Dua puluh tujuh

101 17 9
                                    

Dengan tak sabar Hoseok menunggu waktu. Dia duduk di sofa ruang tengah di dorm. Matanya tak pernah berhenti melihat jam yang melingkar di tangan kanan. Dua jam terasa begitu lama.

Sejatinya sejak tadi Hoseok terus merasa gelisah. Entah kenapa dia merasa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Hoseok berdiri. Mondar-mandir sebentar, lalu duduk kembali. Pikirannya tak bisa tenang sampai memastikan Hyei sudah sampai di Gwangju.

Selang dua jam berlalu, Hoseok ingin menelepon ibu panti. Namun, belum sempat menghubungi ibu panti, Soan telah terlebih dulu meneleponnya.

"Oppa, aku baru saja menghubungi ibu panti, katanya Hyei baru saja sampai. Ponselnya mati jadi dia tak bisa aku hubungi. Sebentar lagi dia akan menelponku setelah mengisi daya ponselnya."

"Syukurlah," ucap Hoseok lega. Kekhawatirannya tak terjadi. Hyei bisa pulang dengan selamat. Hoseok pun bangkit dari tempat duduknya dan masuk ke kamar Taehyung. Dia ingin mengirup wangi Hyei yang tertinggal di kamar itu. Baru beberapa jam Hyei menghilang, Hoseok sudah sangat merindukannya.

***

Hyei tengah membersihkan diri ketika ibu panti mengetuk pintu kamarnya. Dia tiba di Gwangju beberapa jam yang lalu dan langsung melibatkan diri dengan urusan panti asuhan.

Mengajak anak-anak panti bermain dan bersenang-senang sedikit memberinya ketenangan. Sejenak dia lupa tentang segala masalahnya, juga tentang Hoseok. Tinggal di panti asuhan mungkin jadi pilihan terbaik dalam hidupnya.

"Iya, sebentar lagi, Eomma," ucap Hyei.

"Kami akan menunggumu untuk makan malam," ucap ibu panti, lalu menjauhi kamar itu.

Selesai mandi, Hyei duduk di depan meja rias. Dia memulas wajahnya dengan make-up yang sederhana. Saat memulas pelembab di bibirnya, Hyei kembali teringat kepada Hoseok. Ciuman yang mereka lakukan tadi rasanya masih membekas dan tak akan pernah hilang. Hyei meraba bibirnya. "Appa ...,"desahnya. "Ciumanmu akan menjadi tanpa perpisahan kita. Semoga kita tak perah bertemu lagi selamanya."

Hyei pun melanjutkan mendandani dirinya. Setelahnya dia mulai melepas gambar-gambar Hoseok dan BTS yang memenuhi kamar tidurnya. Dia tak perlu benda-benda itu lagi. Setelah selesai membersihkan semuanya, Hyei pun keluar untuk berkumpul dengan keluarganya di panti dan makan malam bersama.

"Eonni, apa hidup di Seoul itu menyenangkan?" tanya salah seorang anak yang duduk di sebelah ibu panti.

Hyei tersenyum dan menyodorkan daging kepada anak itu. "Jika kelak kau ingin bekerja di Seoul, kau harus makan yang banyak. Seoul itu sangat indah. Jadi, setelah dewasa, kalian semua harus pergi ke Seoul dan bekerja di sana, ya."

"Mmm ...," sahut anak itu mengangguk.

"Lalu, setelah liburmu selesai, apa kau akan kembali ke Seoul?"

Pertanyaan anak yang lain membuat Hyei terdiam sesaat. Ibu panti yang duduk berhadapan dengannya menatap perubahan yang terjadi oada Hyei. Setelah mengatur kekacauan hatinya karena pertanyaan itu, Hyei pun mengangkat wajah hendak menjawab, tapi suaranya tak keluar karena ibu panti mendahuluinya bicara.

"Hyei akan tetap di sini. Ibu sudah tua dan butuh teman untuk bisa menjaga dan merawat kalian semua. Hyei akan bekerja di dekat sini dan membantu ibu di panti asuhan."

"Wah, sayang sekali." Seorang anak mendesah kecewa. "Padahal jika tinggal di Seoul, aku akan bisa mendengar cerita tentang Seoul saat eonni pulang seperti sekarang."

Hyei tersenyum getir. Dia mengusap kepala anak yang berbicara barusan. Kebetulan anak itu duduk di sebelahnya. Ibu panti pun memecah kesedihan di wajah Hyei dengan mengajak semuanya mulai makan bersama. Canda tawa kembali tercipta di tengah-tengah mereka.

Love Wild DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang