Hari Itu Tiba

2.5K 284 29
                                    

Setiap hari setelah menentukan tanggal pertunangan, rumah mewah itu tampak dingin. Tak ada lagi canda tawa dari aldevan, tak ada lagi papi yang mengerjakan kerjaannya sembari menonton televisi, tak ada lagi ribut ricuh mami dan al di ruang keluarga, dan tentunya tak ada lagi kehangatan yang menyelimuti mereka.

Mami hanya melakukan apapun selayaknya seorang istri, selain itu tak ada obrolan apapun dari papi, hanya pamit bekerja dan menanyai makan. Aldevan juga akan berangkat pagi tanpa sarapan dan pulang larut agar langsung terlelap. Begitu saja setiap hari. Mami merasa kehilangan mereka meski setiap hari mami lihat mereka berlalu lalang di sekitarnya. Tiap tiap malam mami termenung memikirkan apa yang terjadi, rasanya sakit juga kala didiami mereka yang sangat mami sayangi.










🦋 . • . 🖤 . • . 🐺










Hari yang sama sekali tak ditunggu itu tiba, aldevan masuk ke rumah clarissa sebagai tempat pertunangan itu dilaksanakan, nampaknya rumah itu dihias sedemikian rupa dengan banyaknya bunga. Al pikir acara ini tak sampai di hias karena hanya dihadiri oleh keluarga dari kedua belah pihak, ternyata pikirnya salah! Mami justru membuat seolah acara ini adalah spesial, mungkin iya bagi mami, tapi tidak bagi aldevan.

Acara itu dimulai, aldevan sama sekali tak berucap apapun. Dia diam tak percaya, rupanya hari dimana merelakan yang sebenarnya itu tiba. MC yang sudah sedari awal memandu acara ini sudah membacakan pembukaan dan sambutan dari kedua belah pihak, dan ini adalah saatnya bertukar cincin, MC memanggil aldevan dan clarissa untuk maju, berdiri lah mereka disana.

"Oke, silahkan mas aldevan untuk pakaikan cincin pertunangan ini, sebagai pengikat kalian menuju jenjang pernikahan" - ucap MC itu sambil memberikan kotak berisi cincin

Aldevan mengambil cincin itu, meraih tangan clarissa dan siap memakaikan cincinnya, perlahan ia majukan cincin itu, namun pergerakan itu tertahan saat cincin sudah di hadapan jari manis wanita itu.

Rasanya berat! Hatinya sesak, bukan clarissa pemilik cincin ini. Cintanya untuk kenzie seolah menahannya untuk memakaikan cincin itu, satu minggu kemarin ia rasakan gundah, pikirannya penuh, takut tak bisa mencintai clarissa sebagai calon pendamping nya nanti, rasanya sebagaimana dipaksa pun, hatinya tak bisa bohong. Ia tak mau menyakiti clarissa sepanjang clarissa bersamanya.

Aldevan menunduk, helaan nafas yang sudah tampak berat terdengar jelas di telinga clarissa, ia paham apa yang al rasakan saat ini. Takutnya kecewakan mami lagi membuatnya terpaksa melakukan ini. Maka, ia ambil cincin yang setia di tangan aldevan itu.

Aldevan sedikit tersentak, tak percaya dengan apa yang clarissa lakukan.

"Jangan dipaksa kalau gak bisa mas, kamu punya hak untuk menolak. Kita sudah obrolin ini kan, rasanya aku juga ragu mas. Hidup dengan seseorang yang hatinya bukan untuk kita itu sakit, se-usaha apapun kamu buka hati, itu gak akan berhasil sebab hati kamu udah terkunci"

"Rissa maaf, maaf untuk kesekian kali. Rasanya aku juga gak mau nyakitin kamu nantinya, kalaupun kita menikah aku pikir hubungan kita gak akan sehat karena kita sama sama masih punya orang lain di hati kita"

Para keluarga tampak bingung, mami yang melihat itu menunduk, "sekeras apapun mami memaksa al menerima perjodohan ini, semuanya gak akan berhasil kalo tanpa didasari cinta mi" - ucap papi tiba-tiba membuat mami menoleh

Mendengar itu mami mengangguk, ia tersenyum. beberapa saat setelahnya ia berdiri lantas ia hampiri aldevan dan clarissa yang masih ada di depan. Aldevan sedikit resah, takut mami akan buat masalah karena ia tak pakaikan cincin itu. Tapi saat mami di hadapannya justru beliau memeluk aldevan. Tentu al sedikit terkejut atas tindakan itu, namun setelahnya ia balas memeluk mami.

True Love? (Hajeongwoo) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang