Aku: Niiisssss ... mataku gatel batt njirrr. Kenapa yak?
Nisa: Gatau
Aku: Kalo belekan gimana?? Hwaa
Nisa: Hahahaha
Aku: Lagi kenapa? Badmood kaah??
Nisa: Yaa
Aku: Mau tlfn??
Nisa: Ga
Aku: Yaahhh ... kenapa sii??
---------------------
Sejak pertemuan di pantai, suasana antara aku dan Nisa terasa berbeda. Sudah dua hari, Nisa tiba-tiba terlihat cuek sekali. Dia bahkan menolak untuk pergi sekolah bersamaku. Pesanku kepadanya hanya dibalas beberapa kali, kemudian tidak ada tanggapan lagi selama beberapa jam. Aku mencoba mengirim pesan lagi dengan topik baru, dan kali ini dia hanya membalas dengan satu kata atau bahkan tidak membalas sama sekali. Begitu terus berulang selama dua hari ini.
Aku belum berani ke rumahnya, terutama karena aku takut bertemu dengan Theo di sana. Aku juga merasa, apa gunanya memaksa bertemu orang yang jelas-jelas tidak ingin ditemui. Meski sedih, aku merasa agak lega karena akhirnya aku bisa berpikir dan bertindak lebih realistis. Walaupun dibantu dengan fakta, bahwa selama dua hari ini dia selalu diantar oleh seorang teman perempuan, bukan oleh Theo.
Aku hanya bisa melihatnya dari kejauhan. Entah mengapa, aku merasa sungkan untuk menyapanya. Nisa terlihat ceria seperti biasanya, atau bahkan lebih ceria dari biasanya? Aku mulai berpikir, mungkinkah dia lebih senang saat aku tidak terlalu dekat dengannya? Atau mungkin selama ini aku hanya menjadi beban pikiran baginya? "Jangan terlalu banyak memikirkan, Awan. Mungkin mood-nya tentangmu sedang tidak baik sekarang. Beri dia sedikit waktu, mungkin besok semuanya akan baik-baik saja." Ucapku dalam hati, berusaha menenangkan diri.
Sementara itu, aku terus merenungkan apa yang mungkin terjadi dalam hubungan kami. Mungkin ada sesuatu yang salah, mungkin pertanyaanku di pantai membuatnya merasa tidak nyaman, atau mungkin ada masalah lain yang sedang dia hadapi? Aku merasa semakin khawatir dan gelisah setiap kali mengingat kejadian-kejadian belakangan ini. Sambil memutar pikiran, aku memutuskan untuk memberinya ruang dan waktu yang dia butuhkan, bahkan jika itu berarti aku harus menahan diri untuk tidak terlalu mengganggunya.
Malam ini, aku duduk di teras rumah sambil memandangi bintang-bintang di langit. Pikiranku melayang ke masa-masa saat kami bersama, saat kami tertawa dan saling mendukung satu sama lain. Aku tidak ingin kehilangan hubungan istimewa ini hanya karena kejadian-kejadian yang tak sengaja menyinggungnya. Aku memutuskan untuk berusaha memahami perasaannya tanpa terlalu banyak mendesaknya.
Besok pagi, aku berharap dia merasa sedikit lebih baik. Aku ingin memberikan pesan singkat padanya, mengatakan bahwa aku ada di sini jika dia butuh teman untuk berbicara. Aku ingin memberikan ruang kepadanya sambil tetap menunjukkan bahwa aku peduli. Aku tahu bahwa Nisa mungkin hanya membutuhkan kesabaran dan pengertian saat ini, dan aku siap melaluinya, meski rindu terkadang membuat hal ini terasa sedikit lebih sulit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Nisa dan Rasa [SELESAI]
Romance-- CERITA INI HANYA FIKTIF BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH, TEMPAT KEJADIAN ATAUPUN CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA -- Dia Nisa, sampai saat ini dia adalah satu-satunya orang yang membuatku menelan ludahku sendiri. "Kita kan sahabat, jadi...