Dua puluh empat

86 18 2
                                    

Bibir Chaerin dan Hoseok saling melumat, saling membalas dengan intens tanpa ada niatkan untuk berhenti. Seakan-akan tak ada siapa pun yang melihatnya, keduanya saling menyesap dengan penuh gairah. Suara decapan dan desahan-desahan sensual dari Chaerin seakan-akan membangunkan hasrat Hoseok untuk melakukan hal yang lebih gila lagi, beradu keintiman seperti yang dulu sering mereka lakukan.

Hoseok membawa Chaerin kembali masuk ke ruangan, lalu mendorong pintu ruang studio hingga kembali tertutup. Mereka masih melanjutkan kegiatan panasnya di sana. Saling melumat dan saling menggagahi untuk kemudian saling memacu menggapai kenikmatan birahi yang menggebu.

Sementara itu di tempatnya, Hyei membeku. Dia pikir Hoseok setidaknya memikirkannya atas apa yang menimpa dirinya saat ini, tapi yang dilihatnya kini, Hoseok sama sekali tak peduli. Pantas saja pria itu tak mengunjunginya.

"Hyei, kau tak apa-apa?" Jimin merangkul bahu gadis di sebelahnya. Dia sangat khawatir.

Hyei menoleh kepadanya dan melempar senyum. "Aku baik-baik saja, Oppa. Aku senang Appa sudah bisa mengatasi masalahnya dengan Chaerin," ucap Hyei berusaha tegar. Tangannya meremas photo yang ada di genggamannya. Photo itu sudah tak penting lagi. "Ayo," ucap Hyei mengajak Jimin menjauh dari sana.

Mereka melangkah dalam diam saat Taehyung datang menghampiri keduanya dengan raut wajah panik. Dia langsung menyambar Hyei dan memeluknya, mengabaikan Jimin yang mematung di tempatnya.

"Jangan pergi tanpa memberitahuku, Hyei. Aku tak ingin kehilanganmu. Aku mengkhawatirkanmu."

"Oppa ...," lirih Hyei, lalu membalas pelukan Taehyung erat. Dia ingin menangis, tapi menahan dirinya. Dia hanya berharap pelukan Taehyung bisa membuatnya merasa nyaman.

Jimin yang menyaksikan semua itu pun memilih diam, lalu perlahan meninggalkan mereka berdua. Keadaan telah menjadi sangat kacau, semua rencana yang mereka susun berantakan karena Hoseok sendiri yang menolak Hyei. Nyatanya, pria itu tak bisa melepas Chaerin meski perempuan itu telah mengkhianatinya. Jimin sangat kecewa, tapi tak bisa berbuat apa-apa. Mereka sudah melakukan yang terbaik, tapi keputusan tetap ada di tangan Hoseok.

Taehyung mengajak Hyei ke rooftop, duduk berdua di sana untuk menikmati ayam goreng dan teopokki.

"Di sini sangat tenang, ya," ucap Hyei. Dia duduk di bangku kayu dengan kaki diluruskan. Sesekali dia menatap Taehyung yang membersihkan sisa saos atau remah ayam di sudut bibirnya.

"Kenapa kau baik sekali padaku?" tanya Hyei tiba-tiba. "Aku kira kau dekat dengan gadis blasteran itu, kan? Apa kau tak akan menyakiti hatinya jika kau terlalu dekat denganku."

"Itu ...." Taehyung menggantung ucapannya, lalu menatap langit yang cerah. "Kami memang punya kisah yang indah, hanya saja kami tak punya hubungan apa-apa."

"Kau mencintainya, kan?"

Taehyung tertegun. Dia menoleh dan Hyei tersenyum padanya. "Jangan memaksakan dirimu padaku, Oppa. Aku jadi merasa terbebani." Hyei pun menyandarkan punggungnya di bangku, dia menatap pada gumpalan awan yang bergerak perlahan. "Setidaknya aku sudah mencoba untuk mengikuti kata hatiku, menunjukkan perasaanku kepada Hoseok. Jika dia menolakku, aku tak bisa memaksa."

"Apa kau menyesalinya?" tanya Taehyung. Hyei menoleh dan menggeleng. Senyum manis tetap tersemat di bibirnya.

"Itu akan jadi kenangan yang indah untukku. Setidaknya aku jauh lebih beruntung dari jutaan Army di dunia, benar, kan?"

Taehyung pun tersenyum. "Ya, kau sangat beruntung karena bisa memiliki kami semua."

"Ah, sekarang aku merasa benar-benar lega." Hyei menyeruput minuman kaleng dingin di genggaman tangannya. "Setelah masalahku selesai, aku ingin pulang."

"Ke Gwangju?"

"Hmm ... ada banyak hal yang bisa kulakukan di sana. Sepertinya menemani ibu panti mengurus anak-anak akan terasa menyenangkan." Hyei menatap Taehyung dalam-dalam. "Apa kau mau jadi donatur di panti asuhan kami?"

Taehyung pun terkekeh, "Baiklah. Jika pengurusnya gadis cantik sepertimu, aku akan menjadi donatur tetap."

"Lalu, kalau pengurusnya hanya wanita tua seperti ibu panti?"

"Aku akan tetap menyumbang, karena dia telah merawat gadis cantik sepertimu," ucap Taehyung sambil menarik hidung Hyei. Gadis itu pun meringis, lalu Taehyung memeluknya. "Mau jadi sahabatku?" tanya Taehyung.

"Bukankah kita sudah bersahabat?"

"Maksudku sahabat yang saling berbagi. Berjanjilah kau tak akan menutupi apa pun dariku." Taehyung mengacungkan kelingking dan jempol kanannya.

"Ah, aku tak bisa melakukannya. Seperti kataku, aku tak ingin membuat orang lain terluka karena melihat kedekatan kita."

Taehyung terdiam. Hatinya sendiri memang pernah memilih gadis blasteran yang dikatakan Hyei, tapi keberadaan Hyei mengusik sisi hatinya yang lain. Perlahan dia menyadari bahwa dia mulai menyayangi gadis itu. Menyayangi Hyei dan ingin selalu ada di sisinya untuk melindungi dan menjaganya.

"Hyei, kalau aku bisa menyelesaikan masalahku dengan gadis blasterant itu, maukah kau memberiku kesempatan?"

Hyei menatap Taehyung tanpa berkedip, lalu tertawa. "Sudahlah jangan membuatku tertawa, Oppa. Kalian para pria sama saja. Suka membuat hati wanita kecewa." Gadis itu bangkit. "Cah! Aku sudah putuskan untuk mencari jodoh yang lain. Setidaknya pria normal yang tak diperebutkan oleh jutaan wanita dari berbagai belahan dunia. Menjaga hati agar tak cemburu itu sangat merepotkan." Hyei mengulurkan tangannya, "ayo kita kembali. Mereka pasti mencarimu karena seharian ini tak berlatih dan hanya sibuk mengurusku."

Taehyung tersenyum. Dia memegang tangan Hyei, lalu merangkulnya dan mereka berjalan bersama.

"Nanti malam tidur di kamarku, ya."

"Eh, aku jadi ingat. Waktu itu kau tak melakukan hal buruk padaku, kan. Aku masih berpikir bagaimana bisa aku tertidur di kamarmu. Kenapa setelah makan malam, aku jadi sangat ngantuk?" Tiba-tiba mata Hyei mendelik tajam. "V, jangan bilang kau membubuhkan obat tidur agar kau bisa mencuri kesempatan dariku?!"

"Mmm ... itu ...." Taehyung melepas rangkulannya. "Itu sepertinya manager mencariku. Aku pergi dulu." Taehyung pun melarikan diri menghindari pertanyaan Hyei.

"Yak! Kim Taehyung!" Teriak gadis itu, lalu berlari mengejarnya. Dia menyusul Taehyung berlari di tangga. Hyei melihat Taehyung membuka pintu dan menghilang di sana. Dia mengikutinya dengan segera, membuka pintu yang sama, tapi kemudian langkahnya terjeda saat Hoseok keluar dari pintu yang berbeda dan hampir bertabrakan dengannya.

Mereka sama-sama terdiam di koridor yang sepi. Tak ada yang memulai bicara, sampai ketika Hoseok ingin menyapa, Taehyung kembali dan merangkul Hyei.

"Sayang, kenapa lama sekali. Ayo, kita harus segera pulang dan mengambil barang-barangmu untuk dipindahkan ke kamarku." Dengan mesra Taehyung mencubit hidung Hyei. "Sayang, hari ini kau tak sedang datang bulan, kan?"

"Memangnya kenapa?" tanya Hyei tak mengerti.

"Karena malam nanti aku tak akan menahan diri lagi. Kita bisa make a baby beberapa rounde."

"Dasar mesum!" Hyei pun memukul dada Taehyung membuat pria itu tertawa. Mereka terus melangkah sambil bercanda mesra meninggalkan Hoseok yang mematung membelakangi tanpa berani melihat ke arah keduanya.

"Hyei, kau harus hidup bahagia dengan Kim Taehyung," ucap Hoseok dalam hati, lalu melangkah ke arah yang berlawanan.

Tbc

Love Wild DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang