Aku cukup sering jalan bersama Nisa, jalan berdua maksudnya. Dan cukup sering juga berencana mengungkapkan rasa ... heheheh.
Hari ini aku jalan berdua kepantai bersama Nisa. Setelah pusing dari pelajaran sekolah, menenangkan pikiran di pantai adalah ide bagus, kan?Langit yang kelabu tidak mengurung semangat kami. Meskipun awalnya cuaca terlihat tidak bersahabat, kami berdua tetap mantap untuk menikmati waktu bersama. Raut wajah ceria Nisa seakan menyiratkan antusiasme yang sama dengan yang aku miliki.
Btw hari ini, kita pulang dari sekolah jam 1 siang, istirahat sebentar dirumah, lalu jam 2 pergi ke pantai. Kami melihat ombak yang tenang, terdengar gemericik air laut yang menenangkan pikiran. Kami duduk berdua, merasakan hembusan angin sepoi-sepoi yang menerpa wajah kami. Aku bisa merasakan getaran kegembiraan yang tersirat dari tatapan Nisa yang lembut.
Aku dan Nisa berjalan menuju garis pantai lalu berlari saat ombak mendekat dan tertawa riang seperti dua anak kecil yang sedang menikmati momen kebahagiaan. Suasana riang itu seakan menyatu dengan deburan ombak yang memukul pantai, menciptakan harmoni yang sulit untuk dilupakan.
Kami berlarian di sepanjang garis pantai yang luas, merasakan butiran pasir yang basah di antara jari-jari kaki kami. Nisa terus menggapai tanganku saat ombak datang, dan aku dengan lincah berusaha memegangnya seolah menjaganya agar tidak terbawa lecutan air laut. Senyum Nisa yang cerah seakan memancarkan kebahagiaan yang menular, membuatku merasa hidup kembali di tengah rutinitas yang kadang membuatku lelah.
Kami berdua tertawa terbahak-bahak, menghirup udara segar laut yang terasa begitu menyegarkan. Burung yang terbang rendah di atas kepala kami seolah ikut meramaikan permainan kami, menciptakan adegan yang begitu indah di tengah kebebasan alam yang mengelilingi kami. Rasanya seolah waktu berhenti sejenak, membiarkan kami menikmati kebersamaan sore ini.
Aku mengumpulkan air laut dengan telapak tangan lalu melemparnya ke atas, sementara Nisa berusaha menghindar agar tidak basah. Pantai itu menjadi saksi dari momen kebersamaan yang penuh keceriaan. Setiap riak air yang tercipta menghadirkan tawa yang begitu jelas terdengar di antara riuh deburan ombak.
Awan mendung perlahan mulai rata menutupi langit, kami berdua terhenti sejenak, menatap satu sama lain teringat tidak ada yang membawa jas hujan.
Sialnya, hal yang sedari awal di takutkan benar-benar datang. Sore itu hujan turun dengan derasnya. Kami berdua berlari menuju warung kecil yang berada tidak jauh dari tempat kami duduk. Menggigil karena basah kuyup, kami akhirnya menemukan tempat berlindung yang nyaman. Terdengar suara riuh dari hujan yang membasahi atap warung, tetapi kami tidak keberatan, karena suasana itu memberikan kedamaian yang sulit dijelaskan dengan kata-kata.
Duduk berdua, Sepi, hanya ditemani suara hujan dan hawa dingin. Aku meraih tangannya, sambil berpikir 'Sepertinya waktu yang tepat jika ingin mengungkapkan rasa'
Rasa deg-degan mulai merayap di dadaku, mengingatkanku pada keputusan yang sudah lama kucari keberaniannya. Di saat-saat seperti ini, di bawah perlindungan hujan yang lembut, rasa itu terasa semakin menggema.
Mata Nisa menatapku dengan penuh kehangatan, seakan mengundangku untuk berbagi perasaan yang tersembunyi selama ini. Namun, ketakutan akan penolakan membuat jantungku berdegup semakin cepat. Aku menyadari bahwa mungkin ini adalah saat yang tepat, di bawah langit yang mendung dan hujan yang membasahi tanah, untuk mengutarakan apa yang selama ini hanya terpendam.
"Nis, Aku gatau kamu bakal seneng, atau bakal anggep aku bodoh. Tapi aku sayang sama kamu, dan pengen jalan sama kamu bukan hanya sebagai sahabat, tapi sebagai pasangan" Ucapku, di dalam hati tentunya, berharap bahwa mungkin kali ini, hujan akan membawa kabar baik.
Hujan adalah suasana yang sangat mendukung untuk menyampaikan perasaan, sebenarnya. Tapi jika ditolak, betapa canggungnya nanti saat berjalan pulang. Jika ditolak, betapa susahnya nanti ngajak Nisa jalan. Jika ditolak, ... Ahh dasar Awan.
Pada saat itu, meskipun hatiku berdegup kencang, aku merasa terlalu takut untuk mengutarakan perasaan. Dalam keriuhan hujan yang belum juga mereda, aku memilih untuk memendam segala perasaan yang selama ini terpendam rapat. Ketakutan akan penolakan masih menghantui pikiran, membuatku ragu untuk mengambil langkah lebih jauh.
***
Mungkin, cinta itu ibarat kembang api di langit malam yang gelap. Sementara keindahannya memukau, ia juga membawa rasa takut yang menggelayut. Seperti kembang api yang meloncat-loncat, kata-kata terus terpelanting dalam keheningan, berusaha menari di antara rasa takut dan keragu-raguan. Apakah akan mengungkapkan perasaan atau memilih diam untuk melindungi hati dari kemungkinan terluka.
Tetapi mungkin, keheningan juga memiliki pesona yang tak tergantikan. Dalam diam, ada kelembutan yang menghantar jiwa menuju kedamaian. Ketika kata-kata terhenti di ujung bibir, hati ini menemukan pelukan dalam kehangatan kebisuan yang penuh makna. Dalam keheningan itu, rasa cinta tumbuh dan berkembang, meski tanpa kata-kata yang mengiringi.
Namun, di tengah keheningan itu, ada kerinduan yang mendalam untuk meluapkan rasa. Ada keinginan yang kuat untuk mengukir sepenggal cerita yang indah di dalam alam semesta yang luas. Namun, seakan ada tembok yang tak terlihat memisahkan antara hati ini dengan dunia luar yang rumit. Mungkin, rasa tidak perlu diungkapkan dengan kata-kata, tapi lebih pada kehadiran yang tulus dan pengorbanan yang mendalam.
Dalam perjalanan panjang ini, kesulitan mengungkapkan rasa tidak mengubah nilai sejati dari perasaan yang tumbuh. Meskipun kata-kata terkadang terhenti di ujung bibir, kelembutan dan kehangatan tetap merajut benang-benang rasa. Karena pada akhirnya, cinta tidak hanya tentang kata-kata, tetapi tentang perasaan yang mendalam yang selalu terjaga di dalam jiwa.
Mungkin, dalam ketidakpastian itu, hanya waktu yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang menghantui pikiran. Namun, kebersamaan yang telah terbangun, kepercayaan yang telah terjalin, semua itu terasa lebih berharga daripada risiko yang mungkin terjadi.
Karena dalam perjalanan persahabatan yang panjang, cinta datang sebagai tambahan indah yang menambah warna dalam kanvas kehidupan. Dengan menghormati perasaan masing-masing, kesetiaan dan kepercayaan tetap menjadi fondasi yang kokoh, membangun hubungan yang mungkin kelak akan menjadi lebih dalam.
Mungkin, rasa yang tumbuh di antara sahabat adalah sebuah anugerah yang harus dijaga dengan hati-hati. Dengan segala kejujuran dan pengertian, dengan hati-hati menemukan jalan untuk menavigasi perasaan yang kompleks ini, memastikan bahwa hubungan yang terjalin tetap kuat dan tulus. Karena pada akhirnya, cinta yang muncul di antara sahabat adalah bukti keindahan persahabatan yang tumbuh menjadi ikatan yang lebih dalam.
Dalam angan yang terjaga, aku memeluk harapan. Semoga suatu hari, kata-kata itu dapat meluncur lembut dari bibirku, menerobos rasa takut dan keraguan. Semoga rasa yang tersembunyi bisa bersinar jelas di mata Nisa. Membekas, tapi tanpa meninggalkan luka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Nisa dan Rasa [SELESAI]
Romance-- CERITA INI HANYA FIKTIF BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH, TEMPAT KEJADIAN ATAUPUN CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA -- Dia Nisa, sampai saat ini dia adalah satu-satunya orang yang membuatku menelan ludahku sendiri. "Kita kan sahabat, jadi...