"Enggak, bukan"
"Pacaran kita ya?""Ka, aku emang ngga obses ke cowo romantis, tapi nggak gini juga cara jadiannya" ketik Salma dengan menyisipkan emoticon menangis 😭.
Menangis melihat tingkah absurd Fajar. Kok bisa-bisa nembak lewat chat dan bahasanya seperti ngajak beli seblak.
"Sal, jadian yuk 🙏🏻"
Salma sampai geleng-geleng kepala melihat tingkah fajar. Harusnya Salma senang kan?
Ini yang Salma mau?
Ada kepastian. Ada nama hubungan.
Tapi, kenapa Salma biasa saja. Tidak excited ataupun gembira mendengar kalimat Fajar.Salma mengambil cangkir yang berada di meja kamarnya. Ia mencoba mencerna apa yang terjadi. Memahami seluruh kalimat yang fajar kirimkan lewat pesan WhatsApp.
"Ka, aku tau ini mungkin terlalu cepet. Dan rasanya, kamu ngajak pacaran bukan dari hati. Maksudnya aku nggak maksa buat namain hubungan kita."
"Aku paham kalau kamu punya trauma dimasa lalu, dan mungkin kalo kamu nyamannya kita kayak gini aja, ya udah jangan dibikin ribet"
Dua pesan panjang yang baru Salma kirimkan. Itu bukan penolakan, tapi justru itu jawaban yang menjebak.
Maunya kamu apa sih, Sal?
Hts nggak betah, ditembak nggak mau."Gini ka, aku ngerasa kamu belum siap aja. Aku ngerasa kamu mau jadian bukan bener-bener dari hati. Bukan nggak tulus, tapi memang kayaknya kita butuh waktu lebih lama lagi"
SAMPAI KAPAN?
Hah?
Salma membisu disudut kamarnya. Apakah yang barusan ia ketik itu benar?
Mmmmm, kenapa kadang logika jadi kabur entah kemana setelah bertemu cinta. Ini terlalu jauh, perasaan sudah ikut campur terlalu jauh sampai menghilangkan peran logika.
Oke, kalau nggak mau jadian. Tapi kalau suatu saat Fajar didekati cewek lain, gimana?
Coba ngomong, gimana?
Rela?
KAMU SEDANG MEMBACA
SALJAY : LAUGH, MIC & RACKET [ END ✅ ]
Fiksi Penggemar[ SELESAI ] konon katanya, perbedaan kadang jadi alasan untuk bisa saling mengerti dan menghargai. perbedaan mengantarkan pada keberagaman. perbedaan juga bisa memecah maupun menyatukan. tergantung pada pilihan kita. dua profesi yang jauh berbeda...