Hyei memegang ponsel dengan gemetar. Dia mencari nama Hoseok dan bermaksud membuka blokirannya agar dia bisa menelpon pria itu, tapi karena gugup dan ketakutan dia tak berhasil menemukan nomornya. Keringat dingin membasahi sekujur tubuh gadis itu, dadanya sesak, dan pandangannya mulai mengabur karena terlalu panik. Tangan Hyei yang gemetar memasukkan photo itu ke dalam saku bajunya. Dia pikir dia harus menunjukkan itu pada Hoseok. Sedikit mengumpulkan tenaga, Hyei meraba-raba kusen pintu, kemudian berlari meninggalkan rumahnya. Dia terus berlari keluar untuk mencari Hoseok karena yang ada dalam pikirannya saat ini hanya mencari Hoseok.
Seperti orang gila, Hyei menghentikan taksi, lalu meminta supir membawanya ke gedung Big Hit. Supir taksi mengerutkan dahi melihat penampilan Hyei yang acak-acakan, tapi setelah berpikir panjang, akhirnya dia menuruti permintaan gadis itu.
Sampai di parkiran, Hyei meraba-raba kantong bajunya. Dia tak membawa uang seperser pun selain photo tadi dan sebuah ponsel. Dompetnya tertinggal di rumah.
"Aku ... aku ...," ucapnya dengan mulut bergetar.
"Dasar perempuan gila!" Supir taksi membentak. "Kau harus membayarnya atau aku akan menyeretmu ke kantor polisi."
"Ti-tidak, tunggu ... tunggu aku ... aku akan memintanya pada Appa, tunggu ... tunggu aku ...." Mendengar bentakan sang supir, Hyei makin ketakutan dan panik.
"Dasar sinting! Bagaimana mungkin ayahmu bekerja di kantor ini! Kau pasti mengada-ada. Ayo, ikut aku ke kantor polisi!" Supir taksi mencengkram tangan Hyei, ingin menyeretnya pergi. Hyei kebingungan, dia menggigit-gigit bibirnya sendiri, sementara tubuh makin gemetar.
Beruntung Soan melihat kejadian itu. Perempuan itu berlari dan menghentikan apa yang dilakukan sang supir taksi. Dia juga membayar semua tagihannya, lalu memeluk sahabatnya.
"Hyei ... Hyei ada apa?" Soan menahan kepala Hyei yang bergerak gelisah. Tubuhnya gemetar membuat Soan kebingungan. Dia tak tahu harus melakukan apa. Soan memutuskan meminta bantuan staff keamanan Hybe yang berjaga di areal itu untuk membantu mengajak Hyei ke lantai atas, gedung Bighit.
"Eonni ... aku ... antarkan aku pulang ... aku ingin pulang. Aku ingin pulang ke Gwangju. Aku ingin pulang." Hyei terisak.
Saat Soan, salah satu staff keamanan, dan Hyei keluar dari lift, secara kebetulan Taehyung yang memang tak pulang dari semalam karena ingin mematangkan latihan untuk dance solonya nanti baru keluar dari ruang peristirahatan. Dia hendak ke ruang kebugaran sebelum berlatih kembali dua jam lagi. Taehyung sangat terkejut melihat keadaan Hyei yang kacau dan sangat berantakan.
Dihampirinya gadis itu segera. "Soan ada apa?" Taehyung mengambil alih Hyei dari rangkulan staff keamanan. Pria itu berterima kasih kepadanya, dan mempersilahkan staff itu kembali ke tempat tugasnya.
"Aku juga tak tau apa yang terjadi, tadi aku melihatnya bertengkar dengan supir taksi. Keadaannya sudah terlihat kacau."
"Panggilkan dokter pribadi BTS, cepat!" Taehyung pun mengangkat tubuh Hyei dan membawanya ke ruang peristirahatan Bangtan. Taehyung mendudukkan gadis itu di tepi ranjang.
"Hyei ... Hyei, kau mendengarku, Hyei tenanglah, Hyei...." Taehyung menangkup kedua pipi gadis itu. Dia berusaha membuat Hyei menatapnya, tapi mata Hyei tampak gelisah dan tak bisa berfokus kepadanya. Sementara mulutnya yang pucat hanya mengumamkan kata pulang, dia ingin pulang. Apa yang terjadi pada Hyei membuat hati Taehyung berdenyut sakit. Segera dia duduk di sisi Hyei dan mendekapnya. "Tenangkan dirimu, Hyei, tenanglah ...," ucapnTaehyung seraya mengusap-usap punggung gadis itu.
Tak berselang lama Soan datang bersama seorang dokter. Taehyung naik ke ranjang dan menuntun Hyei agar tidur. Dia mengusap kepala Hyei dengan lembut selagi dokter memeriksa kondisinya.
"Pasien terkena anxiety disorder. Rasa takut yang berlebihan pada suatu hal. Harusnya ada sesuatu yang memicu traumanya sehingga membuatnya mengalami hal ini. Kau harus mencari apa penyebabnya, V. Aku akan mencoba mengajaknya bicara dan memberinya obat penenang. Jika tidak, keadaannya akan semakin buruk."
"Lakukan hal yang terbaik untuk menanganinya, Hyung. Hyei memiliki trauma yang dalam atas kejadian yang menimpanya waktu itu," ucap Taehyung.
Dokter itu mengerti, dia juga ingat bahwa kasus Hyei pernah menghebohkan agensi Big Hit, untunglah kasus itu bisa diredam dan ditangani dengan cepat, tapi kondisi trauma pasien belum bisa ditangani dengan sepenuhnya dan pasien memilih menghentikan pengobatannya untuk kembali ke Gwangju.
Taehyung melihat bagaimana dokter menangani Hyei. Dia juga berusaha mengajak Hyei bicara agar gadis itu bisa tenang. Perlahan, obat penenang yang disuntikkan sang dokter pun mulai bekerja, Hyei mulai sedikit tenang. Gadis itu pun terlelap dibawah pengaruh obat penenang.
"Soan, tolong kau jaga Hyei, aku akan mencari tau kenapa dia bisa seperti ini."
"Tunggu," ucap Soan mencegah kepergian Taehyung. "Hoseok dan yang lainnya akan segera tiba, kau tunggulah mereka. Jika kau ingin ke rumah Hyei, Hoseok tau di mana Hyei tinggal. Kalian bisa pergi bersama. Aku sudah memberitahunya keadaan Hyei sekarang."
Taehyung menoleh ke arah Hyei yang kini sedang terlelap. "Apa kira-kira ini ada hubungannya dengan Hoseok-hyung?" tanya Taehyung.
"Aku juga tak tau, kita tunggu saja mereka, barangkali Hoseok mengetahuinya dan bisa memberi penjelasan, sebab dua hari lalu Hyei sempat bercerita kalau seminggu yang lalu dia tanpa sengaja bertemu Hoseok di Gyeongpo dan mereka menghabiskan waktu bersama di pantai itu." Soan menatap Hyei khawatir. "Aku takut seseorang melihat mereka berdua. Bagaimana jika itu sasaeng?"
Baru saja Soan menyelesaikan kalimatnya, Hoseok membuka pintu dengan tergesa-gesa. Dia menghambur ke arah Hyei yang terlelap dengan wajahnya yang pucat, jarum infus tertancap di tangan kanannya. Member Bangtan yang lain pun menyusul masuk ke ruangan yang sama dan sama terkejutnya melihat kondisi Hyei yang memprihatinkan.
"Hyung, bagaimana keadaan Hyei?" tanya Hoseok kepada dokter yang menangani gadis itu. Mereka memang sudah seperti saudara, karena itu Hoseok dan yang lainnya terbiasa memanggilnya Hyung.
"Dia akan baik-baik saja. Aku sudah memberinya obat penenang. Hanya saja setelah dia sadar nanti, kalian harus mengajaknya mengobrol dan menemaninya. Jangan biarkan dia merasa sendiri dan ketakutan."
Hoseok mengangguk, dia kembali mendekati Hyei dan duduk di tepi ranjang. "Hyei, ini aku ... lihatlah aku ada di sini untukmu," ucap pria itu seraya mengusap lembut pipi Hyei yang basah oleh air mata. Hatinya terasa sangat sakit melihat gadis yang dia sayangi terluka.
"Hoseok-hyung, bisakah kita pergi ke apartement Hyei, aku ingin tau apa yang membuatnya jadi seperti ini. Mungkin di sana kita bisa dapat sebuah petunjuk," ucap Taehyung.
Hoseok menoleh tak mengerti.
"Soan bilang, minggu lalu kau sempat menghabiskan waktu dengannya di Gyeongpo, aku takut seseorang menekannya." Taehyung memberi penjelasan singkat.
"Maksudmu ini mungkin ulah sasaeng?" tanya Jimin yang berdiri di dekat Taehyung.
"Aku hanya berharap kecurigaanku meleset," ucap Taehyung lemah membuat ruangan itu seketika hening.
Bagaimanapun semua orang mengetahui bagaimana nekatnya seorang sasaeng. Fans fanatik yang bahkan rela menghabisi nyawa idol kesukaannya hanya karena tak ingin idol itu dekat dengan orang lain. Hanya karena jika dia tak mendapatkan sang idol, maka orang lain pun tak berhak mendapatkannya. Jika mereka sebagai idol yang kesehariannya dikelilingi oleh pengawalan merasa was-was dengan kehadiran sasaeng, lalu bagaimana dengan Hyei yang hanya gadis biasa?
"Soan, bisa tolong kau hubungi tempat kerja Hyei? Katakan pada mereka Hyei berhenti bekerja mulai hari ini dan akan mengirim surat pengunduran dirinya segera," ucap Hoseok. Tak ada yang berani menyanggah permintaannya itu. Soan pun mengangguk, lalu tanpa menunggu lebih lama lagi, Hoseok segera meninggalkan ruangan itu, kemudian disusul oleh Taehyung di belakangnya. Mereka ingin memastikan sendiri apa yang menimpa Hyei dan mereka berharap bisa menemukan sesuatu di apartement gadis itu.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Wild Daddy
FanfictionBahkan menonton porn video pun dilakukan Min Hyei untuk bisa menjadi istri Jung Hoseok seperti hayalannya. Ia ingin menjadi wanita yang liar di malam pertama pernikahan mereka meskipun Hyei belum pernah melakukannya, bahkan berpacaran pun tidak. Aka...