8

55 31 73
                                    

Mau curhat sama pembaca. Kali ini agak serius yaa :)

--------------

Apa aku takut? Pasti
Bingung? sangat
Fakta bahwa dia mengagumi orang lain adalah pernyataan kalau dia tidak menyimpan rasa kepadaku. Begitu, kan ?

Ada kalanya, kita harus berani menghadapi kegelisahan yang menggerogoti jiwa. Aku tahu perasaan itu terlalu dalam, terlalu kuat untuk diabaikan. Namun, di saat yang sama, aku juga tahu bahwa keberanian untuk mengungkapkannya bisa menjadi bumerang yang menyakitkan. Aku sedang berjalan di atas benang tipis antara menyampaikan perasaanku dan mengambil risiko kehilangan dia selamanya. Kalau tidak disampaikan, dia akan semakin dekat dengan Theo, kan?

Sesuatu di dalam diriku berkata bahwa aku harus berani, bahwa aku tidak boleh menyimpan perasaan ini terus-menerus. Tapi ada kekuatan lain yang terus mencabut ku mundur, menarik diriku ke dalam rasa takut dan keraguan.

Apakah dia benar-benar akan mengerti? Apakah dia akan juga memiliki rasa yang sama? Atau akankah pernyataanku membuatnya menjauh, membuatnya melihatku dengan mata yang berbeda?

Takut adalah perasaan yang tak bisa kuatasi. Ketakutan akan penolakan, ketakutan akan perpisahan yang mungkin akan menyakitkan.

Aku mengerti betul bahwa cinta bukanlah jaminan untuk diterima sepenuhnya. Aku tahu bahwa setiap tindakan memiliki risiko, dan dalam kasus ini, risiko itu terasa begitu besar. Namun, di balik semua keraguan itu, ada hasrat yang mendesak, hasrat untuk mengungkapkan apa yang selama ini telah terpendam begitu dalam.

Besok malam, aku mengajaknya ke pasar malam, suasana hatiku tercampur aduk. Aku merasa malam itu seolah seperti perjalanan menuju penentuan.

Siap untuk menghadapi akibat dari keputusan yang akan kumulai. Aku tahu, apa pun hasilnya, ini adalah momen penentu, titik balik yang akan membentuk arah hubungan kami ke depan. Apakah itu akan menjadi awal dari sesuatu yang lebih dalam, ataukah hanya sebuah akhir yang menyakitkan.

Aku pernah menuliskan kata-kata tentang kepastian perpisahan, tentang kenyataan bahwa segala sesuatu pada akhirnya akan berakhir, segala yang bertemu akan berpisah, segala yang memiliki awal akan mencapai akhir. Namun, di tengah rasa cemas ini, aku mencoba mencari kedamaian, mencoba membangun kekuatan untuk menghadapi apapun yang akan terjadi. Aku belajar menerima kenyataan bahwa hidup adalah perjalanan yang penuh dengan kejutan, baik itu yang manis maupun pahit.

Dalam kebingungan dan ketakutan ini, aku menemukan diriku menangis. Ya, aku menangis. Aku menangis karena takut, menangis karena lelah, menangis karena terbebani dengan perasaan yang begitu rumit. Aku berusaha meredakan rasa sakit yang merayap di dalam hatiku, berusaha mencari kedamaian dalam tangis yang tak terbendung.

Saat aku menulis ini, tangisku masih belum usai. Tapi dalam kelemahan itu, ada kekuatan yang tumbuh, kekuatan untuk menghadapi takdir dengan kepala tegak, meski hati hancur berkeping-keping. Aku mencoba tidak peduli pada statment bahwa laki-laki tidak boleh menangis. Kelemahan bukanlah tanda kekalahan, tapi justru merupakan awal dari kekuatan yang lebih dalam.

Malam ini, aku mengucapkan terima kasih kepada diriku sendiri atas keberanian yang telah kutunjukkan. Terima kasih kepada teman-temanku yang selalu mendukung dan menguatkan. Terima kasih kepada para pembaca yang telah menyimak segala yang aku tulis disini.

Aku berharap, apa pun yang terjadi, aku akan dapat menerima dengan lapang dada, dan mampu melanjutkan perjalanan hidupku dengan penuh keberanian dan keteguhan hati.

Mohon maaf, hari ini cerita yang ku tulis lebih singkat dari sebelumnya. Selamat malam, semoga bisa tidur dengan tenang.

Aku, Nisa dan Rasa [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang