Tiga puluh satu

137 20 17
                                    

"Kau yakin akan mengajak Hyei ke Jepang?" Namjoon menghempaskan dirinya duduk di sebelah Hoseok. Mereka baru saja selesai mengulang rekaman untuk lagu baru BTS.

"Aku tak berani meninggalkannya sendirian di sini. Apalagi Hyun Bin hyung belum memberi kabar sama sekali." Hoseok menghela napas. "Tak mengizinkannya keluar dari apartement saja sudah membuatku merasa sangat bersalah. Seakan-akan aku menyekap dan merenggut kebebasannya. Syukurnya dia mengerti bahwa apa yang aku lakukan untuk kebaikannya. Lalu, bagaimana mungkin aku meninggalkannya untuk waktu seminggu?"

"Aku rasa apa yang dipikirkan Hoseok itu benar." Seokjin turut duduk di sebelah mereka. Dia meneguk air mineral sebelum lanjut bicara, "Bukankah Soan juga akan pergi bersama kita, jadi kita bisa minta bantuan Soan untuk menjaganya. Akan lebih aman jika kita sendiri yang mengawasinya."

"Ya sudah, jika itu keputusan kalian, aku akan coba bicara dengan Sejin-hyung agar membantu Hyei masuk jadi staff, bukankah dulu dia juga seorang coordi noona, kurasa akan mudah bagi Sejin-hyung untuk mengatur posisi itu untuknya."

"Hmm ... terima kasih, Joon."

Namjoon pun mengangguk seraya melempar senyum. "Oh, ya ...." Pria itu menatap Hoseok dengan mimik serius. "Jangan lupa masukkan  pengaman dalam kopermu."

"Yak! Kurang ajar!" Hoseok memukul Namjoon membuat member yang lain tertawa.

"Namjoon hyung, harusnya bukan pengaman, tapi masukkan lebih banyak sabun sebagai pelumas," celoteh Jimin.

"Jimin! Akan kubalas kau!" Hoseok melempar botol air mineral. Pria itu berkelit membuat gelak tawa makin membahana.

"Sabar, Hoseok." Seokjin menepuk bahu Hoseok. "Apa perlu bantuanku memberinya terapi agar terbiasa dengan sentuhan-sentuhan sensual?"

Kembali member tergelak. Karena candaan mereka, beberapa orang yang ada di sana pun jadi tahu fakta bahwa sudah empat hari Hyei tinggal di rumah Hoseok dan empat hari pula berakhir Hoseok terkapar di kamar mandi hanya bercinta dengan khayalan.

Hoseok tak bisa mengelak dan hanya bisa pasrah saat jadi bulan-bulanan di antara sesama member dan rekannya yang lain.

"Sudah-sudah, jangan goda dia lagi. Kasihan sepertinya dia akan berpuasa cukup lama." Jungkook kembali mengolok-olok pria itu. Hoseok pun memukul kepalanya. Lalu tiba-tiba, pintu ruangan itu terbuka. Semua orang menoleh ke arah yang sama.

"Bahagia sekali, ada hal lucu apa yang bikin tawa kalian terdengar hingga keluar?"

Pertanyaan Chaerin mendadak membungkam semua orang. Chaerin pun menatap orang-orang dengan raut wajah bingung. Dia mendekati Hoseok dan bergelayut di tangannya. "Oppa, katakan padaku ada apa?"

"Bukan apa-apa." Hoseok melepas tangan Chaerin. "Teman-teman, ayo kita lanjutkan rekamannya."

Chaerin mendengkus, tapi kemudian dia mengeluarkan sesuatu dari kantok jaketnya. "Ini, hadiah untukmu."

Hoseok tak mengindahkannya dan malah masuk ke ruang rekaman. Chaerin menatap kesal. Dia meremat kotak kayu kecil di tangannya. Hadiah spesial yang dibelinya di Jepang. "Tunggu pembalasanku, Hoseok," gerutu Chaerin, lalu meninggalkan ruangan itu.

"Hyung ... apa tak apa-apa kau perlakukan dia seperti itu?"

Mendengar pertanyaan Jimin, Hoseok hanya menggeleng. Member lain yang memperhatikan pun memilih diam guna memberi ruang kepada Hoseok untuk menenangkan hatinya. Tak berapa lama, mereka pun kembali melanjutkan rekamannya.

***

Malam sudah larut saat Hoseok sampai di rumahnya. Dia yakin Hyei pasti sudah terlelap, karena itu dia mencoba untuk masuk tanpa menimbulkan suara. Hoseok sedang mengganti sepatu dengan sandal ruangan ketika Hyei datang mengenakan piyama.

Love Wild DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang