Tiga puluh lima

124 17 8
                                    

Hyei cukup cekatan dalam mengerjakan tugasnya. Merias Hoseok jadi tugas yang sungguh mendebarkan. Ketika hendak memulas lipstik, tangan gadis itu gemetar, sementara Hoseok malah menatap tepat di matanya. Menatap penuh cinta.

"Appa ... pejamkan matamu," lirih gadis itu dengan wajah tersipu.

Hoseok hanya tersenyum. "Kau kan hanya memakaikan lipstik, kenapa harus memejamkan mata. Kau pakaikan saja lipstiknya, dan biarkan aku tenggelam dalam indahnya binar matamu."

Hyei mencebik mendengar ucapan Hoseok. Dia kesal, tapi tak bisa berbuat apa. Sesungguhnya hatinya juga bahagia.

"Kalian cepatlah, jangan umbar kemesraan di sini." Soan menyela mereka. Hoseok pun melirik perempuan yang berjalan menjauh itu. Soan sudah selesai memake-up Seokjin.

"Sudah selesai," ucap Hyei. Dia cukup puas dengan hasil dandanannya kali ini.

Hoseok bangkit dari duduknya dan berbisik pada kekasihnya, "Terima kasih, Sayang. Nanti malam akan kubayar riasanmu ini. Plus bunganya."

Hyei mendelik hendak menjawab, tapi Hoseok sudah keburu menjauh. "Ah, dasar gila!" desis gadis itu pada akhirnya.

Soan mendekati Hyei, lalu menepuk pundaknya lembut. "Kerja bagus. Kau memang hebat. Harusnya lupakan perasaamu pada Hoseok dan bekerjalah dengan tenang di Big Hit."

Hyei hanya mencebik tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Soan pun terkekeh, lalu mengajak Hyei ke kedai kopi dekat taman untuk menikmati waktu istirahat sejenak. Bangtan sedang syuting di hamparan bunga di ladang Furano. Ladang indah dengan aneka bunga yang cantik.

"Mereka syuting sampai malam, ya?" tanya Hyei setelah menyeruput americano dari dalam cupnya.

"Huum. Anak-anak Bangtan hanya sampai jam tujuh malam, Hoseok masih harus melanjutkan syutingnya dengan Chaerin sampai jam satu malam."

Hyei mengangguk. "Di Take Restaurant?" tanyanya memastikan.

Soan mengangguk. Dia menyeruput minumannya terlebih dahulu, baru menjawab. "Mereka syuting gaun malam untuk diner romantis. Kau tak cemburu, kan?"

Hyei menggeleng. Dia cemburu, tentu saja. Tapi sedapat mungkin menyembunyikannya.

Sebuah notifikasi pesan masuk ke ponselnya. Hyei melirik sekilas. Awalnya dia ingin mengabaikan notifikasi itu, tapi satu kalimat di sana mengusik hatinya. Dia membuka pesan itu dengan perasaan berdebar. Itu dari seseorang yang tak dikenal.

[Sepertinya peringatanku waktu itu tak mempan untukmu. Bagaimana kalau kita ubah alur ceritanya. Kita bunuh Hoseok selagi ada di ladang Furano. Sepertinya mati di hamparan bunga adalah kematian yang indah.]

Belum lagi Hyei bisa menenangkan diri, sebuah pesan lain kembali mengusiknya.

[Hoseok Oppa adalah milikku, jika aku tak bisa mendapatkannya, maka orang lain juga tak berhak memilikinya. Itu adil untuk kita semua.]

Hyei tak bisa mengendalikan diri. Segera dia berlari meninggalkan kedai coffee, melupakan keberadaan Soan yang bersamanya. Hyei terus berlari hingga mencapai lokasi syuting, lalu menerobos masuk mencari Hoseok membuat semua orang terkejut.

"Hei, ada apa?" Hoseok bertanya sembari menyeka air mata yang sudah membasahi pipi gadis itu. "Jangan seperti ini, katakan ada apa, Hyei?"

Hyei lupa tengah ada di dalam situasi yang tak seharusnya. Rahasia mereka terbongkar tepat di antara tatapan puluhan pasang mata kru juga orang-orang yang menonton proses syuting itu. Hyei memeluk sambil terus terisak.

Hoseok menatap member yang lain dan Soan secara bergantian, dia sungguh bingung sebab Hyei hanya menangis. Gadis itu tak bersuara.

"Ada apa ini?"

Love Wild DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang