🌵Bab 39 - Ksatria Datang

84 14 53
                                    

🌵Bab 39🌵~♥ Ksatria Datang ♥~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌵Bab 39🌵
~♥ Ksatria Datang ♥~

Semua yang melihat termasuk Mak Lampir benar-benar kaget. Cowok yang jadi bawahannya menarik gue supaya melepaskan jambakkan tangan gue. Kemudian tuh cowok balas menonjok pipi gue hingga gue tepar di lantai.

Sa-sakiiit!!

Tangan cowok itu 100 kali lipat lebih kuat. Bibir gue pecah dan berdarah, gigi gue mungkin patah, dan gue langsung mau pingsan. Tapi gue nggak jadi pingsan karena nafas gue tercekat saat tuh cowok narik kerah baju gue sampai dua buah kancing kemeja putih gue yang paling atas langsung putus saking kasarnya.

"Aaarghh!" teriak gue benar-benar nggak sanggup lagi diperlakukan begini.

"Elo!" Viola mendekati gue dan panggilannya ke gue juga berubah, dia pasti kesal banget setelah menerima tamparan dan jambakkan dari gue tadi. Rambutnya jadi tak berbentuk lagi, apalagi gue sih.

"Udahlah, seharusnya elo tuh nyerah aja! Kenapa elo masih ngotot ngelawan gue!?" teriak Viola mendorong dahi gue ke belakang. Dia mengambil semangkuk sup yang ada di atas meja, entah punya siapa, lalu menyiramnya ke atas kepala gue.

Gue hanya ternganga melihat kuah sup itu udah menggenang dan mengalir dari rambut gue ke baju seragam gue yang kotor karena tomat dan makanan tadi. Sayur-sayur dan wortel bertumpukan di rambut ini, belum lagi tulang ceker ayam yang juga ikut hadir dalam sup itu, udah jadi pengganti jepitan rambut gue. Ini tuh persis banget dengan apa yang pernah gue bayangin sama Lisa dulu.

Anak yang di-bully bakal ditumpahin sup, terus rambutnya udah kayak gerobak dagangan sayuran dan berarti habis ini, gue bakal ....

"Ayo kita cuci rambut kakak di closet WC!" seru Viola menyeret gue.

TIDAAAKK!! Ini benar-benar mimipi buruk!

B E N C A N A.

Gue bener-bener enggak sanggup melawan lagi. Tenaga gue udah terkuras habis gara-gara mampus ditonjokin cowok brengsek itu. Gue diseret menuju pintu keluar cafe. Dan kali ini gue bener-bener berharap gue bisa beneran pingsan sehingga gue enggak bakal merasakan penderitaan ini lagi.

Dan gimana dengan adek-adek kelas yang lain? They just watching, may I give you a popcorn? Mereka cuma ngeliatin. Jika ada yang mulai merasa kasihan, itu pun mereka urungkan karena takut ikut campur.

PLEASE ... seseorang hentikan mereka! PLEASE ... siapa aja gue mohoon!!!
Tolongin gue!!! pekik gue sekeras-kerasnya dalam hati.

Gue terus diseret, hingga tiba-tiba yang nyeret gue berhenti di tempat. Dia seolah-olah habis ngelihat penampakan yang mengejutkan. Viola juga berhenti melangkah dan nafasnya tersekat seraya berteriak shock. "K-KAK ... Kak NAVIN???!"

Semua terperangah melihat ke pintu cafe, termasuk gue. Lihat siapa yang datang?

"Na-Navin," bisik gue dengan senyuman lega dan sehabis-habisnya nafas.

Navin ... cowok itu dengan wajah merah karena marah, murka, sampai-sampai tangannya mengepal di samping, giginya bergemertak, dan mata elangnya yang setajam pisau menatap Viola dan para junior lainnya dengan angker.

"Elo!!" tuding Navin mencakup kepada Viola sekaligus pada cowok yang masih mencengram baju gue. "LEPASIN TANGAN ELO DARI CEWEK GUE!!!!"

Cowok yang dimaksud langsung kaku melepaskan gue hingga gue terduduk di lantai, sementara dia terpaku ketakutan tak tau harus melakukan apa.

Navin melangkah cepat, tangannya dengan spontan mendorong Viola ke samping hingga cewek itu terdorong mundur dan lanjut berjalan ke arah cowok yang nonjok gue tadi. Dengan tak kalah kasar dan lebih mengerikan lagi, Navin menempeleng dan mendongkrak habis cowok itu hingga langsung terlentang di lantai, langsung pingsan tak bergerak!

Bisa gue dengar semua orang menahan nafas kaget dibuatnya. Setelah membantai cowok itu, Navin pun menatap gue dengan tatapan tak percaya. Wajahnya benar-benar enggak bisa gue definisikan, yang jelas Navin terlihat shock melihat keadaan gue seperti ini. Dia pun beralih menatap ke sekeliling. Ia menyapu pandangan ke seluruh adik kelas yang masih mengerubungi kami. Kali ini pandangan mereka menunduk karena Navin, sang ketua OSIS, sedang menatap mereka dengan murka.

"Kalian!!" geram Navin angker, gue yang udah hampir tepar masih sempat bergidik ngeri mendengar geraman Navin yang udah kayak singa jantan marah. "Kalian apain cewek gue!!?" teriaknya mulai menuding entah kepada siapa, yang jelas tudingannya bersifat universal.

"Kenapa kalian memperlakukan Ahran kayak ini!!?" teriak Navin lagi. "Dan setelah kalian melakukannya, kalian hanya menonton? Pada kemana sih otak kalian ... HAH?! Apa kalian enggak tau bahwa yang kalian lakukan ini adalah penyiksaan dan pelecehan!!" ucap Navin emosi.

"Jadi selama gue pergi, ini yang kalian lakuin? Kalian tega bikin cewek gue begini? Brengsek!! Kalian semua nggak punya hati!! Menyakiti cewek gue sama aja dengan kalian nyakitin gue! Dan orang-orang yang udah nyakitin orang yang gue sayang adalah musuh terbesar gue!!!" lanjut Navin makin panas. "Kalian KEJAM!!" Wajah Navin semakin merah, gue serasa mau berlari ke arahnya untuk menahannya supaya nggak seemosi ini.

"Dan elo!" Navin tiba-tiba menuding si Mak Lampir, Viola mematung dan langsung jadi batu, matanya terbelalak dan kayaknya dia langsung jantungan dipanggil Navin. "Gue enggak tau apa elo masih punya hati dan masih punya otak atau enggak, tapi yang jelas setelah ini gue bakal bikin elo menyesal atas apa yang udah elo lakuin!!" ancam Navin. "Gue bakal pastiin bahwa elo dan orang-orang yang ada dibelakang elo akan selalu menderita sebelum kalian benar-benar menyesali perbuatan kalian!! Gue bakal bikin kalian bersujud-sujud meminta maaf pada Ahran. Cewek gue udah sangat menderita gara-gara kalian!!"

"Ta-tapi bukannya dia cuma pacar bohongan kakak ...." Seseorang berani menjawab meskipun gugup, tapi Navin udah duluan memotong ucapannya.

"Mau pacar bohongan atau beneran, gue nggak peduli! Dia masih tetap jadi orang yang gue sayangi, dan kalian semua sudah menyakitinya! Kalian benar-benar KEJAM!!" Navin mengulangi kata-katanya lagi, tapi bukan itu yang bikin kami semua kaget, melainkan kalimat sebelumnya. Gue kaget plus enggak nyangka Navin bisa ngomong kayak gitu.

Jadi selama ini Navin beneran nganggap gue sebagai pacarnya?? Di-dia beneran sayang sama gue?

"Setelah apa yang udah kalian lakukan, sekarang gue menyesal telah mau jadi ketua OSIS kalian, gue kecewa sama kalian semua!" desis Navin tajam.

Nggak ada lagi yang berani natap mata si Navin, semua mulut bungkam, otak mereka berhenti bekerja dan hati mereka merasakan penyesalan.

Setelah itu, Navin langsung menghampiri gue. "Maafin gue datang terlambat, Ran," bisiknya sambil melepaskan sayur mayur yang ada di rambut gue. Kemudian, Navin langsung meletakkan tangan kanannya ke pundak gue dan tangan kirinya diselipkan ke belakang lutut gue. Seolah gue ini cuma kapas, Navin dengan mudah mengangkat dan menggendong gue ala bridal style seringan bulu.

Navin berjalan meninggalkan cafe tanpa bicara sepatah kata lagi. Dan sepanjang jalan gue hanya bisa menatap wajahnya dalam diam.

~o0O0o~

.
.
.
.
Please Vote And Comment
ThankYou For Reading This Story

Love di Udara💕
Ranne Ruby

ENEMY ZONE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang