50. The truth?

2.6K 266 50
                                    

"Nona? Nona Lee?"

Layla terkesiap kaget ketika telapak tangan Liam melambai di hadapan wajahnya yang tengah melamun. Liam sedikit khawatir pada nonanya ini karena tidak biasanya ia murung apalagi di pagi hari, apalagi layla bukan tipe gadis yang suka melamun ataupun tak memiliki gairah hidup seperti saat ini.

"Anda dari tadi terlihat murung, apa anda sakit nona?"

Layla menggelengkan kepalanya, dengan senyuman tipisnya yang terlukis ia meyakinkan liam jika ia baik-baik saja.

"Aku hanya mengantuk, tidak biasanya aku bangun pagi buta seperti ini untuk pulang." Liam memberitahukan jika pesawat yang mereka tumpangi akan lepas landas dalam waktu kurang lebih 25 menit lagi.

"Apa nona ingin saya belikan sesuatu? Agar tidak mengantuk, seperti coffee mungkin?" layla menggelengkan kepalanya karena ia tidak diperbolehkan george meminum coffee.

Layla menatap ponselnya yang tidak menunjukkan adanya pesan masuk sedari ia sampai di bandara. Jujur saja jika bukan karena bertengkar dengan george, ia tidak mungkin nekat pulang apalagi pukul 04.00 dini hari seperti ini.

"Liam, apa menurutmu george akan datang?" tanya layla basa basi meski sudah tau apa jawabannya.

Mata layla berkaca-kaca, namun ia menggeleng "Tidak, aku hanya bertanya."

Seharusnya disaat seperti ini ia tidak usah berharap karena george tidak mungkin datang untuk melihatnya pergi hari ini, pria itu pasti sedang berada di bar dan bersenang-senang disana saat ini.

Jika kalian pikir pasangan ini bertengkar karena hal kecil seperti biasanya kalian benar, namun penyebab kali ini hal yang berbeda bukan karena george tidak ingin menyayangi layla jika gadis itu menjadi cacing bukan.

Permasalahan kali ini berkaitan dengan kepercayaan.

Pertengkaran mereka bermula dari dua hari sebelum layla memutuskan pulang hari ini, dimana pada hari itu layla mendapatkan undangan pesta ulang tahun dari sahabatnya VERONICA KIM.

Seperti hari-hari biasanya di hari libur, pria bermarga JEON CONY ini menghabiskan waktunya diruang kerja dengan menyelesaikan pekerjaannya yang tak terselesaikan di kantor.

Sama seperti george, layla juga menyelesaikan pekerjaannya namun pekerjaanya itu berbeda dengan george dimana saat george mengurus masalah perusahan ia mengurus masalah perutnya dengan memakan cookies yang ia buat tadi pagi bersama pelayan.

"Sayang, mau?" tanya layla, dihadiahi gelengan oleh george yang masih sibuk memandangi kertas di tangannya.

"Tidak, aku masih kenyang setelah sarapan tadi pagi tuan lee"

Mendapatkan jawabannya, layla kembali fokus memakan cookies hasil buatan pelayan yang terasa sangat enak di banding dengan buatannya yang sedikit keras dan gosong, bukan layla jika tidak kembali memaksa george untuk mencoba cookies buatannya.

"Cobalah, satu saja" George pun mengigit sedikit cookies itu dan layla sungguh senang karena george memakan cookies buatannya ia ingin lihat apakah george akan jujur atau berbohong soal rasanya.

"Ini buatan mu, tuan lee?" tanya george, dihadiahi anggukan oleh layla dengan senyum manis yang mampir di bibir tebalnya.

"Aku baru belajar membuatnya pagi ini dengan joy dan kurasa cookies buatan ku gagal."

George menggelengkan kepalanya, dengan senyuman tipisnya terlukis ia mengusap rambut halus layla, mengecup kening gadisnya dengan lembut.

"Tidak apa-apa nanti belajar lagi dengan joy, lain kali pasti berhasil."

REVENGEWhere stories live. Discover now