minta putus. Semoga si menang ya, karena udah gue doain tadi," jawab Salma enteng.

Syarla buru-buru melahap pesanannya. Entah setan apa yang merasuki orang yang ada dihadapannya itu. Syarla seperti ingin mengamuk, tapi ini tempat umum.

"Lo kenapa serba tiba-tiba banget si Sal?,"

"tiba-tiba jalan bareng, tiba-tiba bawa pacar ke Probolinggo, tiba-tiba putus,"

"pusing gue,"

"coba deh, lo inget-inget lagi masa-masa indah kalian berdua. saling support, saling ngingetin, coba inget. INGET!!!,"

SALJAY : LAUGH, MIC & RACKET [ END ✅ ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang