🌵Bab 4 - Hari Kebebasan

308 38 22
                                    


"Mungkin dia lelah"

~unknown

__________________________

__________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌵BAB 4🌵

~♥ Hari Kebebasan ♥~

"Lisa, hari ini kita makan di kantin, yok!"

"Elo nggak apa-apa, Ran? Siapa tau masih ada yang punya rencana nge-bully elo."

"Tenang aja, nggak bakal terjadi apa-apa kok, lagian kali ini gue nggak mau bersembunyi lagi, udah tiga hari gue sembunyi mulu di perpus."

"Gue juga nggak denger nama lo digosip-gosipin lagi sih," sambung Lisa manggut-manggut.

"Eh, tunggu tunggu!!" Mendadak gue jadi ragu lagi. "Jangan-jangan mereka cuma pura-pura nggak ngomongin gue supaya gue keluar dari tempat persembunyian lagi? Terus, ntar pas gue muncul tau-tau gue langsung diserang." Gue bergidik ngeri masih paranoid dengan tatapan-tatapan membunuh mereka.

"Enggak bakal, deh. Ya udah, kuy buruan!"

"Oke! Ayo!" angguk gue memberanikan diri. Yup! Gue harus keluar dan muncul lagi.

Di perjalanan menuju kantin, gue sih santai-santai aja. Tapi gue jadi rada-rada keki saat masuk kantin. 1 langkah ... 2 langkah ... 3 langkah. Yes, nggak ada yang merhatiin gue.

Gue pun menuju kios kantin yang menyediakan nasi prasmanan. Jadi kantin sekolah gue itu mirip seperti gerai berisi lima sampai enam kios penjual makanan. Mulai dari yang jualan bakso, soto, nasi prasmanan, batagor, sate, hingga warung minuman. Terus, bangku dan mejanya tersusun di sepanjang gerai.

Gue pun mengambil piring, kemudian menyanduk nasi, ayam goreng, dan sayur cah kangkung yang berjejer di atas meja kios prasmanan, beserta lauk pauk lainnya yang menggungah selera, gue juga ngambil pisang di ujung meja. Sambil mengambil kerupuk, mata gue masih was-was, kalau-kalau ada semangkuk sup melayang ke kepala gue.

Tapi ternyata sama sekali nggak ada apa-apa.

Junior, senior dan teman-teman gue pada terlihat santai-santai aja tuh. Sepertinya mereka juga nggak sinis lagi sama gue. Buktinya gue tadi sempat berpapasan sama beberapa anak-anak yang kemaren ikut ngerencanain pra bullying buat gue dan mereka malah senyum biasa ke gue.

Nggak ada yang melihat tajam atau ngelirik-lirik bete ke arah gue lagi, gue nggak bakal digangguin lagi.

Untuk pertama kalinya gue merasa lega dan bebas. Ternyata sabar itu menguntungkan, ya. Nggak sia-sia gue sembunyi selama tiga hari sampai masalah ini dilupain.

ENEMY ZONE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang