BAB'037

17K 816 502
                                        

silakan kalian hujat aku karena aku baru update lagi setelah sebulan menghilang..

TAPI KALIAN SENENG KAN WILLIAM UPDATE?

BERANI KALIAN SAMA TAHTA TERTINGGI PEMEGANG SKENARIO WILLIAM?

MAAF YA GUYS MAAF BANGET INI MAH TAPI AKU TETEP CINTA KALIAN💖

FOLLOW AKUN IG & AKUN WP AKU WAJIB!!???












happy reading sobat




Tidak ada pemandangan indah yang bisa mengalahkan ketenangan pada wajah cantik nan manis kala gadisnya sedang tertidur lelap, Liam tidak henti-hentinya tersenyum sembari memainkan wajah Laya juga sesekali menciuminya dengan rasa gemas.

Tentu saja hal itu membuat Laya terusik dari tidurnya, gadis itu perlahan menggerakkan kelopak matanya hingga saat kedua matanya terbuka sempurna, sedikit merasa terkejut melihat Liam dengan jarak yang cukup dekat.

"Kakak ngapain?" tanya Laya spontan sembari menjauhkan wajahnya.

"Nyenyak bisa tidur sama aku lagi, hm?" Liam dengan sengaja menarik pinggang Laya agar bisa lebih dekat dengannya.

"Kak--"

"Kamu udah terbiasa sama aku, La.. Gak akan bisa semudah itu kamu bisa terbiasa sendiri," Liam menyela ucapan gadisnya begitu percaya diri.

"Di rumah Bunda, kamu selalu bangun pagi--"

"Lebih parah kamu yang mabuk terus-terusan karena gengsi kamu yang seluas lautan," balas Laya tak kalah menohok.

Keduanya saling bertatapan, Liam menganggukkan kepalanya sambil tersenyum smirk lalu memilih untuk bangkit dari atas kasur sembari merapikan jasnya.

Liam memang sudah bersiap untuk pergi ke kantor, namun ketika melihat Laya masih terlelap begitu nyaman, dan Liam pun belum sepenuhnya menyalurkan rasa rindu kepada gadisnya, jadi ia memilih untuk menikmati ciptaan Tuhan yang nyaris mendekati kata sempurna itu.

Sedangkan Laya dalam hati hanya tersenyum puas melihat wajah Liam yang nampaknya benar-benar merasa tersinggung.

"Masih mau mabuk, Kak?"

"Aku temenin--"

"Berisik!" sentak Liam lalu memilih untuk keluar dari kamar.

Laya tersenyum sembari menggelengkan kepalanya pelan lalu bangkit dari tidurnya. Ketika melihat arloji yang menempel di dinding, seketika senyumnya langsung pudar, selama itu dirinya tertidur?

Ucapan lelaki itu memang selalu nyata, mungkin karena memang Liam tempat dirinya pulang, sehingga tidur pun terasa begitu singkat dalam pelukan lelaki itu.

Jarum jam menunjukan pukul sepuluh pagi, Laya benar-benar merasa malu meski hanya ada dirinya dan Liam di apartemen, tetap saja, tidak mencerminkan sebagai seorang gadis yang rajin.

Laya keluar kamar setelah mencuci muka dan menggosok giginya, belum berganti pakaian karena memang ingin bekerja pun Laya sudah terlambat.

"Kak--" Laya memanggil nama kekasihnya begitu ragu karena melihat Liam sudah duduk di meja makan sambil menatap laptopnya begitu serius.

"Duduk, makan!" titah Liam tanpa menatap wajah Laya, tatapannya tetap fokus pada layar monitor di hadapannya.

"Kenapa Kakak gak berangkat ke kantor?" tanya Laya setelah duduk di samping Liam, sesekali melirik wajah kekasihnya yang terlihat sangat serius.

WILLIAM (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang