Beberapa hari terakhir ini, rasanya seperti aku terperangkap dalam emosi yang rumit. Aku terus berusaha untuk menyapa Nisa di sekolah, tetapi seolah-olah ada tembok tak kasat mata yang tiba-tiba muncul di antara kami. Setiap langkahku untuk mendekatinya, hanya membuatnya semakin menjauh. Aku merasa seolah-olah aku berjuang sendirian, tanpa arah yang jelas.
Pikiran untuk menjauh darinya mulai menghantuiku. Aku mulai mempertimbangkan apakah mungkin lebih baik jika dia yang menjauh dariku saat aku tidak mampu untuk menjauh darinya. Mungkin dengan jarak, hatiku bisa menemukan cara untuk menghilangkan rasa. Namun, ternyata hati tak mungkin semudah itu untuk menyerah. Hatiku menolak untuk melepaskan sosoknya dari benakku. Kata-kata tentang laki-laki dan perempuan tidak bisa bersahabat tanpa rasa, tiba-tiba terasa sangat relevan.
Sebelum aku mulai menulis cerita ini, aku sering berandai-andai bahwa cerita ini mungkin akan singkat, atau mungkin akan berkembang menjadi sesuatu yang lebih panjang dan rumit. Namun sekarang, aku merasa sepertinya ini adalah akhir dari kisahku dengan Nisa. Aku merasakan seolah sedang merenung sendiri di ujung jalan, seperti kehilangan sesuatu yang sangat berarti.
Hatiku terasa terbagi. Di satu sisi, aku merasa lega karena jika dia menjauh, tidak ada lagi rasa yang perlu ku utarakan. Tapi di sisi lain, kecewa meliputi hatiku karena rasa yang sekian lama kujaga, kini hanya menjadi perasaan yang ambigu dan sulit dipahami. Dan yang paling menyedihkan, rasa itu berakhir bahkan sebelum aku mengungkapkan rasa. Aku mengerti remang-remang tentang arah yang seharusnya aku ambil. Jika dia menjauhiku, maka jangan memaksa untuk dekat.
Terimakasih kepada siapapun yang telah menemani perjalananku sampai hari ini. Aku ingin mengucapkan terima kasih karena telah menjadi bagian dari kisahku, meskipun dengan semua kesulitan dan ketidakpastian yang mengiringinya.
Salam hangat, meskipun cerita ini mungkin berakhir, aku tahu bahwa ada banyak cerita lain yang menunggu untuk ditulis. Aku hanya perlu menemukan keberanian untuk menghadapi masa depan yang belum terungkap sepenuhnya. Aku berharap, suatu hari nanti, aku akan menemukan kedamaian dalam keputusan yang aku ambil, dan menemukan makna sejati dari rasa yang sekarang terasa begitu kabur dan samar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Nisa dan Rasa [SELESAI]
Romance-- CERITA INI HANYA FIKTIF BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH, TEMPAT KEJADIAN ATAUPUN CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA -- Dia Nisa, sampai saat ini dia adalah satu-satunya orang yang membuatku menelan ludahku sendiri. "Kita kan sahabat, jadi...