Renjun berjalanan mengelilingi museum yang dia datangi siang ini. Sekedar untuk menghilang bosan.
Ngomong-ngomong, Renjun melanjutkan kuliahnya di Paris. Ambil seni untuk mengasah kemampuannya, yang untungnya orang tua dia setuju.
Pemuda itu memperhatikan satu-persatu patung yang dipajang rapih. Memperhatikan detail dari pahatan para artist. Renjun tersenyum melihatnya, matanya begitu dimanjakan dengan apa yang dia lihat.
Langkahnya membawa Renjun semakin masuk. Nuansa museum benar-benar berbeda dari dunia luar. Ada banyak benda-benda lama, lukisan yang dibuat dengan tekhnik yang mengagumkan.
Renjun terhenti di depan sebuah lukisan. Pengunjung cukup sepi, mungkin karena bukan akhir peka. Tapi, tidak masalah. Renjun bisa menikmati kunjungannya dengan sempurna.
Mata dengan kelereng sewarna madu itu, memperhatikan lukisan yang menarik perhatiaannya. Hanya lukisan yang terlihat sederhana, namun begitu memanjakan mata. Konsep warna coklat, membuat suasana terasa sangat namun terasa sedikit mendung.
Kedua tangan Renjun maauk ke saku coat panjang berwarna hitam yang dia kenakan. Menatap lukisannya beberapa detik sebelum memutuskan untuk berjalan lagi.
Lama berkeliling, atensi Renjun kembali tertuju pada sebuah lukisan. Lukisan seseorang yang dibuat mirip seperti sebuah anggota kerajaan. Renjun mengambil langkah mendekat, memperhatikan lebih detail.
Dia berkedip. Senyum tipisnya terlihat. Renjun seolah tau, siapa pria yang ada di dalam lukisan itu. Renjun mengeluarkan sebelah tangannya, ingin menyentuh lukisannya tapi tidak bisa. Pihak museum tidak memperbolehkan pengunjung menyentuh apapun yang ada di dalam museum.
"Jaemin," gumamnya pelan.
Ingatan masa kecil yang dia habiskan dengan Jaemin, menyeruak paksa di otalnya. Memaksa Renjun untuk mengingat kenangan polos yang begitu Renjun rindukan. Rasanya Renjun ingin bertemu dengan si anak tunggal Seo itu. Renjun ingin menagih pinky promise mereka.
Tapi, rasanya sangat tidak mungkin. Jaemin tentu tidak akan mengingatnya. Hanya Renjun yang mengingatnya dan Renjun ingin menyimpannya.
"Kau terlihat sedih."
Renjun terdiam. Suara berat itu menyapa telinganya. Membuat Renjun segera menoleh, ingin melihat siapa yang berbicara.
Tubuhnya membeku. Memperhatikan pemuda yang berdiri di sebelahnya. Sama-sama menggunakan coat hitam panjang, tersenyum tipis dengan mata yang memperhatikan bingkai lukisan di depan mereka.
Pemuda itu menoleh, memandang Renjun membuat keduanya saling menatap. Pandangan mereka saling terkunci.
"Renjun, kita bertemu lagi."
Jantung Renjun berdetak keras, lebih cepat dari biasanya. Tubuhnya serasa melemas, tidak percaya dengan apa yang dia lihat sekarang.
Apakah ini mimpi? Kalau ini mimpi, tolong untuk tidak membangunkan Renjun. Renjun tidak ingin mimpi indah ini hancur dan dia akan kehilangan dia lagi.
"Apa kita masih bisa berteman, Renjun?"
Renjun mengambil langkah mendekat. Memperhatikan pemuda yang beberapa bulan lebih muda darinya.
"Jaemin..." cicitnya ragu.
Yang dipanggil tersenyum.
"Renjun, hai~"
Dan Renjun tidak bisa menahan diri untuk memeluknya.
Ah betapa besar Renjun merindukan teman semasa kecilnya ini.
oOo
"Ini kopinya."
Jaemin memberikan segelas kopi panas ke Renjun, barulah duduk di sebelahnya. Ikut memperhatikan jalanan ramai kota Paris, tidak peduli kalau salju menghiasi tepian jalan raya.
Renjun menerimanya, menggenggamnya dengan kedua tangannya. Membuat hangat terasa di telapak tangannya, menjalar hampir ke seluruh tubuhnya.
"Bagaimana kabarmu?" tanya Jaemin, dia melirik Renjun sekilas.
"Aku baik-baik saja, bagaimana denganmu?"
"Sama. Aku baik-baik saja."
Renjun mengangguk. Lalu hening. Tidak ada pembicaraan lagi. Rasanya canggung. Jadi dewasa memang tidak menyenangkan. Tidak ada pembicaraan polos seperti apa yang mereka lakukan saat kecil dulu.
"Kenapa kau ada di sini? Sekolah, berlibur atau apa?" tanya Renjun, tidak bisa untuk membiarkan keheningan melingkupi mereka.
"Aku berlibur, Daddy dan Papa membiarkanku liburan sendiri. Hal yang harus aku syukuri mengingat betapa posesifnya mereka."
Kekehan pelan Renjun terdengar. Dia memang sering mendengar kalau orang tua Jaemin posesif. Papanya dekat dengan Daddy Jaemin, dan sesekali mereka menceritakan kegiatan anak-anak mereka.
"Kau sendiri? Kuliah?"
"Huum. Kau kuliah?"
"Yah, udah selesai. Aku berniat magang setelah ini."
"Ah," Renjun mengangguk mengerti. Dia melirik Jaemin yang terlihat berbeda. Sekarang, teman semasa kecilnya itu sudah tidak gendut lagi. Enggak bantet dengan pipi bulat.
Apa sekarang, Jaemin masih secengeng dan senekat dulu?
"Jaemin."
"Ya?"
Renjun sedikit meremat gelas kopinya. "Apa kita... akan bertemu lagi?"
Jaemin menatapnya. Dia tidak langsung menjawab. Membiarkan keheningan kembali ada diantara mereka.
Angin berhembus pelan. Membuat kepingan salju perlahan kembali turun.
"Aku tidak ingin, ini jadi pertemuan terakhir kita." sambung Renjun, dia menunduk dalam. "Aku tidak ingin kehilangan sahabatku lagi."
Jaemin tersenyum mendengarnya. Dia meletakkan gelas kopinya, menimbulkan suara pelan yang membuat Renjun mendongak. Kembali menatap Jaemin.
"Apa status kita akan berubah setelah ini?" tanya Jaemin yang membuat Renjun mengernyit bingung.
"Jaemin, aku tidak mengerti."
"Yeah," Jaemin tersenyum. "Kita akan bertemu setiap hari setelah ini. Saat kita bangun di hari baru, atau saat kita akan menutup hari dengan tidur."
Renjun semakin terdiam mendengarnya. Dia memandang tepat kedua mata Jaemin. Tidak ada kebohongan dari tatapan Jaemin, hanya ada keseriusan di sana.
"Aku ingin menagih janji kita semasa kecil. Aku ingin, bukan hanya jari kelingking kita saja yang tersemat. Tidak ada salahnya, cincin tersemat di jari manis kita, 'kan?"
Jantung Renjun rasanya berhenti berdetak selama sedetik. Angin berhembus, menerbangkan helai hitam rambut Renjun. Membuat pemuda itu tampak menarik sekali.
Kedua tangan Renjun bergetar.
"Renjun, maafkan aku. Tapi, aku menyukai sahabatku sendiri. Kau mau bertanggung jawab, Renjun? Kau 'kan sahabatku."
Melihat senyum Jaemin yang lagi-lagi terlukis di wajah tampannya, membuat Renjun jadi ikut tersenyum.
"Ya, aku akan bertanggung jawab."
~oOo~
Udah berdebu di draft, jadu ya lanjutkan saja. Singkat, sih. Tapi gak papa.
Terima Kasihhhh
©LisaPutri0503
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Home ✔
FanfictionTentang Johnny, Jaehyun dan buntelan bantet mereka, Jaemin. JOHNJAE ft JAEMIN BxB Crack pair!