"Mintaklah kau sendiri"
Jadian saja belum, sudah minta-minta restu. Hadeh.
"Lo ngga ada niatan nonton Salma nyanyi apa?" tanya Rian mengagetkan lamunan Fajar.
Fajar mengedikan kedua bahunya, menggerakkan bibirnya kesana-kemari.
"Gue takut sebenernya..........., gue cuma komen di live streaming nya Salma aja sampe masuk berita. Apalagi kalau sampe nonton dia manggung, mungkin gue bakal dicari-cari wartawan" ucap Fajar kepede-an.
"sekali-kali lah surprise gitu, ya lo nyamar aja pke masker. toh ngga ada yang ngenalin" usul Rian meyakinkan.
Susul ke Probolinggo? Yakin?
Kebetulan Fajar ada day off yang bisa ia gunakan untuk berpergian seharian."temeniiiiin," rayu Fajar kepada Rian sambil mengedipkan kedua matanya. Lalu memonyongkan bibirnya.
"Sorry, gue udah ada janji sama ribka,"
Mendengar jawaban Rian, Fajar memutar kedua bola matanya. Ya sudahlah, gas aja, pikirnya. Siang nanti, ia putuskan untuk pergi ke bandara. Menyusul Salma ke Probolinggo.
Ini akan jadi pertama kalinya Fajar menonton Salma off air. Ia menyiapkan ransel hitam miliknya, menyiapkan barang-barang penting yang ia harus bawa : dompet, hp, parfum, dan teman-temannya. Rencananya, sesampainya di Probolinggo, Fajar akan membeli bunga untuk Salma.
Sudah jam sebelas siang, Fajar hampir selesai bersiap-siap menuju bandara. Jadwal keberangkatannya masih sejam lagi. Masih ada waktu. Ia memesan taksi lewat aplikasi online, beruntung lima menit kemudian taksi yang ia pesan, sudah datang.
"ayo pak, jalan" kata Fajar setelah memasuki mobil.
Fajar sudah rapi dengan jaket varsity miliknya, ia padukan dengan jeans hitam yang membuatnya semakin maskulin. Setengah jam kemudian, taksi Fajar sampai di bandara. Namun sayang, perjalanannya harus di tunda selama dua jam.
"Anying, bisa-bisa telat sampe Probolinggo gue!" umpat Fajar dalam hati.
"Tau gitu, mending gue nyetir mobil sendiri"
"Hufttt"Masih ada dua jam lagi ia harus menunggu, Fajar memutuskan untuk membeli makanan sebab ia belum makan siang. Lalu Ia duduk di bangku tunggu, dan tiba-tiba tertidur lelap. Sebab, semalam ia maraton menonton film Marriage With Benefits di laptopnya sampai jam satu pagi.
Begitu nyenyak, sampai Fajar tidak sadar masker yang dipakainya lepas. Orang-orang dibandara akhirnya mendekat dan memberanikan diri bertanya,
"Ka Fajar ya?"
"Fajar Alfian"
"Yang main bulu tangkis"
"Yang lagi kalah terus itu, kan"Ucap segerombolan cewek-cewek yang memang teridentifikasi sebagai badminton lovers baru.
"Mau foto ka,"
"Ka, minta tanda tangannya di buku nikah dong"
"Ka foto ka"Fajar yang setengah sadar akhirnya memakai masker kembali, ia hanya tersenyum dan bilang,
"Maaf saya harus terbang sekarang, maaf ya, " ucap Fajar meninggalkan mereka yang masih berdiri di tempat.
Selamaaaaaat.
Ia melihat jam yang menempel di tangan kirinya. Anying! Pesawatnya barusan berangkat.
Ketinggalan pesawat, karena ketiduran di bandara. Ini ngga lucu si. Bener-bener, udah ditunda dua jam, eh pas mau berangkat malah ditinggal pesawat.
Gagal sudah rencananya untuk menyusul Salma ke Probolinggo. Gagal total. Siapa suruh ketiduran di bandara?
Kalaupun bisa dikejar, tetap tidak terkejar waktunya. Jam segini saja Salma sudah mau selesai tampilnya. Nasib-nasib. Nasi sudah menjadi uduk. Alias nasi uduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
SALJAY : LAUGH, MIC & RACKET [ END ✅ ]
Fanfic[ SELESAI ] konon katanya, perbedaan kadang jadi alasan untuk bisa saling mengerti dan menghargai. perbedaan mengantarkan pada keberagaman. perbedaan juga bisa memecah maupun menyatukan. tergantung pada pilihan kita. dua profesi yang jauh berbeda...