"aku berangkat jum'at jam satu, yang"
"minta doanya ya, semoga BWC ini aku bawa pulang emas," ketik Fajar di ponselnya.
Ia sudah packing barang-barang apa saja yang akan ia bawa ke Denmark. Kopernya sudah rapi, tinggal berangkat saja. Malam ini malam terakhir ia bisa makan malam bersama keluarganya sebelum bertolak keluar negeri. Demi mengikuti turnamen Kejuaraan Dunia yang akan berlangsung tanggal 21 nanti di Copenhagen, Denmark.
Fajar sudah mengantongi restu dari keluarga besarnya, jauh-jauh hari sebelum ia pergi ke Jakarta meninggalkan kampung kelahirannya, Majalaya. Fajar juga sudah didoakan oleh keluarganya, Mama Papa, Teh Susan, Suaminya Teh Susan, Youra dan Aiq. Tinggal balasan Salma yang tak kunjung hadir.
Ya, dua jam sudah Fajar menunggu Salma membalas pesan WhatsApp-nya.
Salma sedang apa ya kira-kira?
Apa ada interview stasiun televisi?
Atau sedang istirahat sebab badannya sedang tidak enak?Salma bagaimana ya keadaannya?
Apa sudah mendingan?
Besok ia berangkat ke Balikpapan, apa dia sudah sehat?Fajar dibuat makin penasaran. Tanpa pikir panjang, ia memilih tombol "telfon" di ponsel miliknya.
Berdering......
Tapi tidak diangkat.
Fajar coba lagi, masih berdering.....
Tapi tidak diangkat lagi.
Fajar jadi khawatir, apalagi seharian dia belum bisa menghubungi Salma lewat panggilan video. Dari pagi sampai petang, Fajar tidak memegang ponsel sebab ingin quality time bersama keluarganya.
Salma sedang apa ya?
Dia baik-baik aja, kan?
Sudah makan belum ya?Kenapa diwhatsapp tidak membalas?
Kenapa ditelfon tidak diangkat?Dia lagi dimana?
=°=°
Di Bandara Soekarno-Hatta sudah ramai orang yang akan berpergian. Ada yang tujuannya keluar kota, ada yang keluar negeri, ada juga yang sekedar mengantar orang terkasih.
Rekan atlet yang lain, seperti Chico Wardoyo dari sektor tunggal putra itu diantar kekasihnya malam ini. Sedang bapak-bapaknya alias The Daddies, Ahsan & Hendra dari sektor ganda putra itu diantar anak dan istri mereka. Fajar? jangan ditanya. Bersama keluarganya, minus kekasihnya.
Suasana malam ini tidak seindah biasanya bagi Fajar, ia tidak berharap Salma bisa mengantar ke bandara, tapi ia menunggu balasan Salma yang tak kunjung datang. Fajar ingin tau keadaan kekasihnya saat ini. Sukanya ilang-ilangan.
"Yang, aku udah di bandara, lagi nunggu pesawat,"
Belum juga ada balasan.
Salma kemana?
Harusnya Fajar bisa berpamitan sebelum pergi ke Denmark. Harusnya Fajar bisa memastikan keadaan Salma baik-baik saja. Ia pandangi ponselnya terus menerus, berharap ada notifikasi dari Salma. Sayang, yang diharapkan tak kunjung ada.
Fajar mengirim pesan lagi.
"Yang, kamu gimana udah mendingan?,"
Tak dibalas juga.
Keluarga Fajar yang sedari tadi ikut mengantar Fajar ke bandara pun berpamitan pulang karena sudah setengah jam membersamai Fajar di Bandara. Keponakannya, Youra sudah terlelap dalam tidurnya. Seharian ia bermain bersama amang kesayangannya, jadi malamnya langsung ngantuk dan tidur. Fajar menyalami mereka satu persatu. Meminta doa dan restu.
Bandara semakin sepi sebab ini sudah jam sebelas malam. Sejam lagi Fajar sudah bisa menaiki pesawat yang akan mengantarkannya ke Denmark. Fajar memegang koper hitamnya, berpose tersenyum di depan kamera. Padahal yang ada dia sedang khawatir memikirkan keadaan Salma.
Lima jam sudah pesannya di abaikan Salma. Lima jam Salma tidak ada kabar.
Dia kemana sebenarnya?
Fajar melihat ponselnya, belum ada notifikasi dari Salma juga. Ia memilih berselancar di platform Instagram. Siapa tau ada jejak batang hidung Salma.
"Heyyyy!!!!," bisik perempuan dari belakang Fajar yang menutup kedua mata Fajar dengan tangan.
Fajar terkejut, ia bangun dari duduknya. Melihat siapa yang membuatnya kaget.
SALMA????????????????
DIA ADA DISINI?Fajar sedikit shock melihat perempuan berbaju hitam itu. Ya, dia Salma. Dia kekasihnya. Menyusul ke Bandara.
"Untung kamu belum berangkat, sorry ya," ucap Salma yang mengenakan jilbab coklat muda itu.
Penampilan fresh dan cantik, seperti biasanya. Ia mengenakan totebag yang senada dengan bajunya. Style klasik dengan bawahan jeans dan dilengkapi aksesoris gelang serta jam tangan. Tak lupa memakai masker agar identitasnya tetap terjaga.
"Kamu kesini aja aku udah seneng banget!," ucap Fajar girang tak terkira.
Rekan atlet yang lain yang tadinya sibuk dengan ponsel masing-masing pun jadi penasaran,
Dia siapa? Baru liat.
Cewek baru Fajar?
Kayak familiar......Artis?
Model?
Atau apa?"Musisi," jawab Salma senggan kepada Hendra, bestie-nya Fajar.
"Abis manggung di Istana koh, nyanyi didepan Jokowi dia," ucap Fajar bangga mengenalkan kekasihnya itu.
Mendadak pipi Salma jadi biru, eh merah maksudnya. Ia tersipu malu mendengar penuturan Fajar.
Supaya lebih enak, Fajar dan Sama memilih duduk di bangku tunggu bandara yang berbeda dari rombongan. Ada waktu setengah jam untuk mengobrol sebelum Fajar berangkat.
"Aku khawatir lho yang ke kamu, kamu udah mendingan?,"
"Udah, tenang. Ada fresh care," ucap Salma memegang tangan Fajar untuk menenangkan.
"Makasih udah dateng, bentar lagi aku terbang,"
"Sama-sama,"
Senyum Salma mengembang, tapi ada sedikit rasa tidak mau ditinggalkan.
Ya, baru saja pulang dari Australia kemarin. Sudah ditinggal lagi ke Denmark. Tapi tak apa, ini demi negara, Salma mengerti juga.
"Kamu yang sehat ya, semoga semua lancar," ucap Salma memandang wajah manis Fajar.
"Aamiin, ada cerita apa hari ini?,"
"Aku seneng banget acara hari ini lancar, udah nggak nervous lagi. Pas sebelum on stage, rasanya panas dingin. Alhamdulillah semuanya lancar, seneng!!. Kalo kamu? Jalan-jalan kemana aja?,"
"Aku seharian full nyenengin ponakan. Aktif banget dia sekarang, udah makin pinter. Banyak maunya juga,"
"Ya kalau pengin dibeliin mainan, terus mainannya masih wajar, beliin aja. Biar anteng," usul Salma pada kekasihnya itu.
"Masalahnya dia bukan minta mainan yang, dia minta temen main. Katanya nunggu anaknya amang lahir,"
Pelan-pelan dek Youra, nikahnya aja belum. Udah minta adek, Mana boleh adeknya keluar dulu 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
SALJAY : LAUGH, MIC & RACKET [ END ✅ ]
Fiksi Penggemar[ SELESAI ] konon katanya, perbedaan kadang jadi alasan untuk bisa saling mengerti dan menghargai. perbedaan mengantarkan pada keberagaman. perbedaan juga bisa memecah maupun menyatukan. tergantung pada pilihan kita. dua profesi yang jauh berbeda...