Tiga puluh delapan

141 18 4
                                    

Hyei lunglai terduduk di lantai. Ponselnya pun jatuh begitu saja, lalu derai air mata tumpah tanpa bisa dibendung. "Ap ... pa ...," ucapnya gemetar.

[Yang terjadi pada Hoseok hari ini karena kau mengabaikan peringatanku. Jauhi Hoseok atau dia benar-benar mati!]

Pesan yang dia baca barusan membuat seluruh pertahanan Hyei luluh-lantah. Bagaimana dia bisa bertahan jika nyawa Hoseok akan jadi taruhannya. Dia tak mungkin bersikap egois hanya karena ingin memiliki pria itu sebagai suaminya. Dengan sisa-sisa tenaga, Hyei memungut ponselnya, lalu mengetik pesan balasan. Dia mau mencoba peruntungan, siapa tahu saja pesannya bisa terkirim.

[Kau, kau yang mengirimku surat kaleng itu, kan. Kau menginginkanku, bukan Hoseok, kan. Jadi, jangan sakiti dia. Kau bisa lakukan apa pun padaku, tapi jangan sakiti dia.]

Hyei menunggu, lalu mengirim pesan itu. Sesaat kemudian, pesan yang terkirim berisikan tanda centang dua. Hyei yakin orang itu telah membaca pesannya. Dia menunggu balasan, tapi tak ada lagi pesan yang masuk. Yang ada suara ponsel mengagetkannya. Itu dari Soan.

"Eonni ... ada apa? Apa yang terjadi, Hoseok Appa ... Appa di mana? Bagaimana dia?" cecar Hyei tanpa memberi Soan kesempatan untuk bicara.

"Hyei, tenanglah. Hoseok baik-baik saja. Dia hanya mengalami luka ringan. Kami sudah menanganinya. Dia akan melanjutkan konsernya untuk menunjukkan pada Army bahwa dia baik-baik saja. Hanya dua lagu lagi, setelah itu kami akan langsung ke bandara. Kau bersiaplah, kemasi barangmu. Dan tunggu kami di bandara. Pengawal yang disewa Hoseok akan menjagamu."

"Lalu, bagaimana dengan barang-barang member?"

"Tak usah pikirkan itu. Ada staff yang akan mengurusnya. Kau urus saja barangmu dan barang Hoseok, lalu pergi dari sana. Setengah jam lagi kita berkumpul di bandara."

"Ba ... baik ...," jawab Hyei. Mata gadis itu kembali melirik layar televisi. Dia masih penasaran dengan apa yang terjadi, tapi tampaknya insiden tadi memang tak mempengaruhi konser. Konser memang sempat dihentikan selama beberapa menit, tapi kemudian dilanjutkan lagi dengan tambahan waktu beberapa menit sebagai ganti menit-menit yang terlewat. Hoseok pun tampak bicara dan berkata bahwa dia baik-baik saja dan member yang lain membenarkannya. Sampai konser selesai, Army dan BTS bersenang-senang.

"Hoseok hyung, lukamu berdarah lagi," Jungkook mengambil kotak P3K dan mengambil perban dari sana untuk menyeka darah yang merembes di dahi pria itu. Mereka telah menyelesaikan konser dengan baik.

"Kepalaku pusing," keluh Hoseok. Tadi saat dia menarikan Just Dance, tiba-tiba salah satu lampu penerang meledak dan pecahannya mengenai keningnya. Untunglah lukanya tak begitu parah dan tak mengenai mata, tapi lumayan membuatnya kesakitan. Dia sempat terjatuh dan membuat kepalanya membentur lantai panggung, itu membuatnya pusing. Sampai di Korea nanti dia harus menjalani perawatan dan juga di cityscan untuk mengetahui keadaannya lebih lanjut.

"Aku belum berani memijit kepalamu. Takut benturannya menimbulkan luka yang lain," ucap Jungkook.

"Tak apa, Jung. Nanti juga pusingnya pasti hilang. Ayo, sebaiknya kita bersiap untuk pulang." Hoseok mencari Soan, lalu saat melihatnya dia bertanya, "Bagaimana dengan Hyei?"

"Hyei sudah berangkat ke bandara dengan bodyguard sewaanmu. Sebentar lagi mereka sampai di sana."

"Baguslah," ucap Hoseok. "Aku takut ini bukan kesalahn promotor semata, tapi juga ada campur tangan sasaeng yang selama ini mengincar kami berdua. Akan lebih aman kalau kita segera bertolak ke Korea."

Semua orang setuju dengan ucapan Hoseok, karena itulah tadi mereka semua sepakat begitu konser selesai, mereka akan kembali ke Korea.

Hoseok bertemu Hyei di ruang tunggu di bandara. Pria itu tanpa canggung dan tanpa niatan untuk menutupi hubungannya pun segera memeluk Hyei.

Love Wild DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang