"Kamu kebiasaan, apa-apa ketinggalan. Jangan sampe tunangannya ilang ya," ucap Fajar mewanti-wanti Salma setelah mendengar cerita soal tragedi cincin tunangan yang ketinggalan.
Sepasang kekasih itu berjalan bergandengan tangan di pusat perbelanjaan. Erat, seperti hendak menyebrang jalan. Takut masing-masingnya diambil orang. Kedua tangan itu tergenggam saling mengaitkan. Fajar terlihat seperti Abang yang mengajak adiknya jalan-jalan.
Fajar memilih kaos hitam dan celana pendek casual untuk pergi siang ini. Senada dengan tunangannya yang memakai kaos hitam oversized dan bawahan jeans biru pudar. Hari ini Salma memakai topi hitam milik kekasihnya. Jarang-jarang dia pakai barang milik orang. Namun Ia tertarik dengan topi itu saat melihatnya di mobil Fajar. Jadilah ia meminta izin untuk memakainya.
"Kamu suka? aku beliin model yang sama ya?,"
"Jangan, aku cuma mau pinjem. Sehari aja, boleh kan?," ucap Salma membenarkan posisi kacamatanya yang melorot. Satu tangannya mencangklong tas berwarna hitam.
"Boleh lah sayang, toh nantinya barang milik aku bakal jadi milik kamu juga,"
Setelah selesai menukar cincin yang tepat ukuran, mereka berdua menuju salah satu kedai minuman. Salma ingin es krim katanya.
"Selamat siang kak, mau pesan apa?," tanya ramah seorang waiters dengan potongan rambut mirip david beckham itu. Suaranya berat. Seperti suara orang ganteng.
"chocolate hazelnut satu,"
"Kalau adeknya mau pesen apa?," Celetuk si waiters mengumbar senyum manis sembari melihat perempuan di sebelah Fajar yang sedari tadi diam.
Salma yang sedang memandangi ponsel, membalas chat managernya pun dibuat kaget dengan panggilan "adek" oleh si waitress itu.
Dengan sigap, Fajar bilang,
"Maaf mas, ini tunangan saya,"
"Kamu mau apa sayang? Matcha aja kayak biasa?,"Fajar merangkul mesra pundak Salma dan memandangnya lama. Seperti kebakaran jenggot karena tunangannya dilirik orang lain.
Salma reflek tersenyum kepada Fajar. Ia pun bingung dibuatnya.
"Jelas-jelas udah pake cincin, masih aja digodain. Kayaknya kamu perlu pake name tag tulisan TUNANGANNYA FAJAR deh, yang," tutur Fajar setelah mendapat minuman pesanannya. Dirinya masih dongkol dengan tatapan genit si waiters. Memang si, siapa yang tidak naksir dengan tunangannya itu. Sudah manis, cantik, sopan, lengkap.
"Masnya kan cuma tanya doang sayang, nggak ada godain aku," ucap Salma menenangkan.
"Dia tadi senyum-senyum genit ke kamu, kaya pas jamanku waktu playboy dulu,"
"ya nggak perlu pake name tag segala kali. Lebay,"
"Biar semua orang di dunia ini tau, kamu udah ada yang punya,"
Salma fokus menyeruput minumannya, sambil mendengarkan celoteh Fajar yang tak ada habisnya.
"Aku dipanggil ka, kamu dipanggil adek. Emang setua itu ya aku? sampe masnya ngira kalo kita kaka adek?,"
=°=°=
Fajar dibuat duduk pasrah karena tunangannya yang meminta. Di toko pakaian itu, Fajar diam memandang deretan pakaian formal yang terpajang.
Lima menit sebelumnya, ia habis diceramahi Salma karena memilih jas yang kurang "oke".
"Kamu stylenya nggak banget. Mending kamu diem duduk disitu. Aku yang pilihin, biar bagus. Nggak kayak jamet," ucap Salma sambil memegang kedua pundak Fajar dan mendorongnya pelan agar duduk di kursi.
Soal fashion, Salma memang lebih unggul. Maklum, usianya lebih muda. Jadi tau trend yang sedang ramai. Apalagi bagi Fajar yang jarang tampil dengan setelan jas dan dasi, agak sulit baginya memilih pakaian yang tepat. Fajar hanya sesekali memakai pakaian formal, kalau sedang kondangan atau ada acara undangan Kementrian. Itupun jarang sekali memakai jas, paling banter hanya baju batik.
Salma mengambil jas berwarna hitam yang simple, ia coba ukur dengan badan Fajar. Terlalu besar ternyata.
Ganti.
Perempuan itu tertarik dengan jas merah di pojok ruangan.
"Berdiri yang,"
Ia pas-kan jasnya pada tubuh Fajar. Kurang cocok dengan skin tone Fajar. Jadi terlalu terang warnanya.
Ganti.
Salma menunjukkan jas berwarna putih susu dari jarak dua meter. Tapi Fajar menggeleng pelan, ia tidak suka dengan warnanya.
Ganti.
Salma mondar-mandir memilih jas yang cocok, model yang bagus dan ukuran yang sesuai. Ia tidak menyerah setelah tiga pilihannya kurang sesuai. Ia ingin yang terbaik untuk tunangannya itu. Salma putari toko pakaian itu, sampai benar-benar dapat yang cocok.
Sedangkan Fajar? dia sibuk memainkan ponselnya. Dari Tiktok ke Instagram. Seperti sedang menunggu istri berbelanja.
"Udah belum, yang?" Fajar yang tak sabar karena menunggu lama akhirnya menghampiri Salma di deretan pakaian formal.
"Belum, sabar"
"Maklum ya yang, atlet emang pada nggak punya jas-jas kayak gini. Isi lemarinya cuma jersey semua," tutur Fajar memegang satu setelan jas di depannya.
Jas-jas itu tergantung rapi. Banyak pilihannya, tapi Salma belum menemukan yang cocok untuk tunangannya. Mata Salma tertuju pada jas berwarna biru dongker, cakep.
"Sini yang," tutur Salma menempelkan pilihan jas keempatnya itu.
"Tangannya," ucapnya lagi. Ia sibuk mengukur apakah lengan jasnya pas atau kepanjangan.
Salma meminta Fajar ke ruang ganti dan mencoba memakai jas pilihannya. Tak ada lima menit, pria tampan itu kembali dengan pakaian rapi. Berjalan mendekati tunangannya yang sedang melipat tangan didepan dada.
"Yang, aku berasa lagi fitting baju pengantin," Fajar memunculkan senyum manisnya, membuat Salma juga berandai-andai memakai gaun putih untuk hari pernikahannya kelak. Berjalan dengannya beriringan, dengan latar musik gembira. Bersuka cita. Ketika aamiin paling serius dirayakan, menggema diatas muka. Dan terjadi sah, diantara mereka berdua.
Stttt, sudah. Fokus.
"pas di kamu, yang"
"Pas,"
BERSAMBUNG
101 part sudah cerita ini bergulir. Kalian sampai pada part terakhir . Terima kasih untuk semua doa dan dukungan baik pembaca. Untuk saran dan kritiknya. Sampai jumpa!.
Last but not least, coba sebutkan hal yang kalian pelajari dari tokoh utama di cerita ini, Salma & Fajar. Apa yang kalian dapat dari mereka berdua?
KAMU SEDANG MEMBACA
SALJAY : LAUGH, MIC & RACKET [ END ✅ ]
Fanfic[ SELESAI ] konon katanya, perbedaan kadang jadi alasan untuk bisa saling mengerti dan menghargai. perbedaan mengantarkan pada keberagaman. perbedaan juga bisa memecah maupun menyatukan. tergantung pada pilihan kita. dua profesi yang jauh berbeda...