Saat ini, aku merasakan gemetar di tangan. Hari ini adalah akhir pekan, dan seperti rencana malam kemarin, aku memutuskan untuk mengirim pesan kepada Nisa. Namun, ketika aku membuka WhatsApp, yang terlihat hanyalah centang tunggal di samping pesan terakhirku.
Ini membuatku merasa sedikit khawatir. Apakah dia offline? Tapi setelah di perhatikan, ternyata foto profil, dan bio Whatsapp nya pun hilang. Apakah dia mungkin memutuskan untuk memprivasi akunnya? Aku terus mencoba mempertahankan pikiran positif, meskipun pikiranku mulai berputar-putar dengan berbagai kemungkinan yang ada.
Dalam upaya untuk memastikan apa yang terjadi, aku mencoba membuat grup WhatsApp bersama Nisa, tapi notifikasi WhatsApp segera muncul, “Tidak dapat menambahkan Nisaa.” Kedengarannya jelas bahwa aku telah diblokir. Rasanya seperti seisi tubuhku merasakan marah dan kekecewaan yang sama. Aku merasa sesak dan terkejut sekaligus. Mengapa semuanya berakhir seperti ini?
Sementara aku merenungkan situasi ini, rasa marahku semakin memuncak. Aku mencoba mengirim pesan singkat melalui SMS, tapi tidak ada balasan. Aku bahkan mencoba menelponnya, tapi panggilan langsung ditolak begitu saja.
Situasi ini membuatku semakin frustrasi. Apakah memang sebegitu buruknya? Aku bertanya-tanya, apakah perlu aku membeli kartu SIM baru hanya untuk mengirim pesan WhatsApp kepadanya? Namun, sejenak, aku menyadari betapa bodohnya pikiran itu. Mungkin ada alasan yang lebih dalam di balik sikap Nisa, dan aku perlu mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Sambil duduk di kamar, aku merenungkan kembali setiap momen yang telah terlewat. Aku berusaha mencari tahu apa yang mungkin telah salah, atau mungkin ada sesuatu yang telah terjadi tanpa sepengetahuanku.
Aku berusaha mengingat setiap percakapan terakhir kami, mencari tanda-tanda bahwa sesuatu mungkin telah berubah di antara kami. Apakah ada sesuatu yang aku katakan atau lakukan yang membuatnya merasa sangat terganggu sampai bertindak sejauh ini? Atau apakah ada hal lain yang sedang dia hadapi dan tidak ingin berbagi denganku?
Sementara hatiku terus berdesir, pikiranku dipenuhi dengan keraguan dan ketidakpastian, terlebih terpikir dengan setiap kemungkinan perkembangan hubungan antara Nisa dan Theo. Aku berusaha untuk tetap tenang dan berpikir jernih.
Mungkin Nisa sedang menghadapi masalah atau stres yang aku tidak ketahui. Mungkin dia butuh waktu untuk sendiri, atau mungkin ada sesuatu yang membuatnya merasa tidak nyaman, dan ingin menenangkan pikiran sebentar. Aku mencoba meyakinkan diri sendiri bahwa aku harus memberinya ruang yang dia butuhkan, bahkan jika itu berarti aku harus menahan diri sedikit lagi untuk tidak terlalu banyak mengganggunya.
Sekarang, aku duduk dengan hening, merenungkan apa yang seharusnya aku lakukan selanjutnya. Aku merasa bingung, tetapi pada saat yang sama, aku merasa perlu untuk menghormati keputusannya.
Aku akan memberinya waktu dan ruang yang dia butuhkan, dan berharap bahwa suatu hari nanti kami bisa mengatasi masalah ini bersama-sama. Sementara itu, aku harus mencoba untuk tidak terlalu terpengaruh oleh perasaan dan pikiran negatif, dan berusaha untuk tetap tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Nisa dan Rasa [SELESAI]
Romance-- CERITA INI HANYA FIKTIF BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH, TEMPAT KEJADIAN ATAUPUN CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA -- Dia Nisa, sampai saat ini dia adalah satu-satunya orang yang membuatku menelan ludahku sendiri. "Kita kan sahabat, jadi...