🌵BAB 43🌵
~♥ Akhirnya Terungkap ♥~
Secepat kilat gue berlari menuju bangunan mangkrak yang letaknya dekat hutan belakang sekolah dan jurang perbukitan itu. Tempatnya cukup jauh dan cukup luas. Gue nggak tau persis di gedung mananya, dan di lantai berapanya dia berpijak.
Saat ini gue cuma nurutin insting gue. Gue memutuskan masuk ke bangunan yang paling dekat dengan hutan belakang sekolah. Karena cuma dua lantai, gue jadi bisa memeriksa setiap ruangan di bangunan itu.
Bangunan itu sebenarnya nyeremin banget, tapi gue nggak peduli. Gue harus segera temuin si brengsek itu. Yah ... asal dia lagi nggak ngerjain gue aja.
Gue naik ke lantai dua dengan hati-hati. Jenjangnya udah rapuh banget. Gue melintasi koridor gedung tua masih sambil celingak-celinguk dan sesekali ngelirik jam, hanya tinggal beberapa detik lagi. Tamat riwayat gue!
Namun langkah gue terhenti. Nafas gue ngos-ngosan mentap sesosok siluet di ujung lantai dua yang baru hanya pondasi itu, tak ada dinding. Orang itu sebenarnya berdiri di balik tonggak bangunan yang menentang matahari senja. Jadi kalau dari tempat gue cuma bisa melihat bayangan dan siluetnya.
"Bagus! Masih tersisa beberapa detik lagi, gue nggak heran kenapa lo bisa nebak tempat ini," ucap suara itu lantang. Sementara sosoknya masih berada di balik tonggak itu sedang mengawasi gue.
Gue tersenyum kecil walau masih ngos-ngosan. Ternyata dia lah dalang dibalik semua ini. Orang yang udah ngelakuin semua perbuatan terlaknat itu. Dari suaranya udah pasti dia cewek dan bukan Viola.
"Ternyata elo, ya?" senyum gue menegapkan badan dan berjalan santai mendekati tepi lantai bangunan mangkrak itu.
Gue tau dia tersenyum iblis pada gue walau lewat siluet itu. Gue bersandar ke tonggak yang sejajar dengannya dan menghadap ke pemandangan hutan dan jurang. "Kenapa elo ngelakuin semua ini? Gue masih belum ngerti kenapa lo lakuin ini ke gue."
Dia terdengar cekikikan, and that was horrible. "Elo tanya kenapa? INI SEMUA KARENA ELO!!" teriaknya tiba-tiba. "Gue mau balas penderitaan yang udah gue alami gara-gara elo. Gue mau elo ngerasain juga."
"Hah!" Gue mendengus angkuh. Gue sama sekali nggak takut sama dia, malah saat ini gue berasa mau langsung nyerang dia. Ini gue lagi nahan-nahan tau nggak. "Lo mau gue menderita? Elo pikir setelah semua yang elo lakuin itu cukup untuk bikin gue menderita? Haha ... elo ngeremehin gue ya. Gue sama sekali nggak menderita!"
"BOHONG! Gue bisa melihat wajah frustrasi elo!" bantahnya. "Gue terus mengawasi elo dimana pun, remember? "
"Hoho ...." Gue agak terkejut. " Jadi selama ini elo nguntit gue? Nggak heran sih, ternyata gue punya stalker dan anti fans setotalitas elo," ledek gue. "Frustrasi sih udah biasa. Tapi walau pun begitu bukan berarti gue udah menderita. Buat bikin gue menderita mah bukan kayak gini. Lo buang-buang waktu, buang-buang tenaga. Dan yang pastinya lo pengecut!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ENEMY ZONE [TAMAT]
Fiksi RemajaNot Every Princess Needs a Prince Charming "I am priceless, lo punya modal apa buat deketin gue?" "Most wanted boy?" "Gue ngga butuh gelar lo itu." © Copyright Ranne Ruby