Hyei tak pernah tahu bahwa Hoseok telah menyusulnya ke Gwangju. Sesaat setelah Soan menelpon dan mengatakan isi pembicaraannya dengan ibu panti, Hoseok pun langsung meminta izin pada semua member untuk pergi menyusul Hyei. Dia masih belum merasa tenang sebelum benar-benar bertemu dengan gadis itu. Paling tidak dia ingin melihatnya dan memastikannya meski itu dari jarak yang jauh.
Malam sudah larut saat Hoseok tiba di panti asuhan. Dia memutuskan untuk parkir di luar panti asuhan. Beruntung panti asuhan itu hanya dipagari oleh tanaman yang tingginya hanya setengah badan. Jadi, Hoseok bisa melihat apa yang terjadi di dalam hanya dengan berdiri dari luar pagar. Cukup lama Hoseok berdiri di sana. Awalnya dia ingin masuk dan menyapa, tapi sesaat kemudian dia melihat Hyei keluar dan mempersiapkan perapian, Hoseok pun memutuskan untuk tetap berdiri di sana dan memperhatikan saja apa yang dilakukan gadis itu.
Lalu, betapa terkejutnya dia saat ponselnya bergetar dan memunculkan nama Hyei di layar. Dengan gugup Hoseok menerima sambungan telepon itu, lalu beberapa detik berikutnya dia tersenyum melihat Hyei berputar-putar bahagia sambil meneriakan namanya dan menyatakan cinta.
Mobil mercedez bens hitam memasuki pelataran parkir panti asuhan. Hari masih terlalu pagi untuk seseorang datang bertamu, Hoseok tahu itu. Tapi, rindunya sudah tak bisa di tahan lagi. Dia ingin segera bertemu pujaannya.
Hoseok mengetuk pintu rumah. Ibu panti tergopoh-gopoh menuju pintu utama. Betapa terkejutnya dirinya saat melihat Hoseok berdiri di ambang pintu.
"Nak Hoseok, ada apa? Kenapa jam segini sudah mampir di sini. Apa ada masalah?" Ibu panti terlihat khawatir. Dia mempersilakan Hoseok duduk di ruang tamunya.
"Tidak, Bi, tak ada masalah. Aku hanya datang kepagian." Hoseok menggaruk tengkuknya malu bercampur ragu. " ... mmm ... untuk menjemput Hyei." Pria itu tersenyum malu-malu.
Ibu panti pun mengulum senyum. "Anak muda memang harus bersemangat seperti ini," ucapnya. "Sebentar aku panggilkan Hyei. Aku rasa dia juga sudah selesai berdandan. Dia tak tidur semalaman."
Mengetahui fakta bahwa Hyei juga tak bisa memejamkan mata sama seperti dirinya membuat Hoseok merasa senang. Sejak semalam hatinya telah dipenuhi debar-debar penuh warna serupa letupan kembang api. Ada rasa bahagia yang seakan-akan memenuhi setiap rongga dalam dirinya. Sepertinya hal yang serupa juga dialami oleh Hyei.
Hyei datang diajak ibu panti. Gadis itu memang telah siap sejak tadi. Dia sangat gelisah sejak semalam. Hatinya yang meletup-letup bahagia membuatnya tak henti untuk tersenyum.
"Lain kali, kalau ada masalah di antara kalian, selesaikan dengan bicara baik-baik. Jangan ngambek-ngambekan seperti sekarang. Kalau masih sama-sama cinta, jangan berpura-pura bahwa perasaan kalian sudah mati. Jika nyatanya masih saling merindu bukannya lebih baik kalian lepaskan dan nikmati cinta masa muda kalian."
Baik Hyei maupun Hoseok hanya bisa tersipu malu mendengar tutur ibu panti.
"Sudah, pergilah kalian mumpun ini masih pagi, nanti kalian bisa singgah ke puncak bukit sebentar untuk melihat mentari terbit. Pasti menyenangkan melihatnya berdua dengan orang yang dicintai."
"Eomma, diamlah. Jangan buat aku malu. Karena Appa belum bisa menerimaku. Dia mencintai orang lain." Hyei merajuk. Tak seperti biasanya, tiba-tiba dia berubah jadi begitu pemalu.
"Eh, kau kira ibumu ini bodoh?" Ibu panti menatap Hyei dan Hoseok bergantian. "Lihat dia baik-baik, Hyei. Kalau dia tak mencintaimu, mana mungkin jam segini dia sudah ada di sini."
"Itu ... Eomma hanya tak tau masalahnya. Appa datang cepat hanya karena dia merasa bersalah. Dia ...." Tatapan mata Hyei bertemu dengan Hoseok membuatnya seketika bungkam. "Sudahlah, Appa ayo kita berangkat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Wild Daddy
FanficBahkan menonton porn video pun dilakukan Min Hyei untuk bisa menjadi istri Jung Hoseok seperti hayalannya. Ia ingin menjadi wanita yang liar di malam pertama pernikahan mereka meskipun Hyei belum pernah melakukannya, bahkan berpacaran pun tidak. Aka...