Bab 15 : Pesta Ulang Tahun

478 52 0
                                    

"Siapa kalian?"

"Teman Aarav, maksudku yang mulia Pangeran Aarav! Saya Embun Mustika dan ini pacar saya maksudku kekasih saya Milo!"

"Embun Mustika?" Penjaga pintu melihat Embun dari atas ke bawah.

"Iya, nama saya sama dengan Embun Mustika sang pahlawan yang membunuh Gusta! Jadi buka pintunya atau aku akan memberitahu Pangeran Aarav jika kamu tidak membukakan pintu untuk temannya!" Embun mengepalkan tangannya dan siap mengeluarkan api  besar.

Penjaga itu segera membukakan pintu untuk mereka masuk. Embun tersenyum dan mengacungkan jempolnya. Dia jadi ingin tahu bagaimana sebenarnya pesta itu berlangsung. Ini pertama kalinya dia menghadiri acara seperti ini. Apa yang berbeda dari acara pesta di dunianya? Mungkin musik. Terdengar suara musik klasik yang menggema di ruangan besar ini. Embun mencari-cari keberadaan Aarav dan langsung menemuinya. Hadiahnya harus diberikan. Pasti Aarav menyukainya!

"Aarav!"

"Tolong jangan memanggilku dengan nama saja jika kau tidak ingin mati!"

"Aarav! Aarav! Aarav! Aarav! Aarav! Aarav! Hahahaha... Aarav! Siapa yang berani?" Tantang Embun.

"Sudahlah! Terima kasih kalian mau datang, kupikir kalian tidak ingin datang. Pestanya sudah sejak tadi!" Sindir Aarav.

"Embun sangat lama berdandan!" Tunjuk Milo pada Embun.

"Ya ampun Milo! Aku cepat-cepat tadi, kamu tidak lihat betapa cantiknya kekasihmu ini?" Embun memiringkan kepalanya.

Milo menatap tajam Embun dan memegangi tangan perempuan itu erat. Masalahnya Embun terlalu cantik bagi Milo sampai beberapa bangsawan melihat ke arah mereka. Tidak segan-segan mereka berbisik-bisik siapa perempuan disampingnya ini. Milo harus waspada pada segala kemungkinan yang terjadi. Dia harus melindungi miliknya.

"Oh iya! Selamat ulang tahun Aarav! Ini hadiah dariku! Sistem, hadiah Aarav!"

Bukkk... Bukkk... Bukkk...

Semua orang menyingkir melihat berbagai macam hal berjatuhan dari atas. Embun bertepuk tangan melihat barang-barangnya untuk Aarav datang. Semua ini adalah permainan untuk Aarav bermain. Dari skateboard, sepeda, sepatu roda, bola basket, bola biasa, dan semua alat untuk Aarav bersenang-senang. Apalagi umurnya yang masih muda. Aarav butuh waktu untuk menikmati masa mudanya.

"Apa ini?"

"Alat untuk bermain! Ini sepeda, ini skateboard, kamu harus mencobanya bersama Frey! Pasti menyenangkan untukmu bisa bersenang-senang, aku tahu kamu sibuk mengurus banyak hal Aarav. Jadi kupikir kamu pasti butuh alat untuk menikmati masa mudamu! Selamat ulang tahun adik kecilku, semoga kamu menjadi anak yang baik lagi!" Embun memeluk Aarav.

"Yahhh... Terima kasih!" Aarav memeluk Embun singkat. Dia tahu seseorang tidak bisa memperlakukannya seperti ini tapi Embun adalah orang yang berbeda.

"Berapa umurmu?"

"Frey, tolong simpan hadiahku! Umurku 20 tahun!"

"20 tahun? Jadi saat kamu jadi anak nakal waktu itu umurmu 18 tahun? Ohhh... Pantas saja! Dasar anak kecil!"  Embun mengacak-acak rambut Aarav.

"Hey! Bisakah kau sopan padaku? Aku seorang pangeran dan kita berusia sama jika kau lupa!" Aarav menepis tangan Embun dan merapikan rambutnya lagi yang rusak.

"Siapa bilang? Umurku saat itu 22 tahun, sekarang umurku 27 tahun! Kamu pikir kita memiliki usai yang sama adik kecil?"

"27 tahun? Kau?" Aarav terbelalak tidak percaya.

Jadi perempuan didepannya sudah hampir 30 tahun? Walau masih tiga tahun lagi. Tapi bagaimana bisa? Bahkan wajah Embun yang sekarang jauh lebih muda daripada dulu. Aarav melihat Milo yang juga terkejut. Apakah dia juga tidak tahu?

"Kau 27 tahun?" Tanya Milo.

"Iya! Saat aku kembali ke duniaku umurku 22 tahun dan aku sudah lima tahun disana. Jadi umurku 27 tahun!"

"Jadi begitu!" Milo tersenyum melihat Embun.

"Astaga! Jadi kakak, lebih kau pergi dari sini karena banyak orang yang ingin bertemu denganku! Kau tidak ingin menyapa raja dan ratu?" Tanya Aarav.

"Apakah harus?" Tanya Embun balik. Dia enggan menyapa dua orang itu.

"Harus! Pergilah, ini etiket bangsawan, apalagi semua orang sedang memperhatikanmu! Kau ini tidak bisa tidak mencolok!"

"Baiklah! Ayo Milo!" Embun menarik Milo mendekati pasangan suami-istri.

Keegan dan Ellia tengah berbicara dengan bangsawan lainnya. Embun menarik nafas dalam dan berjalan mendekati mereka berdua. Jujur saja, dia merasa aneh bertemu Keegan dalam keadaan seperti ini. Ketika Keegan menikah dengan seseorang yang mirip dengannya di masa lalu. Juga orang yang mirip dengan dirinya dulu saat menjadi Heera.

"Salam cahaya untuk yang mulia raja dan ratu. Semoga cahaya selalu menyinari kerajaan ini!" Embun dan Milo membungkuk bersama.

"Mustika! Milo! Terima kasih telah datang di acara ulang tahun adikku! Apalagi hadiah sebanyak itu, kau pasti mengenal dekat adikku!" Puji Keegan.

Embun mendongakkan kepalanya menatap Keegan. Memang laki-laki ini sangat menyayangi adiknya.

"Tentu saja yang mulia, saya dan Aarav... Maksud saya Pangeran Aarav adalah teman baik! Kami sering bertukar pikiran juga saling membantu. Hadiah itu tidak seberapa. Saya hanya ingin dia bersenang-senang saja!" Embun tersenyum senang.

"Begitu. Pasti dia sangat senang menerima hadiah darimu!" Keegan ikut tersenyum.

"Milo! Aku tidak menyangka kau datang ke acara seperti ini? Apakah kau datang untuk memberikan senjata itu juga?" Tanya Ellia.

"Maaf yang mulia. Saya tidak mengerti apa yang anda bicarakan? Bukankah kita sudah membahasnya?" Milo menggenggam tangan Embun erat.

Ellia tersenyum kecil dengan wajah murungnya. Keegan menepuk kepala Ellia pelan dan tersenyum kepadanya.

"Mungkin senjata itu sudah menghilang Ellia. Kau harus merelakan senjata itu!"

"Tapi Keegan senjata itu milikku! Aku mendapatkannya dari orangtuaku. Itu warisan keluarga!"

"Hemmm... Warisan apa? Itu gue colong dari papanya Heera. Sialan!" Embun melihat ke arah lain.

"Apa yang kau katakan Mustika?" Tanya Keegan.

"Tidak apa-apa yang mulia, saya hanya merasa mungkin saja senjata itu sudah kembali ke tempat asalnya. Lagipula yang saya tahu, senjata itu bukan harta warisan keluarga. Senjata itu hanya senjata untuk menembak burung! Yahhh... Sebagai seorang Rangker, saya sangat kenal Embun. Bukan begitu Milo?" Tanya Embun pada Milo.

"Benar! Bukankah anda harusnya memanggil pedang cahaya? Pedang itu akan sangat membantu anda yang mulia!" Milo menatap Ellia yang terlihat wajahnya menjadi begitu pucat.

"Arghttt... Kepalaku sangat sakit Keegan!" Ellia memegangi kepalanya.

"Kau tidak apa-apa? Apakah kita perlu beristirahat sekarang? Milo, Mustika, maafkan kau. Aku harus mengantarkan istriku berisitirahat!" Keegan memegangi tubuh Ellia dan membawanya pergi.

Embun menyeringai dan mengambil minum dari salah satu nampan pelayan yang melewatinya. Mau sampai kapan perempuan itu akan terus berbohong? Embun mulai tidak menyukai sandiwaranya. Tapi kenapa dia mengatakan bahwa senjata itu warisan keluarga?

Embun meminum minuman dan melihat bayangan Ellia dari gelasnya.

"Ahhhh... Gue paham!"

🏺🏺🏺

Salam ThunderCalp!🤗

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

Gue OverPower? 2 ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang