Ya, penggalan lirik lagu Sorai itu memang seperti kisah Salma dan Fajar.
Ketika dunia saling membantu. Lihat, cinta mana yang tak jadi satu?
Dulu, saat masa-masa pendekatan dengan Salma, Fajar pernah mengajak Salma untuk berkunjung ke Majalaya, ke Rumah orang tuanya. Salma menolaknya karena belum siap, dan belum ada kejelasan hubungan. Salma menolaknya dan merasa kesal dengan ajakan itu.
Sekarang, malah Fajar duluan yang bersilaturahmi ke rumahnya.
Siapa sangka?
Pria yang dulu sama sekali tidak ia kenal sekarang jadi tamu kehormatan.Siapa kira? Kalau ternyata Fajar dulu lah yang bersilaturahmi langsung dengan orang tuanya.
Kalau dipikir dengan logika, mana kepikiran kalau Fajar dan Salma akan bersatu.
Sama-sama sibuk dan berbeda jauh backgroundnya.
Mana mungkin?
Mungkin, sebab dunia membantu.
Ketika dunia membantu, maka cinta mana yang tak jadi satu?🎶 PEOPLE FALLING IN LOVE IN MYSTERYUS WAY 🎶
"Orang-orang memang jatuh cinta dengan cara yang misterius,"Begitu kalau kata Ed Sheeran.
Enam bulan yang lalu, Salma juga tidak pernah terbesit di pikiran akan mengenalkan Fajar sebagai cowoknya ke Mama Ita.
Salma enam bulan yang lalu juga tidak menyangka akan jadi sebahagia ini bersamanya.
Fajar adalah tawa diantara banyak luka.
Fajar adalah penyembuh yang ampuh.
Ia bak sayap Salma yang membawanya terbang kesana kemari.=°=
"
Papa kamu dimana, yang?" tanya Fajar sambil mengambil toples cemilan.
"Bentar lagi pulang kok, tadi aku udah telfon,"
Tak lama kemudian, ada ketukan pintu dari luar. Benar, itu Papa Salma.
Fajar dan Salma berdiri menyambut kedatangan cinta pertama Salma.
"Oo, ini pejabat Kemenpora-nya, dek?" ujar Papa Demis bercanda.
"Bukan om, saya cuma atlet,"
"Oo, yang lagi kalah terus ya?,"
Salma mencubit pinggang Papanya, dan bilang,
"Papa ah, iya bener kalah terus tapi jangan bilang gitu juga," ucap Salma pelan.
Baru juga datang, sudah kena ulti dari Papanya Salma.
"Fajar Alfian om," ucap Fajar menyodorkan tangan kanannya untuk bersalaman.
"Oo iya, saya Papa nya Salma, Demis"
"Duduk, duduk. Tadi cuma bercanda ya"Fajar jadi mulai deg-degan lagi.
"Gimana-gimana, udah ngobrol apa aja? katanya PNS ya?,"
Jar masuk jar.
"Betul Om, alhamdulilah saya lolos tes cpns jalur prestasi,"
"Oo iya iya ya, asli mana?," tanya Papa Demis kepada Fajar.
"Aslinya saya jomblo, pas ketemu Salma alhamdulilah udah nggak jomblo lagi,"
"Maksud saya asli orang mana gitu, Jakarta?,"
Wes trah, Fajar. Fokus jar fokus. Ditanya domisili malah jawabnya status.
"Saya Majalaya, Bandung,"
Semakin lama semakin mengalir obrolan mereka. Kalau Mama Ita terlihat terang-terangan menyukai sikap Fajar, berbeda dengan Papa Demis. Ia masih menerka-nerka dan hati-hati kepada setiap laki-laki yang mendekati putrinya itu. Jangan sampai Salma salah pilih pasangan. Papa Demis tidak rela kalau Salma harus disakiti laki-laki lagi. Walaupun ia paham, masa muda adalah masanya bercinta. Tapi, ia berharap putrinya dapat menjatuhkan hati pada cinta yang sejati.
=°=
"Yang, Jombang barusan ngabarin kalo dia ada urusan mendadak. Kita cancel lagi badminton date nya, ya?"
Raut muka Salma terlihat seperti kecewa.
"Ya udah nggak papa,"
Salma dan Fajar harus meninggalkan Probolinggo sore ini, sebab Fajar ada latihan penting besok siang. Mereka berdua sengaja tidak pergi jalan-jalan mengelilingi kota Probolinggo karena untuk menghemat energi. Salma masih ada jadwal off air di Medan, Fajar pun ada urusan pekerjaan besoknya.
Mereka berdua hanya pergi makan siang ke tempat makan langganan Salma, bersama Mama Ita dan Papa Demis. Singkat waktunya namun banyak obrolan pentingnya.
Fajar bercerita tentang karirnya sebagai atlet yang berkancah di turnamen Internasional dan sedikit banyak tentang backgroundnya kepada Mama Ita dan Papa Demis.
"Enak kan?,"
Fajar mengangguk dan tersenyum.
"Nanti juga terbiasa sama rasa masakan Jatim, tenang" ucap Salma lagi meyakinkan rasa makanan khas daerahnya.
Respon Mama Ita dan Papa Demis sangatlah baik dan terbuka akan kedatangan Fajar. Bahagia rasanya bisa diterima dengan baik oleh orang tua Salma. Tapi, itu belum cukup jadi bekal Fajar untuk bisa dipercaya sepenuhnya. Ya, Fajar harus benar-benar menjaga kepercayaan yang Mama Ita pasrahkan padanya.
Salma dan Fajar sudah bersiap-siap untuk terbang ke Jakarta, mereka berdua berpamitan kepada Mama dan Papa Salma. Pelukan erat tanda Mama Ita masih sangat kangen pada putrinya. Ingin rasanya ia ikut ke Jakarta. Mendampingi Salma di saat putri satu-satunya itu bernyanyi dari satu panggung ke panggung lainnya. Namun apa daya, mungkin belum waktunya.
"Kalian hati-hati ya, kalau udah sampe tolong kabari kami," ucap Papa Demis menepuk punggung Fajar.
"Kami pamit, Om, Tante,"
Pukul enam petang, Fajar dan Salma melaju ke Bandara menggunakan taksi. Lambaian tangan dan senyum mereka merekah semua. Senang, Fajar dan Salma bisa datang dan makan bersamanya hari ini.
"Kita cari makan dulu ya, yang. Sebelum bandara ada tempat makan enak," ajak Salma untuk makan malam berdua.
"Oke,"
"Makasih ya yang, udah kenalin aku ke orang tua kamu. Kapan-kapan giliran aku yang ajak kamu ketemu Mama Papah ku,"
KAMU SEDANG MEMBACA
SALJAY : LAUGH, MIC & RACKET [ END ✅ ]
Fiksi Penggemar[ SELESAI ] konon katanya, perbedaan kadang jadi alasan untuk bisa saling mengerti dan menghargai. perbedaan mengantarkan pada keberagaman. perbedaan juga bisa memecah maupun menyatukan. tergantung pada pilihan kita. dua profesi yang jauh berbeda...