🌵Bab 35🌵
~♥ Not Me! I Swear ♥~
Akhirnya hari ini adalah hari gue putus sama Navin. Tepat tanggal 8 September kontrak pacaran bohongan kami selesai. Gue nggak tau harus respon gimana. Entah harus senang atau sedih.Ya, kalau senang sih of course lah gue terbebas dari ikatan perjanjian dan nggak harus berpura-pura jadi pacar Navin lagi.
Tapi kalau sedih ... hmm, gue nggak ada alasan kenapa gue harus sedih. Tapi entah kenapa tetap aja rasanya rada ganjl, gue rasanya udah terlalu terbiasa berstatus menjadi pacar Navin.
Well, itu cuma perasaan sepintas, mungkin gara-gara terakhir kali Navin terlihat sesungguh itu mempersembahkan nyanyiannya ketika acara OSIS kemarin.
Akhirnya gue memutuskan untuk berpikir positif dan menyambut kebebasan ini dengan bahagia.
Namun, sapaan ramah disertai langkah riang gue mulai memelan setelah menyadari tatapan aneh para adek kelas ke gue saat melintasi koridor lantai satu gedung itu.
Tatapan mereka terlihat bete, badmood, marah, kesal, nggak suka, malah ada yang benci.
Gue berhenti melangkah dan menatap mereka ke sekeliling. Bahkan para adek kelas yang udah di belakang gue pun masih melirik gue dengan ekspresi antagonis.
Gue dengan kesal melanjutkan langkah dan berjalan sambil mikir salah gue apa sampai-sampai ditatapin angker gitu sama mereka.
Apa karena status twiter gue semalam?
Well, tadi malam, gue sama Navin emang sepakat bikin status untuk memgisyaratkan bahwa kami putus. Cuma itu.
Tapi apa karena itu? Makanya mereka banyak nggak suka kalau gue putus sama Navin?
Gue terus mikir dan melangkah melalui koridor lantai satu, naik tangga dan menyusuri koridor lantai dua menuju kelas.
Saat gue masuk, beberapa temen yang duduk bergerombol tersentak menatap gue kaget, lalu kemudian mereka buru-buru bubar kembali ke tempat duduk masing-masing dengan wajah gugup dan bingung. Gaya mereka kayak ketangkap basah karena lagi ngomongin gue.
Gue merasa aneh, namun tetap cuek mengangkat bahu dan menuju ke tempat duduk. Gue lihat ke sebelah, meja Navin masih kosong. Palingan tuh cowok telat atau sekarang lagi berada di ruang pribadi yang ada singgasananya itu.
Lalu gue melihat ke depan. Lisa juga belum ada, tumben dia belum datang. Gue lihat ke meja Denofa, juga masih kosong. Aneh?
Pintu dibuka, yang datang adalah Galen. Dia datang dengan gayanya yang seperti biasa, cuek, dingin dan kaku.
Tak lama, Gilang datang. Mata kami saling bertumbukan dan gue auto tersenyum riang ingin menyapa, tapi lambaian gue terhenti saat Gilang hanya melewati senyuman gue begitu aja. Cowok itu cuma memasang ekspresi datar dan duduk di bangku sebelah Galen.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENEMY ZONE [TAMAT]
Fiksi RemajaNot Every Princess Needs a Prince Charming "I am priceless, lo punya modal apa buat deketin gue?" "Most wanted boy?" "Gue ngga butuh gelar lo itu." © Copyright Ranne Ruby