Empat puluh

171 16 40
                                    

Supir taksi membawa Hoseok ke dekat pelabuhan. Tanpa banyak bicara, Hoseok langsung turun saat mobil berhenti. Dia memperhatikan sekitar dan tak mendapati siapa pun di sana.

Hoseok mencari lokasi yang dikirimkan oleh si penculik, sebuah gudang bekas di sisi barat. Langkah Hoseok terhenti sejenak saat menemukan gudang tua yang lebih mirip rumah hantu. Reruntuhan bangunan yang sudah usang tampak bertebaran di sana sini. Hati Hoseok berdenyut sakit membayangkan Hyei disekap di sana, ketakutan, sendirian.

Dengan membuang keraguan dan rasa takutnya, Hoseok mengayunkan langkah masuk ke tempat itu.

"Kriiieeett"

Suara derit pintu yang lapuk terdengar ketika Hoseok mendorong pintu masuk. Pria itu memperhatikan sekitar pintu yang usang dimakan usia. Sepertinya dia terlalu gegabah dengan datang ke sana seorang diri, tapi lebih gegabah lagi jika dia meminta bantuan polisi untuk menggerebek tempat itu. Apa pun bisa terjadi pada Hyei jika Hoseok tak menuruti permintaan si penculik.

"Dimana kau!" teriak Hoseok sambil masuk lebih dalam lagi ke gudang itu. Hoseok sangat terkejut saat dikejauhan mendapati Hyei terikat dalam kondisi lemah tak berdaya. Kedua tangan gadis itu direntangkan ke atas. Jika ikatan pada kedua tangan itu dilepas, Hyei pasti tumbang menyentuh lantai.

"Hyei!" jerit pria itu, lalu berlari ke arah sang ke kasih. "Hyei, buka matamu, Hyei."

Gadis itu tak sadarkan diri. Wajahnya penuh luka lebam. Sudut bibirnya pecah dan berdarah. Dia mengerang saat Hoseok memeluknya.

"Hyei, bertahanlah. Kita akan segera pergi dari sini."

Mata sang gadis mengerjap pelan. Samar-samar dia melihat Hoseok yang menatapnya khawatir. "Appa ... kenapa kemari? Pulanglah, mereka hanya ingin menjebakmu. Mereka hanya ingin mencelakaimu. Pergi Appa, jangan hiraukan aku."

Hoseok menggeleng. "Kita akan pergi sama-sama." Hoseok pun berhasil melepaskan ikatan di kedua tangan Hyei. Baru saja dia akan mengajak Hyei keluar dari sana, tepukan tangan terdengar dari arah samping kiri. Hoseok menoleh.

"Bagus sekali Hoseok Oppa. Aku benar-benar cemburu."

"Siapa kau! Kenapa kau lakukan ini pada kami?"

"Ah, aku bukan siapa-siapa. Aku hanya penggemar beratmu. Salah, aku ini pemujamu. Aku mencintaimu, kau tau. Tapi kenapa kau malah mencintai perempuan hina ini!" Wanita itu mendekat, lalu mendorong Hyei hingga terjatuh. Hoseok tak bisa menahannya karena wanita tadi menarik tubuhnya.

"Hyei!" jerit Hoseok ingin menangkap tubuh gadis itu, tapi sia-sia.

Gadis itu mengacungkan senjata api ke arah Hyei, lalu tangan kirinya mengusap wajah Hoseok. "Oppa, jadilah milikku. Hanya milikku, maka akan kuampuni gadis itu."

"Jangan mimpi!"

Hoseok mengempaskan tangan kiri perempuan itu. Dalam hitungan detik, suara tembakan terdengar. Hyei menjerit saat timah panas mengenai betisnya.

"Hyei!" Hoseok menjerit, lalu memeluk gadis itu. "Hyei, maafkan aku, Hyei." Pria itu berlinang air mata.

"Aku berikan penawaran sekali lagi. Jadilah milikku, atau perempuan ini aku bunuh sekarang juga!" Perempuan gila itu mengacungkan ujung pistolnya di kening Hyei.

Hoseok pucat pasi. Yang diucapkan sasaeng gila itu bukan ancaman. Dia takut Hyei akan benar-benar kehilangan nyawanya.

"Jangan, Appa," ucap Hyei lemah.

"Antarkan Hyei ke rumah sakit sekarang, setelah itu kau bisa lakukan apa pun padaku."

Sasaeng gila itu tertawa lepas. "Bagaimana kalau kita buat permainan sedikit lebih menarik?" Dia menepukkan tangan, lalu dua orang pria datang mendekat. Perempuan itu memberi kode agar mereka berdua menyeret Hyei. "Kau suka dengan blue film, kan? Bagaimana kalau kita menonton live actionnya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love Wild DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang