Tigabelas

124 16 10
                                    

Hoseok menghempaskan dirinya di ranjang. Dibiarkannya kamar tidur itu gelap gulita dalam hening yang menyelimuti. Pikiran Hoseok mengelana ke kejadian tadi, di parkiran Coffee Shop tempat Hyei bekerja.

Sosok perempuan yang tengah berciuman itu jelas-jelas adalah Chaerin. Meski tak terlihat jelas karena penampilan perempuan itu yang seakan-akan hendak menyembunyikan identitasnya, tapi Hoseok sangat bisa mengenali sosok kekasihnya. Orang yang sangat dicintainya. Dia tak mungkin salah menduga, hanya saja dia juga tak bisa asal tuduh sebelum mendapatkan bukti yang nyata.

Semalaman ini Hoseok terjaga karena memikirkan perempuan mirip Chaerin itu. Ketika detak jam dinding menunjukkan pukul enam pagi, dia pun bangkit dari ranjang untuk membuat segelas kopi di dapurnya.

Hari ini para member diberikan libur sehari, Hoseok berpikir mungkin akan menghabiskan waktunya di rumah. Walaupun ada beberapa lagu belum dia garap untuk mixtape yang akan diluncurkan, dia akan menundanya. Hatinya juga tiba-tiba enggan untuk menghubungi Chaerin, padahal seperti yang sudah berlalu, saat memiliki sedikit saja waktu luang, dia akan memanfaatkannya untuk bisa bertemu sang kekasih.

Baru saja Hoseok meletakkan kopi buatannya di meja ruang tengah. Notifikasi pesan masuk mengusiknya. Itu dari Hyei.

[Appa, bisa kita bertemu? Hari ini aku kerja malam, jadi terpaksa mengajakmu bertemu pagi hari.]

[Aku akan menemuimu sekarang.] jawab Hoseok tanpa basa-basi, lalu ia bersiap dan meninggalkan kopinya yang masih mengepulkan asap.

***

Hyei mempersilakan tamunya masuk ke apartement sewaannya yang sangat sederhana. "Maaf, mungkin kau nggak akan merasa nyaman ada di sini."

Hoseok melempar senyum. "Sebelum BTS jadi seperti sekarang, aku dan yang lainnya bahkan tinggal di tempat yang lebih buruk dari ini. Apa kau sudah lupa?"

Hyei menggeleng. Tentu saja dia tak akan pernah lupa tentang semua hal yang berkaitan dengan BTS.

"Duduklah, akan kubuatkan secangkir kopi," ucap Hyei, lalu meninggalkan Hoseok sendiri.

Hoseok melepas jaketnya, lalu meletakkan di sandaran kursi. Dia melangkah mendekati photo yang tergantung di dinding ruangan. Matanya memicing memperhatikan dirinya yang terselip di antara anak-anak yatim, lalu fokus pandangannya terjatuh pada sosok gadis kecil dengan pipinya yang tembam. Gadis yang tampak paling mencolok karena tubuhnya yang paling gempal.

"Ya! Jangan dekati photo itu!" Hyei berteriak saat menyadari Hoseok memperhatikan dirinya di masa lalu. Dirinya yang selalu mengalami perundungan karena obesitas dan hanya Hoseok yang bersedia memeluknya dengan hangat.

"Kau galak sekali, padahal aku menyukainya. Lihatlah senyummu tampak begitu manis. Tapi kenapa sekarang kau begitu sangar?"

"Diamlah!"

Hoseok menghindar saat Hyei berusaha memukulnya.

"Hyei, coba kau tersenyum seperti itu, bukankah akan terlihat sangat cantik."

"Tidak!" ucap Hyei berang. "Aku tak akan memamerkan senyumku padamu."

"Begitukah?" Hoseok mendekati Hyei, lalu menarik gadis itu dalam dekapannya. Dia mendorong Hyei hingga tubuh gadis itu bersandar di dinding. "Lalu, apa yang akan kau pamerkan padaku? Kecantikanmu?" Hoseok mendekatkan dirinya ke telinga sang gadis sambil berbisik, "atau tubuhmu ...."

Hyei terkejut mendengar ucapan pria itu. Nada jahat yang dibisikkan Hoseok membuatnya merasa takut. Dengan sisa-sisa keberanian yang dia kumpulkan, Hyei mendorong Hoseok, lalu menampar pipi pria dia hadapannya.

"Jadi, ini yang kau inginkan dariku? Kau menganggapku begitu murahan setelah dijamah para preman jalanan itu, iya kan?!"

Suara Hyei terdengar bergetar karena rasa sakit yang mengoyak hatinya. Sementara di tempatnya Hoseok terperanjat baru menyadari kesalahannya. Tadi dia hanya ingin bercanda dan menggoda gadis itu.

"Hyei ... aku ...."

"Cukup, Appa. Sekarang aku sudah mengerti. Tak ada lagi yang perlu dibahas. Aku tak akan bicara apa pun lagi."

"Hyei bukan begitu, tadi aku hanya ...."

"Oh, atau kau ingin bayaran atas kebaikanmu padaku selama ini? Apa kau meminta imbalan dengan meniduriku?"

"Min Hyei-sii, cukup!" Hoseok membentak sementara Hyei masih menatapnya tajam. "Dengar tadi aku hanya bercanda, aku hanya ingin menggodamu. Maaf karena sesaat aku lupa kau telah mengalami hal yang buruk karenaku." Hoseok terdiam sejenak menatap tajam ke arah gadis di depannya. Hyei memalingkan wajah, membiarkan bulir-bulir bening membasahi pipinya.

"Aku ...." Ucapan Hyei memotong niat Hoseok untuk kembali bicara. Pria itu terdiam menunggu apa yang akan diucapkan Hyei selanjutnya. "Aku memintamu datang hanya untuk memperjelas masalah semalam. Bisakah setelah hari ini kita tak usah bertemu lagi?" Hyei kembali menatap Hoseok. "Kau tak perlu bertanggungjawab atas apa pun yang terjadi. Aku bisa mengatasi masalahku sendiri. Terima kasih atas kebaikanmu selama ini, Appa. Aku hanya bisa membalasnya dengan mengirimkan doa-doa terbaik untukmu." Gadis itu membungkukkan badan.

"Kenapa? Apa obsesimu padaku telah hilang karena Taehyung?"

Pertanyaan Hoseok membuat Hyei tersenyum tipis. "Yang aku tau hanyalah aku terlalu mencintaimu, Appa. Aku telah jatuh cinta padamu sejak pertama kali kau mengusap kepalaku waktu itu. Aku jatuh cinta padamu sejak pertamakali kau memperlakukan aku seperti malaikat sementara orang lain menghujat. Yang aku tau, aku hanya memiliki cinta, bukan sebuah obsesi. Tapi, aku berjanji akan membawa cinta ini menjauh darimu. Kau tak akan terganggu sama sekali."

Hoseok terdiam. Entah kenapa ada denyut sakit di sudut hatinya. Dia ingin bicara, tapi bibirnya terkatup rapat.

"Setelah hari ini, anggap saja kita tak pernah saling mengenal. Kau hanya seorang idol yang aku kagumi dan aku hanya salah satu penggemar yang tak perlu kau tau," lanjut Hyei berbicara.

"Tidak!" akhirnya Hoseok bersuara. "Kita masih punya perjanjian selama sebulan. Kau tak bisa mengingkarinya."

Hyei tersenyum. "Jangan terlalu memaksakan diri, Appa. Aku tau kau dan Chaerin akan segera menikah, jangan membuatnya kecewa dengan berselingkuh denganku. Lagipula, aku tak pernah berniat jadi wanita simpanan yang hanya berperan sebagai selingkuhan pria milik orang lain."

Hoseok kembali bungkam. Saat Hyei menyebut nama Chaerin, dia kembali teringat peristiwa semalam. Dadanya kembali bergemuruh dalam amarah, tapi dia menahannya dan terus menyangkal bahwa perempuan yang tengah berciuman itu bukan kekasihnya. Hanya dengan penyangkalan seperti ini dia bisa mengendalikan emosinya.

Hoseok pun tersenyum tipis. "Baiklah, jika itu keputusanmu, aku menghargainya. Aku harap kau akan selalu memiliki hidup yang baik di masa depan." Pria itu mengambil jaketnya, lalu mengambil secangkir kopi yang bertengger di meja dan menyeruputnya. "Kopimu enak. Aku baru saja akan meminum kopi ketika tadi kau mengirimkan pesan. Kupikir kau akan menyetujui tawaranku semalam, tapi rupanya aku ditolak." Pria itu terkekeh. "Tapi, aku senang karena kau bisa tegas dengan keputusanmu. Kau pasti bisa menemukan seseorang yang lebih baik dariku dan itu bukan Taehyung," ucap Hoseok, lalu mendekati Hyei yang masih mematung.

Tangan Hoseok terulur untuk mengusap kepala Hyei. "Kau telah tumbuh jadi gadis yang dewasa dan sangat cantik. Terima kasih telah menjalani hidupmu dengan baik di masa lalu. Tetap bahagia, ya."

Setelah berucap demikian, Hoseok pun beranjak pergi meninggalkan tempat itu. Hyei terduduk di lantai. Dia telah berusaha berdiri tegar meski sakit mencabik-cabik dadanya. Bagaimana dia akan melepaskan cintanya? Semuanya tak akan semudah yang dia katakan. Hyei hanya bisa menepekur dalam tangis. Sementara di depan pintu Hoseok mematung mendengarkan isak tangis gadis itu. Tanpa diminta bulir bening turut jatuh menetes membasahi pipinya.

"Hyei ... semoga kau bisa melupakanku dengan segera. Bukankah cinta yang dipaksakan itu hanya akan membawa luka? Kau mungkin mencintaiku, tapi bagaimana denganku? Aku bukan pria yang bisa membagi perasaan dengan mudah, Hyei. Keputusanmu hari ini sudah benar." Pria itu bergumam, lalu meninggalkan apartement itu. Satu masalah telah dia anggap selesai.

TBC

Yang masih nunggu cerita ini, maaf up nya sesempet sempetnya.😅 Terima kasih.

Love Wild DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang