dua

1.4K 102 49
                                    

Mata pria itu mendelik tak percaya menatap Hyei yang kini terlihat gelagapan.

"Kau tidak beres. Sepertinya aku harus melaporkanmu karena pencemaran nama baik." Hoseok pun memerintahkan Hyei untuk minggir dari pintu dan dengan penuh kepatuhan Hyei menyingkirkan tubuhnya hingga kembali berdiri di koridor.

"Ayo, Jim." ajak pria itu sambil melangkah lebih dulu.

"Hyei, kau benar-benar..."

"Oh ya, siapa namamu?" Hoseok yang sudah melangkah sekitar lima langkah tiba-tiba membalik badan dan kembali bicara membuat Soan langsung menghentikan ucapannya. Menutup mulut dan memperhatikan interaksi mereka berdua dengan perasaan was-was.

"Hyei, maksudku Min Hyei, Appa."

"Min Hyei, baiklah kurasa kau harus bersiap angkat kaki dari sini karena aku akan melaporkanmu ke HRD, kau membuatku tidak nyaman."

Mendengar ucapan Hoseok seketika Hyei hilang kontrol ia berlari begitu saja ke arah pria itu sampai-sampai Hoseok berjengit kaget dan meminta seseorang melindunginya.

"Kau mengerikan, jangan-jangan kau sasaeng, ya?!" sarkasnya.

"Bukan, tapi... sepertinya kau salah paham, Appa. Ah maafkan aku mungkin panggilanku membuatmu tak nyaman akan kuganti. Ini hanya sudah jadi kebiasaan dari sejak kau membiayai seluruh hidupku, membiayai sekolahku, mengirimkan uang bulanan untukku." panik gadis itu.

"Kenapa bicara mu kacau sekali, Nona? Aku tak pernah mengenalmu lalu bagaimana aku bisa membiayai hidupmu? Jangan bawa-bawa imajinasimu dengan kehidupanku."

Hyei menggeleng cepat. Hatinya mulai merasa kacau saat Hoseok menolaknya. "Tapi itu kenyataan. Aku adalah Min Hyei,  anak yatim-piatu yang kau adopsi 12 tahun yang lalu."

"Apa?"

"Ya, Hoseok appa. Waktu itu ibu panti bilang kau mengadopsiku. Kau menyukaiku karena tubuhku yang gemil di umurku yang baru 10 tahun tampak lucu dan menggemaskan. Aku  bahkan masih ingat pesan terakhirmu sebelum kau pergi dan tak pernah kembali lagi... kau berpesan agar aku tumbuh jadi gadis yang cantik dan pintar karena kau akan datang untuk menikahiku."

Hoseok melongo begitu juga Jimin dan orang-orang yang menyaksikan kekacauan itu. Pria Gwangju itu tampak sedikit kebingungan tapi meskipun begitu, samar-samar sepertinya ia sudah mulai mengingat peristiwanya. Maka kemudian ia berjalan mendekat. "Jadi kau terus mengingat ucapanku, ya? Maafkan aku tapi kau lucu sekali." Hoseok menyentil hidung Hyei dengan sedikit gemas sambil terkekeh. Ketegangan itu pun sedikit meluntur.

"Apa kau datang ke sini untuk menagih janji? Aku jadi merasa bersalah kalau begitu." ucapnya kemudian dengan penuh sesal. Sementara Hyei hanya bisa menunduk malu.

"Hei gadis kecil, maafkan aku. Dengar saat itu aku bicara seperti itu agar kau mau sekolah lagi. Ibu panti bilang kau tidak mau sekolah karena dibully, kau terkena boddy shaming. Jadi sekarang lupakan semuanya dan hiduplah dengan baik. Kau sangat cantik dan jadilah gadis yang baik juga, maka aku percaya kau pasti bisa mendapatkan pria manapun di dunia ini." ucap Hoseok sambil mengusap pucuk kepala Hyei sebelum akhirnya membalik badan dan bersiap untuk pergi.

"Ayo, Jimin." ajaknya pada pria yang bersamanya tadi.

"Kalau begitu menikahlah denganku. Kau bilang aku bisa mendapatkan pria manapun, 'kan. Maka menikahlah denganku, aku ingin mendapatkanmu."

Gelegar suara Hyei sontak membuat suasana menjadi hening seketika. Padahal beberapa saat lalu kerumunan orang-orang yang menyaksikan drama itu sudah akan membubarkan diri.

Hoseok dan Jimin saling melempar pandangan sampai akhirnya Hoseok kembali memutar badan dan berjalan mendekati gadis belia yang kini menatapnya dengan penuh rasa percaya diri. Hoseok akui jantungnya sedikit berdebar saat menatap netra coklatnya yang bening memancarkan cinta dan ketulusan hatinya. Tapi itu bukan berarti Hoseok akan langsung jatuh cinta, apalagi pada gadis yang baru melepas masa remajanya.

"Baiklah, kau cukup menyita attensiku. Selama ini belum pernah ada yang seberani ini mengungkapkan keinginannya untuk menikah denganku, bahkan sepertinya tak akan pernah ada. Aku mau tanya apa kau tahu perbedaan umur kita berapa?"

"12 tahun. Aku tahu bahkan lebih dari sekedar umur. Aku tahu hampir semua tentangmu, warna kesukaanmu, makanan favoritmu bahkan berapa banyak wanita yang berakhir tidur di ranjangmu."

"Wow... wow... easy girl! Be good girl, okay. Kalau seperti ini kau sedikit membuatku takut."

"Aku hanya bercanda." jawab Hyei sambil nyengir "Aku sama sekali tidak  tahu tentang berapa banyak wanita yang sudah kau kencani, karena aku sama sekali tak ingin tahu dan tidak mau tahu." lanjutnya kembali bernada serius.

Hal itu pun terasa cukup menarik bagi Hoseok hingga ia tampak mengulum senyum sambil memperhatikan Hyei dengan seksama. Hyei pun semakin gugup karenanya, sesekali ia terlihat menelan saliva menunjukkan seberapa tegang dirinya sekarang.

"Baiklah." suara Hoseok kembali terdengar. "Aku beri kau chalenge. Karena sepertinya kau akan susah kuusir dari hidupku. Jadi chalenge ini kemungkinan besar akan membuatmu pergi dan sadar bahwa kau telah menyia-nyiakan masa mudamu untuk mengejarku."

"Katakan saja," tantang Hyei menunjukkan keyakinan dirinya.

"Syaratnya mungkin mudah bagimu. Yakni tetaplah bekerja di sini sebagai apapun dirimu saat ini dan buat aku jatuh cinta."

Merasa mendapat lampu hijau, wajah Hyei jadi berseri-seri. Rasanya ia masih belum bisa mempercayai pendengarannya maka ia ingin menanyakan kembali apa yang di dengarnya barusan. Tapi mendadak ia terdiam saat Hoseok kembali berbicara.

"Satu bulan, buat aku jatuh cinta dalam satu bulan. Jika tidak bisa kau akan dipindahkan jadi Sales Promotion Girl di Depstore di lantai dasar. Akan kuminta pada HRD untuk mengurus pekerjaan baru itu untukmu agar kau tidak jadi pengangguran dan setelah itu lupakan bahwa kita pernah saling mengenal. Lupakan bahwa kau anak adopsiku."

"Apa?!"

"Deal or no deal?" Hoseok mengulurkan tangan kanannya sementara Hyei hanya diam mematung. Satu bulan rasanya sangat mustahil membuat Hoseok jatuh cinta padanya hanya dalam sebulan. Tapi mengingat ia sudah mempersiapkan diri dan sudah begitu yakin dengan takdirnya bersama Hoseok dimasa depan maka Hyei pun tersenyum.

"Apa aku boleh tetap memanggilmu 'appa'? Itu sudah kebiasaanku."

Hoseok terlihat menghela napas sebelum menjawab "Terserah kau saja."

"Deal." sambut Hyei pada akhirnya sambil menjabat tangan pria itu. Sementara kedua tangan mereka saling menggenggam Hoseok tiba-tiba saja mendekatkan wajahnya pada Hyei.

Cup.

"Selamat berjuang, Baby Girl." ucapnya sambil tertawa, melepaskan tangannya lalu pergi bersama Jimin yang tadi sempat menganga melihat tindakan hyungnya.

"Ya, hyung dia hanya anak kecil." Jimin mengingatkan.

"Sudah diamlah, Jim. Ayo pergi."

Suara Jimin dan Hoseok tak lagi terdengar jelas di telinga Hyei karena rohnya telah lepas dari raganya saat Hoseok tiba-tiba menjatuhkan kecupan di bibirnya. Telinganya berdengung seolah keluar asap, ia akan meledak. Tubuhnya gemetar dan hayalannya kembali liar. Hyei membuka mulutnya dan hampir saja menjerit histeris kalau saja Soan tak segera datang untuk menyumpal mulutnya dengan face towel.

"Sudah cukup drama percintaannya sekarang kau harus kerja! Atau bukan lagi Hoseok oppa yang akan mengeluarkanmu tapi aku!" bentak Soan setelah membungkam mulut temannya lalu menyeret tubuh mungil itu untuk masuk ke ruang make-up dan segera mempelajari serta mempersiapkan semua alat rias sebelum semua artisnya kembali untuk di make-up sebelum sesi potretan yang akan mereka jalani hari ini.

Demi Hoseok, Hyei pun belajar dengan cepat. Itu cukup mudah baginya karena di Gwangju ia sudah pernah mengambil sekolah rias untuk mendukung impiannya mengejar cinta Jung Hoseok. Dan sekarang ia akan memanfaatkan waktu yang diberikan padanya untuk menaklukkan hati pria itu.

Tbc.

Love Wild DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang