Tak Ada Harapan?

2.3K 254 26
                                    

Aldevan berjalan masuk, rupanya Clarissa ada di rumahnya tengah berbincang dengan mami di ruang keluarga. Mami yang sadar akan kepulangan al lantas memanggilnya, dan mau tidak mau al harus kesana.

"Baru pulang al? Dari mana emangnya" - tanya mami

"Kantor" - jawabnya, mami mengangguk

"... Kamu gak pemotretan? Kok disini?" - tanya al pada Clarissa

"Aku selesai dari sore tadi mas, pulangnya langsung kesini" - jawabnya

"Emangnya kalian gak saling kabar? Kok gak tau satu sama lain, tadi mami tanya risaa juga rissa gak tau kamu dimana al"

"Al sibuk mi" - jawabnya

"Yaudah, anterin rissa pulang ya al" - al mengangguk

"Yaudah al bersih bersih dulu" - setelahnya al bergegas ke kamarnya untuk mandi.

-

Keduanya sudah di mobil, al melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Seperti biasa, suasana disana hening. Tapi setelah beberapa saat clarissa membuka suara, "mas al,  apa gak sebaiknya kita obrolin soal perjodohan kita?" - mendengar itu al menoleh

"Apa yang harus di obrolin?" - jawabnya

"Aku tau, mas al butuh ngobrol juga kan?"

"... Ayo ngobrol mas, aku juga mau banyak ngobrol sama mas al" - al menghela nafas

"Rissa aku gak tau harus ngobrol apa, aku rasa aku cuma perlu ikutin mau mami, dan kamu ikutin mau mama papa kamu"

"Selama kita kenal, mas al selalu acuh walaupun kadang perhatian, aku ngerasa kalo mas al gak bisa nerima aku, apapun itu aku pengen tau alasannya mas"

Aldevan diam, mungkin sebaiknya memang mereka obrolkan ini, "Kalo kamu ngerasa gitu, aku minta maaf ya ris. Aku bukan gak bisa nerima kamu, tapi ____ " - ucapnya terhenti, Rissa yang menasaran menoleh menunggu kelanjutan dari ucapan aldevan itu

"Tapi apa mas? Jujur aja"

"... anggap aja aku temen kamu dan sekarang kamu lagi curhat ke aku"

Setelah beberapa saat aldevan berucap, "Rissa, ada seseorang yang sama sekali gak bisa hilang dari hati aku sekeras apapun aku mencoba buat lupain dia" - Clarissa tersenyum, ia merasa berhasil membuat al mau bicara padanya

"Mantan mas al ya?" - tebaknya

"Not my ex, aku anggap dia sebagai seseorang yang akan mulai hidupnya bareng aku"

"Waw? Seriously mas?" - al mengangguk

"Rissa, sebelumnya aku mau minta maaf dulu, aku takut ada perkataanku yang buat kamu ngerasa gak nyaman, aku rasa aku perlu jujur"

"Its okay kok mas, kita harus saling terbuka juga kan" - al mengangguk, al rasa obrolan ini akan panjang, jadi ia memutuskan berhenti.

"Kita berhenti dulu ya, gak enak ngobrol sambil nyetir" - Clarissa mengangguk

Malam ini, akan aldevan beberkan segala macam gundah, segala rasa lara dan segala pedih rindu-nya. Si manis yang masih terbelenggu menunggu takdir itu tak bisa ia biarkan begitu saja.
Aldevan rasa, clarissa harus tau sebab acuhnya, clarissa harus tau sebab ia tak bisa buka hatinya. Maka akan ia ceritakan semuanya dari awal hingga akhir. Tak perduli jika malam semakin larut, yang ia mau saat ini clarissa tau, karena tak mungkin mereka jalani ini dengan segala rasa hampa bukan rasa cinta. Al pula dapat rasakan gundahnya clarissa meski wanita itu rapat menutupinya.

Aldevan lanjut beucap setelah menceritakan awal mula kenapa mami sampai menjodohkan nya dengan clarissa, "kamu tau? Dia relain aku buat kamu, dia mau aku hapus perasaan aku untuk dia dan mulai semuanya sama kamu, dia juga minta aku buat ikuti mau mami untuk gak temui dia lagi. Riss, kebaikan dan ketulusannya buat aku makin gak bisa hapus dia dari hati aku, semakin aku menjauh justru cintaku ke dia semakin besar, sesering dan se-selalunya kita bertemu, itu sama sekali gak hapus dia di pikiran ku. Yang ada aku semakin rindu, rindu dia panggil devan, rindu rewelnya, rindu omelnya, manja nya dan rindu tenangnya hati aku setiap sama dia" - ucapnya lirih, clarissa tersenyum

True Love? (Hajeongwoo) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang