Kliiiiing
Notifikasi pesan Whatsapp dari Nisa.
_____________
Nisa: Wan, hari ini aku sakit, gamasuk sekolah yaa. Nanti gausah di jemput.
Aku: Oke zeyeenk, GWS
Nisa: Hih alayy-_
Aku:.kamu sakitnya parah?
Nisa: Enggak parah-parah sih, Cuma demam doang, sama batuk-batuk. Tadi pusing banget, makanya ga masuk sekolah
Aku: Udah nyari obat belum? Nanti aku beliin ya? Istirahat yang cukup juga, jangan terlalu dipaksain.
Nisa: Udah beliii, tadi udah minum obat sama makan. Tapi tetap aja rasanya kayak ga enak banget.
Aku: Sabar ya, semoga cepat sembuh.
Nisa: Makasih, Wan.
Aku: Nanti pulang sekolah aku jenguk kesana.
Nisa: Iya, makasih banyak.
_______________
Pesan WhatsApp yang kuterima membuatku geleng-geleng. Nisa sakit. Entah kenapa, tiba-tiba aku merasa tak tenang. Setelah hujan-hujanan kemarin, melihatnya sakit menjadi terasa seperti kesalahanku.
Percakapan singkat itu membuat hatiku terasa hangat meski rasa khawatir tak kunjung hilang. Aku berharap Nisa segera pulih dan kembali seperti biasa.
Langsung saja, setelah pulang sekolah, sore ini aku putuskan untuk menemuinya.
"Langsung ke kamar aja, dia di kamarnya,” kata ibunya ketika aku tiba di rumah Nisa. Aku mengangguk pelan, merasakan denyutan di dadaku semakin keras. Berdebar-debar, aku mengetuk pintu kamar Nisa.
”Nisss, Masuk yaa..” ucapku pelan.
“Masuk aja, Wan,” jawabnya dari balik pintu.
Hatiku semakin berdebar ketika aku membuka pintu, melangkah masuk, dan duduk di dekat kasur tempat dia berbaring.
Dia duduk dengan wajah yang lemas, bersandar di tembok. Aku meraih tangannya dengan penuh perhatian.
“Sakit panas kaaah?” tanyaku sambil menyentuh dahinya dengan punggung tanganku.
“Hooh, kalau malam batuknya kumat, tapi kalau pagi sampai siang batuknya mendingan, ga banget-banget,” jawabnya seraya memandangku lemah.
Dia melepas tanganku dengan lembut, namun aku menahan genggaman itu, mencoba memberikan sedikit kehangatan.
Aku menggenggam tangannya dengan lembut, lalu menempelkannya ke pipiku. “Cepat sembuh, ya,” ucapku pelan. Dia menepuk pipiku dengan lembut, sambil membalas dengan senyuman lemah, “Makasih.”
Deg deg deg deg deg deg. Denyut jantungku semakin kencang. Mungkin, hanya karena melihatnya dalam keadaan lemah membuat hatiku terasa teriris. Aku ingin dia cepat sembuh, kembali seperti biasanya. Semoga cepat sembuh ya, Nisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Nisa dan Rasa [SELESAI]
Romance-- CERITA INI HANYA FIKTIF BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH, TEMPAT KEJADIAN ATAUPUN CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA -- Dia Nisa, sampai saat ini dia adalah satu-satunya orang yang membuatku menelan ludahku sendiri. "Kita kan sahabat, jadi...