Sebelas

188 33 12
                                    

Pesawat pribadi yang mengantar BTS dan semua kru-nya telah mendarat di bandara Icheon. Dibantu oleh staff keamanan bandara, juga para bodyguard, mereka bisa segera mencapai mobil. Dengan kecepatan sedang, mobil pun berlalu mengantar mereka kembali ke dorm untuk beristirahat.

Hoseok tampak terlelap di tempat duduknya. Padahal ini bukan yang pertama baginya, tapi tetap saja dia mengalami jetlag  karena perjalanan yang cukup panjang dan memakan waktu yang lumayan lama. Jimin dan Jin juga terlelap seperti Hoseok. Sementara Namjoon duduk di bangku depan sambil menatap catatan kinerja mereka yang tertera di layar notebook. Dia membacanya dengan sangat teliti.

Hampir satu jam berlalu sebelum akhirnya mobil masuk ke basemant apartement mewah mereka. Hoseok memutuskan untuk tidak ikut turun dan ingin ke apartement pribadinya. Tentu saja semua orang memahami niatnya. Dia pasti sudah sangat rindu dengan Chaerim, setidaknya itulah yang mereka pikirkan.

Namun, berbeda dengan rekan yang lain, yang Hoseok pikirkan saat ini justru Hyei. Sudah hampir lebih dari sebulan dia menahan kekesalannya saat membayangkan bagaimana Taehyung dan Hyei bermesaraan. Dia tak tahu apa alasan hatinya untuk marah. Yang pasti dia ingin menemui Hyei untuk meluruskan satu hal.

Hoseok memacu mobilnya ke arah coffe shop tempat Hyei bekerja. Dia mendapatkan alamat gadis itu dari ibu panti. Sampai di parkiran, Hoseok hanya duduk diam di dalam mobilnya. Tatapannya lurus ke arah coffe shop di mana seorang gadis tengah melayani pelanggan, seorang wanita dan seorang pria, mungkin sepasang kekasih, pikir Hoseok karena tangan keduanya saling menggenggam mesra.

Hati pria itu berdebar-debar. Tangannya meremat setir kemudi sambil mengatur napasnya yang tiba-tiba memburu, dia tak ingin terjebak emosi. Setelah cukup tenang, Hoseok mengambil ponselnya dan menghubungi Hyei.

"Anyeong, Appa," sapa Hyei lembut.

Hoseok tersenyum ketir sebelum menjawab, "Anyeong, Hyei-sii. Jam berapa kau pulang kerja?"

Hyei melirik jam tangannya. "Sebentar lagi aku sudah mau selesai. Ada apa? Apa ada hal penting yang ingin kau bicarakan?"

"Aku menunggumu di tempat parkir," jawab Hoseok singkat.

"Ne?!" Hyei sedikit terkejut. "Bukankah harusnya kau masih di Amerika? Bagaimana bisa kau ada di tempat par ...."

"Tuut."

"Tuut."

"Tuut."

Tiba-tiba Hoseok memutus sepihak sambungan telepon itu. "Ish, apa-apaan." Hyei mendecak kesal.

"Ada apa?" Seorang gadis menepuk bahunya. Di nametag gadis itu tertulis nama Lily Chan.

"Bukan apa-apa, hanya telepon iseng dari pria gila tak dikenal."

Lily meletakkan nampan di meja, dia menyiapkan americano buat pelanggannya sambil terus bicara kepada Hyei. "Jangan terlalu mudah percaya kepada orang asing. Dia bisa saja hanya memanfaatkanmu."

"Iya, aku tau. Karena itu aku selalu hati-hati."

"Baguslah. Kau baru sebulan di sini, aku tak ingin terjadi hal-hal buruk padamu."

"Siap, Nyonya!" jawab Hyei sambil berkelakar.

"Aku serius, Hyei ...." Lily mendengkus sambil memukul bahu gadis manis di depannya.

"Aku juga serius. Sangat serius."

"Iya, iya! Sudah, pulang sana! Ingat langsung pulang, jangan kelayapan."

"Baik." Kali ini Hyei membungkuk hormat. Lily kembali memukul lengannya sambil tertawa. Hyei merasa bahagia karena memiliki teman-teman yang baik hati seperti itu. Dia pun melambaikan tangan saat meninggalkan Lily yang kini mengambil alih tugasnya.

Love Wild DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang