🌵Bab 29 - Perang Tatapan

111 16 0
                                    

🌵Bab 29🌵- Perang Tatapan -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌵Bab 29🌵
- Perang Tatapan -

Gue baru aja keluar dari Private Room Ketos dan melewati gunjingan negthink anak OSIS se-ruangan itu. Males gue dengerin mereka, julid banget. Orang gue nggak ngapa-ngapain kok sama Navin.

"Hallo, Tuan Putri," sapa Arial dengan gaya cassanova-nya.

Lho? Ni orang habis kesambet apa? Maksud gue, kenapa dia baru sadar buat manggil gue tuan putri, harusnya dia udah dari dulu manggil gue begitu. (Lol)

"Hamba tak akan bertanya apa yang Tuan Putri lakukan di dalam sana, tapi hamba ingin mengucapkan selamat. Tuan putri adalah orang pertama Non OSIS yang berhasil masuk ke dalam ruangan Private Room Ketua OSIS."

Gue menaikkan alis. Kenapa Arial tiba-tiba jadi puitis gini, dah? Pakai hamba-hamba segala? Mungkin autisnya lagi kambuh kali. Dari pada dengar ocehan Arial yang ngawur, gue mending balik ke perpustakaan, nyelesain tugas kelompok biar gue bisa cepetan pulang.

Hari ini gue nggak mau ketemu Navin lagi, gue pengen segera kabur pulang mesti tadi Navin nyuruh gue nungguin dia. Ngapain coba gue mesti buang-buang waktu buat nungguin cowok rese itu?

Pokoknya yang jelas gue harus ke perpus, ngabil tas, terus kabur secepat dan serahasia mungkin!!

Saat gue di pintu perpus, ada orang nongol di balik pintu, "Mau gue bantu melarikan diri?" tanya orang itu.

Gue kaget, "Galen?" Demi apa gue heran. "Kok elo tau?"

"Ya iyalah dari wajah elo, gue udah bisa melihat kalau elo pengen melarikan diri, wajah elo tuh persis banget kayak anak anjing yang ingin lari dari majikannya, hahaha," ledek Galen.

Gue menghembus nafas panjang. "Elo mau bantuin gue lari lewat mana? Toh gerbang sekolah bisa kelihatan dari kantor OSIS. Meskipun dari jauh siih, tapi tetep aja bakal keliahatan dan pasti salah satu anak OSIS ada yang lihat dan ngelapor ke Navin kalau gue udah duluan pulang."

"Calm down. Lo ikut gue sekarang." Galen menaikkan alisnya dengan keren, kemudian berjalan ke arah yang berlawanan dengan gerbang sekolah.

Gue menyusulnya bingung. "Lho? Kok malah ke sini? Kalau mau lewat belakang sekolah kan nggak ada jalan?"

"Emang gue ada bilang kita bakal lewat sana? Makanya diem, deh!" timpal Galen sok serius, nyebelin.

"Yea ... ya terus?" tanya gue bawel, dan Galen nggak mau capek-capek ngejawab pertanyaan gue. Dia menuju tembok tinggi samping sekolah.

"Galen! Elo gila ya? Kita mau manjat tembok setinggi 2,5 meter ini?" teriak gue nggak habis pikir. "Enggak deh! Mendingan gue lewat gerbang sekolah aja." Gue cepat-cepat berbalik, tapi Galen udah nahan lengan baju gue duluan.

"Jadi orang jangan sok tau dong. Gue kan nggak bilang kalau kita bakalan manjat," bete Galen berjalan ke belakang bangunan ruang musik dan kembali dengan membawa tangga lipat di tangannya.

ENEMY ZONE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang