33

5 0 0
                                    

Sekitar setengah jam aku duduk di kursi taman. Rasanya ingin pulang, tapi takut di tanya sama ibu bapak, musabab ada lebam di pelipis dan perut, ada luka juga di siku dan dengkul.

Sempat terpikir ingin membuat alasan, terluka karena jatuh dari motor. Tapi, terasa tidak logis jika beralasan jatuh dari motor dengan luka lumayan, tapi motornya tidak lecet sedikitpun. Sebenarnya bisa di akali dengan melecetkan motornya, tapi sayang.

Akhirnya aku memutuskan untuk menunggu tengah malam untuk pulang. Berharap, saat itu ibu dan bapak sudah tidur.

Ditengah lamunan, lamat-lamat terdengar suara yang aku kenal dari belakangku.

"Awan ... Kamu ga apa-apa?" katanya sedikit berteriak.

Reflek, aku menoleh ke belakang. Ada Nisa yang sedang berlari kecil menghampiriku bersama tas selempang kecilnya.

"Ga apa-apa. Kok bisa tau kalau aku disini?" tanyaku.

"Tadi Theo ngirimin fotomu," jawabnya sambil mengeluarkan betadine, kapas, dan hansaplast dari tas kecilnya.

"Laah .. kan gua di gebukin gara-gara kita jalan. Emangnya lu dibolehin kesini? Tar kalau Theo tau gimana? Kan gua juga yang digebukin lagi," kataku agak kesal

"Diem! Aku udah putus sama Theo. Yang penting lukanya di obatin dulu," jawabnya sambil membersihkan darah di pelipisku.

Aku diam saja, tidak menjawab. Aku mengambil kapasnya, lalu membersihkan luka di lututku selagi dia memasang kapas dengan betadine ke pelipis ku.

"Maafin aku, ya?" ucapnya memecah hening.

"Maaf untuk?" tanyaku.

"Kan gara-gara jalan sama aku, kamu di pukulin," jawabnya

"Iya, yang udah yaudah," jawabku.

"Udah di obatin semua. Yuk pulang," kata Nisa

"Tar, nunggu orang rumah tidur dulu, lu aja pulang duluan," kata ku.

"Ih Awan, jangan lu gua dong. Ga enak di dengernya," kata Nisa, "yaudah aku temenin," lanjutnya.

Aku tidak melanjutkan percakapan. Rasanya entah kenapa kesal dengan Nisa. Ya memang aku pun salah karena bersedia jalan dengannya, toh aku juga tau kalau dia sudah punya pasangan. Entahlah, mood ku sedang hancur malam ini.

"Wan, kamu kan pernah ngomong kalau suka sama aku. Masih kah?" ucapnya sambil menatapku yang duduk di sampingnya.

aku tidak menjawab. Lalu mengeluarkan ponselku dari kantong celana, dan membuka aplikasi random.

"Waaannnn," ucapnya sedikit berteriak sambil menutup layar ponselku dengan tangannya.

"Apaa Nisaaaa," kataku.

"Ahh awan mah gituu .. tapi, kalau kamu masih itu, kayanya sekarang kita bisa bikin hubungan yang lebih dekat daripada jadi sahabat," ucapnya.

Aku tidak menjawab, lalu mengantongi kembali HP ku, dan beranjak berdiri.

"Pulang aja, yuk," ucapku

Nisa mengikuti ku berdiri, aku mengucapkan terimakasih, lalu kita berpisah menuju motor masing-masing.

Aku tidak tau kita sudah menjalin hubungan dengan Nisa atau belum. Tapi, setelah malam itu Nisa berani mengunggah fotoku di Instagram dan Story WhatsApp nya.

Panggilannya kepadaku pun menggunakan kata "Sayang" dan aku mengikuti alur itu.

Kita menjadi semakin dekat setelah itu. Aku tetap mendapat pelukannya, tapi juga mendapat yang lebih dari hanya sekedar pelukan. Jangan berpikir telalu jauh, kita tidak melakukan hal bodoh, hehehe.

Bab berikutnya adalah yang terakhir, terimakasih sudah mengikuti ceritaku sampai sejauh ini.

Aku, Nisa dan Rasa [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang