Dua puluh enam

88 17 2
                                    

Hyei menangis sampai ketiduran di bawah bantal. Saat mentari kian meninggi, dia terjaga. Matanya mengerjap pelan. Haus menderanya. Pelahan dia turun dari ranjang, lalu melangkah keluar hendak mencari segelas air.

Hyei keluar dari kamar Taehyung dan mendapati dorm yang sepi. "Sepertinya Appa sudah pergi," gumamnya. Hyei pun meneguk segelas air, dia melihat isi kulkas dan tak menemukan camilan apa pun di sana.

Ingin berterima kasih kepada semua  member yang menjaganya, Hyei memutuskan untuk pergi ke supermarket terdekat dan membeli beberapa barang. Dia melangkah mendekati pintu tanpa menyadari Hoseok sendiri hendak masuk ke dorm.

Hyei membuka pintu dari dalam dan menariknya membuat Hoseok yang memegang gagang pintu dari luar secara otomatis tertarik ke dalam. Pria itu kehilangan keseimbangan dan tersungkur menabrak Hyei. Sialnya gadis itu pun tak bisa menjaga keseimbangannya hingga tubuhnya terjerembab dan terjatuh di lantai dengan Hoseok menindihnya. Pegangannya pada gagang pintu itu terlepas dan pintu apartement itu menutup secara otomatis.

Hoseok menatap Hyei yang terkungkung di bawahnya. Mata gadis itu terpejam karena tak berani bertemu pandang dengan Hoseok. Sementara di tempatnya Hoseok membeku memperhatikan setiap inci dari wajah gadis itu. Debar-debar halus merayap menyusup dalam dadanya. Dia mungkin telah berupaya membebaskan Hyei dan memberikan kesempatan kepada Taehyung untuk mendekati gadis itu, tapi saat seperti ini, tak bisa dia pungkiri bahwa dia tak ingin kehilangan. Cintanya telah tumbuh membesar tanpa bisa dicegah.

Tatapan Hoseok berhenti pada bibir Hyei yang begitu segar dan menggairahkan. Dia menelan ludah kasar mengingat rasa nikmat dari bibir manis itu. Hoseok ingin sekali mencium bibir Hyei. Batinnya berperang antara mengungkap perasaan hatinya atau menahan diri.

Perlahan Hyei membuka mata. Hoseok masih menatapnya dengan tatapan yang tak dapat diartikan. Mata Hyei yang sembab menyapa indra penglihatan Hoseok.

"Hyei ...," ucap Hoseok lembut. Tangannya menyentuh pipi kanan gadis itu, lalu ibu jarinya mengusap pelan. "Maafkan aku ...," lirihnya.

"Kenapa, Appa?" Hyei memberanikan diri untuk bersuara. Dia ingin tahu alasan kenapa Hoseok menjauhinya, dan memilih kembali kepada Chaerin. Mata mereka masih saling menatap seakan-akan berbicara dari hati ke hati. "Appa ...." Hyei berbicara ragu. "Pernahkah kau mencintaiku walau hanya sekejap saja, Appa? Aku ... aku hanya ingin tau, setelah itu aku akan pergi dengan tenang. Aku tak akan mengganggumu lagi."

"Hyei ... aku ...." Hoseok tak lagi berucap. Dia menurunkan wajahnya, lalu tanpa permisi mencium bibir Hyei. Hyei memejamkan mata membiarkan Hoseok melumat bibirnya. Kali ini dia turut membalas ciuman Hoseok yang begitu lembut dan menggelitik seluruh impuls sarafnya. Kedua tangannya meremas rambut Hoseok. Hoseok pun tak mau kalah. Dia mengunci pergerakan Hyei dan memperdalam ciumannya.

Suara decapan dan desah napas yang beradu mengusik ketenangan dorm itu. Mereka saling menaklukkan lewat ciuman yang memburu hingga napas mereka tersengal lelah. Hoseok menjauhkan bibirnya, membuka mata dan menatap Hyei yang juga mulai membuka matanya. Jemari Hoseok bergerak lembut mengusap bibir Hyei yang telah basah oleh salivanya, lalu kembali mencumbu bibir itu dengan ciuman.

Suara dering telepon di saku celana Hoseok membuyarkan ciuman mereka yang begitu dalam. Seakan-akan keduanya tersadar kembali dari keadaan yang membuat mereka terlena, mereka pun saling menjauhkan diri. Hoseok melirik Hyei sebentar sebelum melangkah menjauh dan mengangkat telepon dari Chaerin.

Hyei bangkit berdiri dan merapikan pakaiannya, lalu melangkah keluar tanpa berkata apa-apa. Di depan pintu Hyei mematung, menyentuh bibirnya yang tenggelam dalam ciuman Hoseok yang memabukkan. Dia meneteskan air mata menyesal karena sesaat lupa bahwa Hoseok dan Chaerin telah bersama kembali. Setelah menciumnya, Hoseok bahkan tak merasa bersalah dan pergi begitu saja untuk menerima telepon dari kekasihnya. Hyei merasa tercampakkan dan hanya jadi pelampiasan hasrat saja. Itu membuat hatinya kian sakit. Hyei menghapus air matanya dengan cepat, lalu meninggalkan tempat itu.

Love Wild DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang